Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memulai Aksi Bersama Bank Sampah Sekolah Penentu Masa Depan Lingkungan Sustainable

20 Januari 2024   11:48 Diperbarui: 20 Januari 2024   11:50 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama, kita wujudkan lingkungan sustainable dari sekarang untuk masa depan majukan Indonesia jaga kelestarian lingkungan. (foto Akbar Pitopang)

Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam maupun potensi sumber daya manusianya, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. 

Memahami bahwa kelestarian lingkungan bukan hanya sebuah kewajiban, namun juga kunci menuju kualitas hidup yang lebih baik, adalah langkah awal yang sangat penting ditekankan. 

Untuk mencapai visi ini, perlu adanya aksi dan langkah konkret dari kita semua. Lalu, peran dunia pendidikan juga muncul sebagai pilar penting dalam perubahan tersebut.

Pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk generasi penerus Indonesia yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan. 

Dalam kurun waktu beberapa tahun kedepan, Indonesia akan meraih bonus demografi, dan generasi muda Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan pendorong perubahan positif. 

Oleh karena itu, pembentukan karakter dan kesadaran lingkungan melalui sistem pendidikan menjadi hal yang tak terelakkan.

Bangga rasanya ketika melihat aksi siswa begitu antusias untuk mendukung kelestarian lingkungan hidup. (foto Akbar Pitopang)
Bangga rasanya ketika melihat aksi siswa begitu antusias untuk mendukung kelestarian lingkungan hidup. (foto Akbar Pitopang)

Program pendidikan berwawasan lingkungan perlu diperkuat, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan lingkungan membentuk sikap dan perilaku yang ramah lingkungan.

Pembelajaran yang mencakup pemahaman mendalam tentang pemanfaatan energi berkelanjutan, pengelolaan sampah demi menjaga lingkungan dari limbah domestik, akan menjadi dasar penting bagi anak-anak Indonesia yang menentukan masa depan lingkungan sustainable.

Dengan pendidikan berwawasan lingkungan yang kuat, Indonesia bukan hanya menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, tetapi juga membentuk masyarakat yang peduli terhadap keberlanjutan dan turut menjaga kelestarian lingkungan. 

Hanya dengan kolaborasi yang berkelanjutan dan komitmen bersama, Indonesia dapat meraih potensi bonus demografi untuk menciptakan lingkungan lestari. Yang nantinya memberikan kualitas hidup yang lebih baik.

Nah, tidak hanya di ruang kelas, tetapi pendidikan tentang kelestarian lingkungan juga diajarkan melalui program-program vital yang diadakan di sekolah seperti Program Bank Sampah. 

Generasi yang terdidik dengan baik akan mampu menggabungkan pengetahuan dan nilai-nilai lingkungan untuk menciptakan solusi lingkungan berkelanjutan. 

Kelestarian lingkungan bukan lagi pilihan, melainkan investasi yang nilainya sangat berharga untuk mewujudkan Indonesia maju dan berdaya saing tinggi pada masa depan yang menanti.

Bersama, kita wujudkan lingkungan sustainable dari sekarang untuk masa depan majukan Indonesia jaga kelestarian lingkungan. (foto Akbar Pitopang)
Bersama, kita wujudkan lingkungan sustainable dari sekarang untuk masa depan majukan Indonesia jaga kelestarian lingkungan. (foto Akbar Pitopang)

Pengalaman Aktif Program Bank Sampah Sekolah Pelopor Lingkungan Sustainable

Kita semua sebenarnya punya cara untuk mendukung energi untuk lingkungan hidup dan kemajuan Indonesia, meski dalam bentuk sekecil apapun itu.

Mendapatkan amanah sebagai Ketua Program Bank Sampah di sekolah tempat saya mengajar adalah sebuah keberuntungan yang luar biasa. Ini bukan hanya tanggung jawab, tetapi juga kesempatan emas bagi saya untuk membentuk generasi muda sebagai pelopor perubahan dalam menjaga lingkungan. 

Bersama rekan guru, saya dapat merajut jaringan kepekaan dan kepedulian yang kuat terhadap permasalahan lingkungan sejak dini dalam diri anak didik penerus bangsa.

Sebagai Ketua dalam program ini, peran yang saya lakukan juga mencakup peran sebagai pendidik dan inspirator. Menyadari bahwa program Bank Sampah bukan sekadar wadah untuk mengumpulkan sampah, tetapi juga sebagai ajang pembelajaran tentang tanggung jawab sosial dan dampak positif yang dapat dihasilkan.

Langkah awal yang saya tempuh adalah membangun kesadaran di kalangan siswa, guru, dan dukungan orang tua tentang pentingnya Program Bank Sampah. Supaya dapat memotivasi semua pihak untuk aktif terlibat dan mendukung inisiatif ini. 

Penting untuk menciptakan atmosfer yang inklusif, dimana setiap siswa merasa memiliki peran dalam keberhasilan Program Bank Sampah. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pengurangan jumlah sampah dan pengembangan kreativitas melalui daur ulang.

Menerima kerjasama edukasi dan kampanye Bank Sampah dari dokter muda yang melakukan kegiatan co-ass di sekolah kami. (foto Akbar Pitopang)
Menerima kerjasama edukasi dan kampanye Bank Sampah dari dokter muda yang melakukan kegiatan co-ass di sekolah kami. (foto Akbar Pitopang)

Dalam beberapa kesempatan, saya juga menggandeng pihak eksternal, seperti diantaranya utusan dokter muda yang melaksanakan program co-ass di sekolah kami. Untuk memberikan dukungan dan pengetahuan lebih lanjut. 

Kolaborasi yang baik akan meningkatkan keberhasilan program Bank Sampah dan memperluas dampaknya di luar lingkungan sekolah.

Para siswa dapat dilibatkan dalam diskusi, kegiatan edukasi, dan kampanye untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya pengelolaan sampah.

Lalu, saya melakukan pemantauan secara rutin terhadap perkembangan program dan mengevaluasi untuk melihat dampak nyata yang telah dicapai. 

Siswa, guru, dan orang tua yang telah berkontribusi secara positif juga menerima apresiasi sehingga dapat terus bersemangat untuk berpartisipasi dan berkembang.

Komitmen dalam Program Bank Sampah Sekolah bukan hanya mengelola sampah fisik, tetapi juga mengelola potensi kesadaran dan karakter yang dibutuhkan generasi anak didik. 

Dengan membangun kesadaran, kepedulian, dan partisipasi aktif dalam Program Bank Sampah, saya dan rekan guru menjadi bisa menawarkan langkah perubahan yang berdampak jangka panjang membawa Indonesia menuju lingkungan yang berkelanjutan.

Siswa senang menjadi duta lingkungan yang di masa depan siap majukan Indonesia serta jaga kelestarian lingkungan. (foto Akbar Pitopang)
Siswa senang menjadi duta lingkungan yang di masa depan siap majukan Indonesia serta jaga kelestarian lingkungan. (foto Akbar Pitopang)

Menyulap Stigma menjadi Aksi Nyata Jaga Kelestarian Lingkungan

Banyak individu di sekitar kita yang abai terhadap tanggung jawab pengelolaan sampah pribadi. Hal tersebut bukan tanpa alasan.

Saya sudah menemukan titik masalah yang sebenarnya yakni adanya stigmatisasi. Tantangan besar dalam upaya menciptakan kesadaran peduli terhadap pengelolaan sampah di kalangan masyarakat terletak pada stigma yang melekat. 

Banyak individu yang masih menganggap bahwa pengelolaan sampah adalah tugas para petugas kebersihan atau bahkan menganggap bahwa ini sudah menjadi domain pemulung. 

Stigma ini yang secara tidak langsung menempatkan tugas pengelolaan sampah dianggap sudah diluar tanggung jawab pribadi, sehingga menghambat kemajuan program Bank Sampah di sekolah.

Titik sentral dari tantangan ini adalah adanya kekhawatiran untuk disamakan dengan pemulung. Sebagai guru yang berada di garis depan Program Bank Sampah, tantangan ini seakan menjadi panggilan untuk merubah mindset dan menghapus stigma di kalangan rekan sejawat dan terutama pada anak didik.

Untuk mengatasi hal ini, pendekatan yang holistik dan terencana perlu diimplementasikan. 

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema "Gaya Hidup Berkelanjutan" yang sinkron dengan program Bank Sampah. (foto Akbar Pitopang)

1. Pemberdayaan Bank Sampah terintegrasi kurikulum 

Pertama-tama, adanya bimbingan khusus untuk guru dan staf sekolah. Agar stigma seputar pengelolaan sampah bisa diungkapkan, didiskusikan, dan ditangani secara terbuka. Dan meningkatkan pemahaman akan peran setiap warga sekolah dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Materi tentang tanggung jawab individu terhadap sampah juga sudah disisipkan dalam kurikulum sekolah. Dengan demikian, nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam setiap aspek kehidupan, bukan hanya di lingkungan sekolah.

Kami mengajak siswa untuk menjadi duta lingkungan di sekolah. Kami telah menunjuk perwakilan dari setiap kelas untuk menyampaikan pesan dan informasi tentang pengelolaan sampah kepada teman-teman sekelas.

Melibatkan siswa dalam mengubah persepsi dapat menciptakan efek domino di dalam dan di luar sekolah.

Di samping itu, tentunya sekolah mengintegrasikan materi atau tema P5 tentang "Gaya Hidup Berkelanjutan". Yang menjadi strategi jangka panjang untuk merombak persepsi dan bagaimana kontribusi siswa berdampak pada keberlanjutan lingkungan.

Adanya dukungan dari orangtua dalam pengadaan tong sampah khusus untuk memudahkan pengelolaan sampah sesuai jenisnya. (foto Akbar Pitopang)
Adanya dukungan dari orangtua dalam pengadaan tong sampah khusus untuk memudahkan pengelolaan sampah sesuai jenisnya. (foto Akbar Pitopang)

2. Kolaborasi dukungan orangtua dan stakeholder

Langkah berikutnya adalah melibatkan orangtua dalam proses edukasi. Dengan mengadakan acara khusus atau pertemuan orangtua-guru maka pesan positif dan konstruktif tentang pengelolaan sampah dapat disampaikan. 

Dalam konteks ini, menjelaskan bahwa partisipasi dalam Program Bank Sampah bukanlah semata-mata untuk disamakan dengan pemulung, tetapi sebagai kontribusi nyata untuk menciptakan perubahan positif di lingkungan sekolah dan dirumah.

Kami menyampaikan informasi yang relevan, bukan hanya tentang dampak lingkungan, tetapi juga potensi positif yang bisa dihasilkan melalui program Bank Sampah.

Para guru melibatkan perannya dalam pelaksanaan program Bank Sampah di sekolah. (foto Akbar Pitopang)
Para guru melibatkan perannya dalam pelaksanaan program Bank Sampah di sekolah. (foto Akbar Pitopang)

3. Menciptakan model peran yang positif 

Dalam hal ini tentu keteladanan juga tidak boleh diabaikan. Guru bisa menjadi contoh yang sangat mudah untuk ditiru oleh siswa dalam mengelola sampah secara bijak, dan berpartisipasi aktif dalam Program Bank Sampah. 

Dengan melihat guru maupun kepimpinan Kepala Sekolah sebagai pionir perubahan, anak didik dapat meresapi nilai-nilai positif terkait pengelolaan sampah.

Dengan kombinasi strategi yang terkoordinasi dan pendekatan yang positif diantara sesama guru bersama Kepala Sekolah, harapannya adalah bahwa stigma seputar pengelolaan sampah dapat tergantikan dengan kesadaran kolektif dan partisipasi aktif di semua warga sekolah.

Siswa menyetorkan sampah, ditimbang, dicatat, lalu selanjutnya menerima cuan untuk kelasnya masing-masing. (foto Akbar Pitopang)
Siswa menyetorkan sampah, ditimbang, dicatat, lalu selanjutnya menerima cuan untuk kelasnya masing-masing. (foto Akbar Pitopang)

4. Potensi cuan dari pemilahan sampah

Pamerkan contoh nyata keberhasilan Program Bank Sampah di sekolah. Salah satunya hasil penjualan sampah. Bahwasanya sampah ternyata bisa menghasilkan cuan.

Dengan memperlihatkan hasil positif melalui cuan yang diperoleh, akan semakin mendorong dan memberikan contoh nyata bahwa setiap individu siswa memiliki peran penting dalam menjaga kebersihan. Seperti pengurangan jumlah sampah dan dampak positif pada lingkungan.

Tantangan dalam menghadapi stigma terhadap pengelolaan sampah di kalangan masyarakat, termasuk diantara siswa, guru dan orangtua, memang merupakan tantangan besar dalam menjalankan Program Bank Sampah di sekolah. 

Namun, dengan kesadaran, pendekatan yang tepat, dan edukasi, maka sejatinya stigma tersebut berangsur-angsur bisa diatasi. 

Melalui upaya bersama, maka kesadaran dan penerimaan terhadap pengelolaan sampah bisa tumbuh, hingga stigma dapat segera dihapuskan. 

Transformasi ini bukan hanya tentang mengelola sampah, tetapi juga membentuk budaya sustainable yang melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang siap majukan Indonesia serta jaga kelestarian lingkungan!

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang | Ketua Bank Sampah Sekolah ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun