Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Miskonsepsi Guru tentang Perencanaan Pengelolaan Kinerja PMM

11 Januari 2024   02:29 Diperbarui: 13 Januari 2024   16:47 1770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Tangkapan layar PMM via pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id)

Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, tahun 2024 akan menjadi momen bagi para pendidik dan tenaga kependidikan di Indonesia, dimana akan adanya perubahan di bidang penilaian kinerja yang mengemuka.

Aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM) tidak lagi hanya menjadi formalitas administratif, melainkan akan bertransformasi menjadi sebuah "rapor" khusus bagi para guru.

Perubahan ini menciptakan gelombang diskusi dan antusiasme di kalangan rekan-rekan guru. Bagaimana tidak, setelah berkutat dengan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) online via e-Kinerja yang awalnya terkadang cukup membingungkan, kini guru-guru akan menghadapi era baru pengelolaan kinerja melalui aplikasi PMM. 

Tidak hanya siswa yang memiliki rapor, namun pendidik dan tenaga kependidikan juga akan memiliki evaluasi kinerja yang menggambarkan sejauh mana kontribusi mereka dalam dunia pendidikan.

Pengenalan PMM sebagai instrumen pengelolaan kinerja guru menjadi langkah signifikan yang diambil oleh Kemendikbud, yang memberikan bobot dan nilai khusus untuk setiap tugas dan pencapaian guru. 

Para pendidik diharapkan dapat lebih terfokus dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, mendukung perkembangan siswa, dan berinovasi dalam metode pengajaran. 

Munculnya PMM sebagai "rapor" guru membawa dampak positif yang tidak hanya terbatas pada peningkatan profesionalisme, tetapi juga mendorong guru untuk terus mengembangkan kompetensi dan kemampuan. 

Menghadapi awal tahun dan Semester Genap di Tahun Pelajaran 2023-2024, guru-guru di seluruh Indonesia menanggapi perubahan ini dengan sikap terbuka dan semangat untuk terus belajar. 

Jelas Kemendikbud berharap bahwa PMM dapat menjadi instrumen yang mendorong kualitas pendidikan di Indonesia. 

Dengan menghadirkan guru-guru yang berdedikasi, kompeten, dan mampu memotivasi siswa mencapai potensi maksimal mereka.

Keterlibatan aktif dari guru, sekolah, dan pihak terkait diharapkan dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan. 

Dengan PMM sebagai "rapor" baru dalam pengelolaan kinerja bagi para pendidik, semakin jelaslah bahwa pendidikan di Indonesia tidak hanya tentang siswa yang berkembang, tetapi juga tentang pertumbuhan profesionalisme dan kontribusi nyata dari setiap guru di negeri ini.

Ketika guru berkumpul membahas tentang pengelolaan kinerja atau SKP. (foto Akbar Pitopang)
Ketika guru berkumpul membahas tentang pengelolaan kinerja atau SKP. (foto Akbar Pitopang)

Ketika PMM beralih menjadi "rapor" kinerja guru di 2024

Perubahan signifikan dalam penilaian kinerja guru di Indonesia terjadi sejak diperkenalkannya sistem SKP online oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) pada pembuatan SKP tahun 2023. 

Namun, kini proses penilaian dan atau pengelolaan kinerja guru bermetamorfosis melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). 

Pada tinjauan singkat yang saya lakukan, terdapat sedikit kemudahan dalam menentukan Rencana Hasil Kerja (RHK) di PMM. Untuk sementara waktu saya menilai seperti itu.

Kemudahan dalam proses ini menjadi angin segar yang sangat diharapkan oleh komunitas belajar guru. 

Harapannya, guru-guru menginginkan agar setiap terobosan atau aplikasi yang diperkenalkan oleh Kemendikbud mendukung tujuan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. 

Namun, kunci keberhasilan tetap berada pada kemudahan pemahaman dan pelaksanaan oleh para guru itu sendiri. Hanya dengan demikian, setiap inovasi dapat diterapkan dan membawa dampak positif yang sesungguhnya.

Dengan perubahan ini, diharapkan para guru tidak hanya melihatnya sebagai pergeseran administrasi semata, melainkan sebagai langkah menuju peningkatan kualitas pendidikan di negeri ini. 

(Tangkapan layar PMM via pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id)
(Tangkapan layar PMM via pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id)

Apakah PMM akan menjadi 'Super App' guru?

Saya menduga-duga jika nantinya PMM bisa saja menjadi "super app" dari Kemendikbud untuk para guru. Kedepannya bisa saja semua hal yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru akan difokuskan pada aplikasi PMM.

Karena melalui PMM, terlihat potensi besar untuk mengintegrasikan berbagai aspek peningkatan kompetensi guru ke dalam satu platform yang menyeluruh.

Sebagai sebuah "super app" guru, PMM tidak hanya menjadi tempat untuk melaporkan pengelolaan kinerja, namun juga menjadi pusat pembelajaran mandiri bagi para pendidik. 

Dari menyempurnakan perangkat ajar hingga mengikuti pelatihan mandiri, semua hal yang berkaitan dengan pengembangan profesionalisme guru dapat terakses dengan mudah melalui PMM. 

Dalam bayangan saya, PMM dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah kebingungan dan kelelahan guru akibat banyaknya aplikasi dan akun yang harus diurus. 

Dengan menyatukan berbagai fungsi, PMM akan memberikan kemudahan dalam mengelola informasi serta juga mengurangi "kemalasan" guru untuk terlibat dalam proses peningkatan kompetensi.

Keunggulan utama dari konsep "super app" ini terletak pada kemampuannya menyediakan pengalaman yang menyeluruh bagi para guru. Persoalan yang muncul dalam proses mengajar, seperti kelengkapan administrasi, dapat diatasi secara lebih efisien melalui satu platform yang terintegrasi dengan baik.

Adopsi PMM sebagai "super app" guru tentu tidak terlepas dari peran pemangku kepentingan. Kemendikbud, guru, dan pihak terkait harus bekerja sama untuk mengoptimalkan potensi PMM sebagai solusi terkini dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. 

Dengan terobosan ini, kita dapat membayangkan sebuah masa depan di mana guru tidak hanya menjadi penerima perubahan, tetapi juga pengemban peran kunci dalam merajut masa depan pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Ilustrasi yang menggambarkan kolaborasi guru. (foto Akbar Pitopang)
Ilustrasi yang menggambarkan kolaborasi guru. (foto Akbar Pitopang)

Penguatan kolaborasi transformasi digital melalui PMM

Dekat atau jauh, perubahan di dunia pendidikan Indonesia tidak dapat dihindari. Dengan diperkenalkannya Platform Merdeka Mengajar (PMM), para guru dihadapkan pada suatu revolusi digital yang mengubah cara mereka belajar, mengajar, dan berkolaborasi. 

Dugaan bahwa guru ---yang menjadi perhatian disini adalah guru senior yang mendekati masa purnabakti--- akan menjadi semakin melek teknologi menjadi titik terang dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

Terbayang dalam benak kita, guru yang dulu mungkin enggan membuka laptop kini merasa nyaman dengan perangkat digital. 

Situasi "gaptek" atau gagap teknologi yang pernah melanda kalangan guru senior pun mulai teratasi. 

Guru senior belajar dan mempersiapkan strategi mengajar melalui PMM, mengumpulkan dokumen, bahkan akan segera mengevaluasi kinerja mereka selama setahun, semuanya akan diakses melalui aplikasi tersebut.

Kenyataan bahwa semakin sering mereka berinteraksi dengan perangkat digital, semakin adaptif dan mahir mereka terhadap teknologi. 

Meskipun awalnya mungkin terasa sebagai tantangan, namun intensitas penggunaan perangkat digital secara berkelanjutan memberikan peluang besar untuk meningkatkan keterampilan dan kesiapan guru senior terhadap dunia digital dan atau transformasi teknologi dalam dunia pendidikan.

Di sekolah-sekolah, kita mungkin masih melihat sejumlah guru senior yang kewalahan dengan pesatnya penerapan teknologi. Namun, ada harapan dalam kolaborasi antar guru. 

Guru muda yang lebih melek teknologi dapat berperan sebagai mentor dengan memberikan bantuan dalam menghadapi dunia digital. 

Kolaborasi ini menjadi kunci sukses untuk memastikan bahwa transisi ke era digital tidak meninggalkan siapapun di belakang. Tidak ada guru yang ingin hebat sendiri.

Dengan kerjasama dan kolaborasi, diharapkan perubahan ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses, yang mengarah pada peningkatan kompetensi dan kualitas pendidikan Indonesia secara menyeluruh.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun