Meskipun Riau telah berhasil membangun beberapa ruas tol seperti Pekanbaru-Dumai, Pekanbaru-Bangkinang, dan Bangkinang-XII Koto Kampar, sedangkan progres pembangunan jalan tol di Sumatera Barat, yang saat ini hanya ruas Padang-Sicincin (Pariaman) tampaknya membutuhkan waktu yang sangat lama.
Perbedaan progres ini tentu dapat menciptakan ketidakseimbangan konektivitas antar provinsi yang memengaruhi mobilitas dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.Â
Kabupaten Kampar dan Kabupaten Limapuluh Kota, yang sering mengalami musibah alam seperti longsor dan banjir, menjadi wilayah yang sangat membutuhkan aksesibilitas jalan yang baik dan aman.
Keterlambatan pembangunan ruas tol di Sumatera Barat khususnya yang melewati wilayah tersebut, memberikan urgensi bagi pemerintah dan pihak terkait untuk merancang dan melaksanakan strategi percepatan pembangunan.Â
Ini bukan hanya menjadi kebutuhan infrastruktur semata, tetapi juga menjadi langkah konkret untuk meningkatkan ketahanan dan kesiapsiagaan terhadap bencana alam yang seringkali melanda dan menghambat perjalanan.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat, menjadi kunci untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur jalan tol di Sumatera Barat.Â
Harapan dari banyak pihak adalah agar rencana pembangunan tersebut dapat direalisasikan secepat mungkin. Supaya memberikan manfaat besar bagi konektivitas dan keamanan perjalanan di kedua wilayah tersebut.Â
Semoga proyek ini dapat menjadi prioritas dan memberikan dampak positif bagi perkembangan Sumatera Barat dan Riau secara keseluruhan.
Menyusuri kembali urgensi ruas tol Sumbar-Riau
Pembangunan ruas tol yang menghubungkan Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Riau memang bukan sekadar sensasi, melainkan sebuah kebutuhan mendesak yang sangat urgensi.Â
Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan, keterbukaan dan transparansi dalam proses pembangunan ruas tol di Sumatera Barat menjadi kunci penting.