Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Panduan Lengkap Berburu Durian Kampung yang Bikin Dompet Tidak Kampungan

6 Januari 2024   10:46 Diperbarui: 11 Januari 2024   22:20 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hunting durian lokal milik warga kampung di Situjuah, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. (foto Akbar Pitopang)

Libur sekolah yang berbarengan dengan libur Nataru 2024 memang telah berlalu, namun keajaiban perjalanan pulang kampung membawa serangkaian kisah yang masih membekas di pikiran. 

Terkadang, merenung kembali ke momen-momen indah liburan adalah kiat ampuh untuk melawan Post Holiday Blues. Sebuah perjalanan yang tak hanya menjelajahi tempat, tetapi juga hati dan kenangan yang terpendam.

Bekerja dan berlibur, dua kegiatan yang terjalin dalam harmoni saling membutuhkan. Setelah bekerja dengan tekun untuk mengumpulkan cuan, saatnya untuk memanfaatkannya dengan bijak. Liburan bukan hanya tentang destinasi, tapi juga sebuah perjalanan untuk menenangkan pikiran dan merawat kesehatan mental.

Liburan sekolah yang lalu menjadi titik terang dalam rutinitas tahunan. Pulang kampung, sebuah momen yang hanya terjadi dua kali setahun, memberikan kesempatan untuk melepaskan diri dari hiruk-pikuk kota. 

Meski dibayang-bayangi ancaman bahaya seperti banjir, longsor, dan jalan ambles mewarnai perjalanan, keinginan untuk menginjakkan kaki di kampung tak pernah surut.

Saat akhirnya tiba di rumah, aroma kenangan mulai tercium. Rindu yang tersimpan bisa terlepas begitu saja saat bertemu dengan orangtua. Dan kehangatan keluarga seolah menjadi obat mujarab untuk jiwa dan raga. 

Bersama mereka, saya merasakan kembali getaran kehidupan yang sejati.

Namun, pulang kampung tidak hanya soal kehangatan keluarga, tetapi juga soal perjalanan selera memanjakan lidah. 

Kesempatan ini menjadi momen untuk menyatu dengan kuliner khas daerah, mencicipi hidangan otentik dan buah-buahan lokal yang jarang dijumpai di perantauan. 

Di antara sekian kenikmatan, satu buah khas selalu mencuri perhatian, yaitu durian.

Durian, buah yang dikenal sebagai raja buah tropis menjadi pusat perhatian dalam pesta rasa. Aroma khas dan rasa uniknya mengingatkan saya pada keaslian kampung halaman. 

Setelah hunting lalu bersantap durian bersama keluarga menjadi sebuah ritual yang membuat liburan semakin berkesan.

Rewind ke momen-momen seru saat liburan adalah seperti membuka lembaran-lembaran kisah petualangan. 

Dan dalam setiap rewind, terukirlah kenangan yang menggelitik dan menjadikan liburan ini sebuah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup yang penuh warna.

Rute perjalanan hunting durian. Memang tak mudah, tapi seru. (tangkapan layar Akbar Pitopang)
Rute perjalanan hunting durian. Memang tak mudah, tapi seru. (tangkapan layar Akbar Pitopang)

Jelajah durian kampung: menelusuri durian terbaik dan harga terjangkau

Ketika pulang kampung pada momen liburan kemarin, saya sadar bahwa musim durian hampir berakhir. Meski begitu, di tepi jalan raya masih terlihat para pedagang durian yang menjajakan. 

Namun, saya sedikit "syok" ketika mendengar harga durian melonjak hampir dua kali lipat dari harga normal. 

Bagi pecinta durian sejati, seperti saya dan sekeluarga, masalah harga bukanlah penghalang untuk mencicipi nikmatnya buah durian. Meskipun kantong saku meronta-ronta. He he.

Maka dimulailah petualangan kami, menjelajahi rute perjalanan darat yang melintasi perkampungan demi mengejar aroma khas durian yang menggoda. 

Kami melintasi jalan-jalan kecil masuk kampung, mengejar petunjuk aroma durian lewat keberadaan batang durian yang tampak dari jalan.

Tidak peduli seberapa jauh atau berat tantangannya, keinginan untuk menemukan durian yang "perfect" membuat setiap rintangan terasa ringan.

Perkampungan demi perkampungan kami sambangi, berbicara dengan warga setempat untuk mencari tahu dimana mungkin terdapat durian yang legit dan rasa yang "mantap". 

Kalau dilihat dari Google Maps, kami seperti mengitari peta. Dari Gaduik di Lareh Sago Halaban, menuju Situjuah. Perkampungan di bawah kaki Gunung Sago yang sejuk dan subur.

Dan akhirnya, di ujung perjalanan, ketekunan kami terbayar lunas. Menemukan durian dengan aroma khas yang menyengat, setelah berhasil negosiasi harga yang masih masuk akal. He he.

Kisah perjalanan darat melintasi perkampungan demi mencari keberadaan durian menjadi babak yang tak terlupakan dalam buku kenangan liburan kami kali ini. 

Tak hanya sekadar memuaskan selera, ini adalah sebuah petualangan yang mengajarkan kami tentang keuletan, kegigihan, dan rasa kebersamaan di balik pencarian durian.

Proses memilih durian lokal terbaik yang berkualitas. (foto Akbar Pitopang)
Proses memilih durian lokal terbaik yang berkualitas. (foto Akbar Pitopang)

Berburu durian dengan gaya lokal di negeri sendiri

Bagi para pecinta durian, berburu durian menjadi sebuah petualangan yang tak terlupakan. Namun, sebelum memulai perjalanan hunting mencari keberadaan durian yang perfect, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memastikan pengalaman berburu durian menjadi kenangan legit tanpa kekecewaan.

1. Menyelusuri rute terbaik untuk berburu durian

Dalam mencari durian yang terjangkau, hunting langsung dengan masuk kampung adalah langkah bijak yang dapat memastikan pengalaman berburu durian berjalan lancar. 

Menghindari pembelian di tepi jalan raya, dimana harga durian seringkali melonjak tinggi, menjadi keputusan strategis untuk mendapatkan buah yang berkualitas tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.

Mengapa memilih masuk kampung? Karena masyarakat setempat cenderung lebih bersahabat dan tidak mematok harga durian sebegitu tingginya seperti di pinggir jalan raya. 

Memasuki desa-desa kecil memungkinkan kita untuk berinteraksi langsung dengan para petani durian, yang sering kali lebih terbuka terhadap negosiasi dan memberikan penawaran yang lebih bersahabat.

2. Membangun koneksi dengan petani durian dan masyarakat lokal

Sebelum membeli durian, jangan ragu untuk bernegosiasi harga. Harga durian seringkali dapat dinegosiasikan, terutama jika Anda membeli dalam jumlah yang cukup banyak.

Jalin komunikasi dengan warga setempat sebelum memulai perburuan durian. Mereka dapat memberikan informasi berharga tentang tempat-tempat terbaik untuk mencari durian yang berkualitas dengan harga yang lebih bersahabat.

Memiliki sikap ramah dan santai dapat membantu dalam negosiasi harga. Jika penjual merasa nyaman dan melihat Anda sebagai orang yang ramah, mereka mungkin lebih bersedia memberikan harga yang lebih masuk akal.

Terapkan kebijaksanaan dalam proses tawar-menawar. Mulailah dengan harga yang wajar, dan jangan ragu untuk meningkatkan penawaran secara perlahan. Namun, tetaplah fleksibel dan terbuka untuk kesepakatan yang saling menguntungkan.

Menikmati hasil hunting durian bersama keluarga pecinta durian. (foto Akbar Pitopang)
Menikmati hasil hunting durian bersama keluarga pecinta durian. (foto Akbar Pitopang)

3. Pahami seluk-beluk durian lokal

Pastikan Anda mengetahui musim durian di daerah yang dikunjungi. Berburu durian pada puncak musim tentu berbeda ketika hunting di ujung musim.

Hunting di ujung musim durian membutuhkan keterampilan dan kejelian agar tetap meraih peluang lebih besar untuk menemukan durian yang matang dan berkualitas tinggi.

Kenali berbagai jenis durian yang ada karena setiap jenis durian memiliki karakteristik rasa dan aroma yang berbeda. Maka coba dulu pahami preferensi jenis durian sebelum berburu.

Durian yang matang memberikan cita rasa yang lebih baik. Perhatikan warna kulit dan pastikan aroma durian tercium kuat. 

Hindari durian dengan kulit yang berubah warna karena terpapar terik matahari dan terkena hujan. Juga, pastikan tidak ada lubang atau kerusakan yang mencolok pada kulit durian.

4. Aplikasikan seni tawar-menawar menemukan harga terbaik

Mungkin agak klise dan terdengar sepele, akan tetapi percayalah bahwa penjual durian akan langsung mematok harga yang sangat tinggi lantaran menilai orang yang pakai mobil adalah orang kaya yang punya banyak uang.

Transportasi juga menjadi faktor kunci. Bersepeda motor, bukan hanya soal mobilitas yang lebih mudah melewati jalan-jalan kecil dan berliku di dalam kampung, tetapi juga karena penjual durian cenderung melihat pengendara motor sebagai pembeli yang lebih bisa diajak tawar-menawar.

Naik motor membuat kita terlihat lebih akrab dengan realitas lokal dan menunjukkan bahwa kita datang dengan niat untuk mengeksplorasi bukan hanya sebagai pembeli.

Berbeda kalau kita naik mobil, sehingga gengsi untuk tawar-menawar dan biasanya penjual durian mengira kita akan enggan untuk menawar harga dan diharapkan langsung bungkus saja.

Oh ya, jangan lupa untuk tetap mengenakan pakaian yang sederhana dan tidak mencolok supaya menghindari kesan bahwa kita adalah pembeli yang siap membayar harga tinggi. 

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun