Banyak individu yang masih menganggap bahwa pengelolaan sampah adalah tugas para petugas kebersihan atau bahkan menganggap bahwa ini sudah menjadi domain pemulung.Â
Stigma ini yang secara tidak langsung menempatkan tugas pengelolaan sampah dianggap sudah diluar tanggung jawab pribadi, sehingga menghambat kemajuan program Bank Sampah di sekolah.
Titik sentral dari tantangan ini adalah adanya kekhawatiran untuk disamakan dengan pemulung. Sebagai guru yang berada di garis depan Program Bank Sampah, tantangan ini seakan menjadi panggilan untuk merubah mindset dan menghapus stigma di kalangan rekan sejawat dan terutama pada anak didik.
Untuk mengatasi hal ini, pendekatan yang holistik dan terencana perlu diimplementasikan.Â
1. Pemberdayaan Bank Sampah terintegrasi kurikulumÂ
Pertama-tama, adanya bimbingan khusus untuk guru dan staf sekolah. Agar stigma seputar pengelolaan sampah bisa diungkapkan, didiskusikan, dan ditangani secara terbuka. Dan meningkatkan pemahaman akan peran setiap warga sekolah dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Materi tentang tanggung jawab individu terhadap sampah juga sudah disisipkan dalam kurikulum sekolah. Dengan demikian, nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam setiap aspek kehidupan, bukan hanya di lingkungan sekolah.
Kami mengajak siswa untuk menjadi duta lingkungan di sekolah. Kami telah menunjuk perwakilan dari setiap kelas untuk menyampaikan pesan dan informasi tentang pengelolaan sampah kepada teman-teman sekelas.
Melibatkan siswa dalam mengubah persepsi dapat menciptakan efek domino di dalam dan di luar sekolah.
Di samping itu, tentunya sekolah mengintegrasikan materi atau tema P5 tentang "Gaya Hidup Berkelanjutan". Yang menjadi strategi jangka panjang untuk merombak persepsi dan bagaimana kontribusi siswa berdampak pada keberlanjutan lingkungan.
2. Kolaborasi dukungan orangtua dan stakeholder
Langkah berikutnya adalah melibatkan orangtua dalam proses edukasi. Dengan mengadakan acara khusus atau pertemuan orangtua-guru maka pesan positif dan konstruktif tentang pengelolaan sampah dapat disampaikan.Â
Dalam konteks ini, menjelaskan bahwa partisipasi dalam Program Bank Sampah bukanlah semata-mata untuk disamakan dengan pemulung, tetapi sebagai kontribusi nyata untuk menciptakan perubahan positif di lingkungan sekolah dan dirumah.
Kami menyampaikan informasi yang relevan, bukan hanya tentang dampak lingkungan, tetapi juga potensi positif yang bisa dihasilkan melalui program Bank Sampah.
3. Menciptakan model peran yang positifÂ
Dalam hal ini tentu keteladanan juga tidak boleh diabaikan. Guru bisa menjadi contoh yang sangat mudah untuk ditiru oleh siswa dalam mengelola sampah secara bijak, dan berpartisipasi aktif dalam Program Bank Sampah.Â
Dengan melihat guru maupun kepimpinan Kepala Sekolah sebagai pionir perubahan, anak didik dapat meresapi nilai-nilai positif terkait pengelolaan sampah.
Dengan kombinasi strategi yang terkoordinasi dan pendekatan yang positif diantara sesama guru bersama Kepala Sekolah, harapannya adalah bahwa stigma seputar pengelolaan sampah dapat tergantikan dengan kesadaran kolektif dan partisipasi aktif di semua warga sekolah.
4. Potensi cuan dari pemilahan sampah
Pamerkan contoh nyata keberhasilan Program Bank Sampah di sekolah. Salah satunya hasil penjualan sampah. Bahwasanya sampah ternyata bisa menghasilkan cuan.
Dengan memperlihatkan hasil positif melalui cuan yang diperoleh, akan semakin mendorong dan memberikan contoh nyata bahwa setiap individu siswa memiliki peran penting dalam menjaga kebersihan. Seperti pengurangan jumlah sampah dan dampak positif pada lingkungan.
Tantangan dalam menghadapi stigma terhadap pengelolaan sampah di kalangan masyarakat, termasuk diantara siswa, guru dan orangtua, memang merupakan tantangan besar dalam menjalankan Program Bank Sampah di sekolah.Â
Namun, dengan kesadaran, pendekatan yang tepat, dan edukasi, maka sejatinya stigma tersebut berangsur-angsur bisa diatasi.Â
Melalui upaya bersama, maka kesadaran dan penerimaan terhadap pengelolaan sampah bisa tumbuh, hingga stigma dapat segera dihapuskan.Â
Transformasi ini bukan hanya tentang mengelola sampah, tetapi juga membentuk budaya sustainable yang melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang siap majukan Indonesia serta jaga kelestarian lingkungan!
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang | Ketua Bank Sampah Sekolah ==
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H