Di tengah gemerlapnya dunia pariwisata Indonesia, Kawasan Lembah Harau di Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat, menjadi salah satu spot ekowisata andalan yang menawarkan pesona alam yang begitu memukau.Â
Dengan lanskap dan pemandangan alam yang menakjubkan, Lembah Harau menjadi destinasi unggulan bagi wisatawan yang mencari keindahan alam dan ketenangan (healing).
Lembah Harau terkenal dengan formasi tebing bebatuannya yang menjulang tinggi, menciptakan pemandangan alam yang begitu dramatis. Rimbunnya pepohonan hijau yang mengelilingi kawasan lembah menambah kesan alami dan menyejukkan.Â
Selain itu,di sekitar kawasan lembah juga terdapat hamparan sawah dan ladang milik warga lokal. Sebuah pemandangan kearifan lokal yang begitu menginspirasi dan sayang untuk dilewatkan.
Maka Lembah Harau telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta alam dan pengunjung yang ingin menjauh sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan perkotaan dan rutinitas pekerjaan.
Selain keindahan alamnya, kawasan ini kini juga menjadi tempat yang menarik bagi para wisatawan yang mencari pengalaman berbeda.Â
Wahana-wahana wisata kekinian, homestay, cafe, dan glamping bermunculan di sekitar Lembah Harau. Sehingga memberikan peluang bagi para pengunjung untuk merasakan keunikan dan kenyamanan selama berlibur.Â
Spot-spot baru dengan kreativitas dan keunikannya langsung menarik perhatian wisatawan lokal, luar daerah maupun mancanegara untuk berbondong-bondong mendatangi karena cepat viral di media sosial.
Namun, baru-baru ini, berita yang mengejutkan datang dari kawasan ini. Sebuah musibah banjir melanda Lembah Harau menyebabkan kekhawatiran bagi warga setempat dan banyak pihak serta dampak serius pada pariwisata.Â
Berbagai gambar dan video viral menunjukkan betapa parahnya banjir yang merendam sebagian besar kawasan, termasuk wahana-wahana wisata yang sebelumnya menjadi daya tarik bagi pengunjung.
Bagi kita yang melihat fenomena ini, banjir mengubah pandangan tentang Lembah Harau. Jika sebelumnya yang viral adalah spot-spot wisata kekinian yang memanjakan mata dan membuat jiwa meronta-ronta ingin segera liburan, kali ini yang menjadi pusat perhatian adalah keadaan darurat yang harus segera diatasi.Â
Meskipun banjir ini membawa tantangan baru bagi pariwisata di kawasan ini. Akan tetapi sekaligus menjadi panggilan untuk solidaritas dan dukungan agar Lembah Harau dapat pulih kembali dan terus menyajikan pesona alamnya yang memukau dan lestari.
Banjir Lembah Harau, sudahkah menerapkan pariwisata berkelanjutan?
Kejadian banjir yang melanda Lembah Harau tidak hanya disebabkan oleh faktor alam, meskipun intensitas hujan yang tinggi memang turut berkontribusi pada musibah ini.Â
Lebih dari sekadar peristiwa alam, beberapa pertimbangan terkait pembangunan infrastruktur penunjang kepariwisataan juga turut menjadi fokus dalam menganalisis penyebab terjadinya banjir yang begitu parah di kawasan ini.
Lembah Harau, dengan pesonanya yang menakjubkan, telah menjadi incaran para pengembang infrastruktur pariwisata. Pembangunan homestay, cafe, glamping, dan wahana-wahana wisata kekinian terjadi dengan cepat di kawasan ini.Â
Namun, dengan masifnya pembangunan tersebut, lahan yang sebelumnya berfungsi sebagai resapan air alami mungkin telah berkurang signifikan.
Sepanjang masa mata memandang, tampak begitu luas hamparan sawah yang terbentang hingga ke kejauhan yang menunjukkan kekayaan alam Lembah Harau sebagai suatu kawasan lembah.Â
Lembah merupakan bentang alam yang dikelilingi perbukitan atau pegunungan yang luasnya dapat mencapai ribuan kilometer persegi. [Kompas.com].
Kawasan lembah menciptakan suatu topografi yang memungkinkan terkumpulnya air. Dalam konteks ini, air yang mengalir di kawasan lembah memerlukan area resapan yang luas untuk menyerap dan memproses air hujan dengan baik.
Pembangunan infrastruktur yang tidak seimbang dengan aspek ekologi dan resapan air alami dapat mengakibatkan dampak serius, seperti terjadinya banjir.Â
Dengan melihat ramainya pembangunan di Lembah Harau terutama yang berkaitan dengan pariwisata, kita dapat mempertanyakan sejauh mana perhatian terhadap perencanaan tata ruang dan pengelolaan bentang alam yang ada.
Sebagai pembelajaran untuk kedepannya, perlu adanya evaluasi mendalam terhadap pembangunan infrastruktur di Lembah Harau.Â
Pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan harus menjadi prioritas. Dengan memperhitungkan daya dukung ketersediaan kawasan yang memenuhi persyaratan lingkungan setempat.Â
Semoga Lembah Harau dapat terus menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan yang indah tanpa mengorbankan elemen keasriannya.Â
Lembah Harau lanskapnya seperti di animasi Avatar, sumber daya alaminya yakni air, udara dan tanah di kawasan ini harus dijaga dan dirawat. Jangan sampai "negara api" menyerang!Â
Langkah-langkah menyongsong pariwisata berkelanjutan di Lembah Harau
Dari laman indonesia.travel.id, disebutkan bahwa Lembah Harau yang telah diakui sebagai kawasan geopark alias taman geologi (taman bumi). Seharusnya menjadi salah satu pilot project dalam penerapan prinsip pariwisata berkelanjutan.Â
Dalam perspektif saya sebagai seorang awam yang mencermati kejadian banjir di kawasan ini, menurut saya tampaknya penting untuk memahami dan merangkum langkah-langkah yang relevan guna memastikan keberlanjutan pariwisata, kelestarian alam dan kehidupan masyarakat lokal.
Pariwisata berkelanjutan, sebagaimana menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, bukan sekadar konsep. Adalah bentuk pengembangan pariwisata yang dapat memberikan dampak jangka panjang. Serta memiliki dampak pada aspek lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, baik untuk penduduk setempat maupun para wisatawan yang datang berkunjung. [sumber]
Lembah Harau dengan keindahan geologinya yang memukau, menjadi warisan keindahan alam yang perlu dijaga dan dikelola dengan bijaksana dan terencana.Â
Musibah banjir yang melanda Lembah Harau menjadi alarm yang mengingatkan pentingnya menerapkan prinsip pariwisata berkelanjutan di kawasan ini, terutama karena Lembah Harau telah diakui sebagai kawasan geopark.Â
Berdasarkan analisis dan pemantauan, terdapat beberapa rekomendasi yang dapat dioptimalkan agar pengelolaan pariwisata di Lembah Harau lebih berkelanjutan:
1. Penegakan aturan secara ketat dan tegas untuk kelestarian alam.
Penerapan prinsip pariwisata berkelanjutan di kawasan ini dapat dimulai dengan penegakan aturan yang ketat dan tegas terkait pembangunan. Moratorium izin pembangunan dapat menjadi solusi untuk menghindari kerugian jangka panjang yang mungkin timbul akibat pembangunan yang tidak terkendali.
Pemerintah daerah dan dinas terkait perlu menegakkan aturan pembangunan dengan ketat. Sehingga setiap pembangunan dapat diawasi secara lebih cermat dan sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan.
2. Meningkatkan pengawasan dan kontrol cegah kerusakan kawasan.
Pengawasan dan kontrol terhadap aktivitas yang dapat merusak ekosistem menjadi langkah penting berikutnya. Dengan melibatkan ahli lingkungan dan komunitas lokal untuk meminimalisasi dampak negatif.
Sementara pengalaman wisata tetap berlangsung positif dan bermanfaat bagi semua pihak. Maka diperlukan pengawasan terhadap aktivitas yang dapat merusak lingkungan alam Lembah Harau.Â
Penyelenggaraan kegiatan pariwisata harus memperhatikan dampaknya terhadap ekosistem sekitar, dan kontrol yang baik dapat mencegah kerusakan yang tidak diinginkan.
3. AMDAL untuk pembangunan infrastruktur pariwisata.Â
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) menjadi instrumen krusial dalam mengevaluasi dampak pembangunan. Infrastruktur pariwisata sebaiknya dibangun sesuai dengan AMDAL, dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan menghindari pembangunan di lokasi rawan, seperti di tepi aliran sungai atau di kawasan perbukitan yang rawan penebangan atau illegal logging.
Pembangunan infrastruktur pariwisata sebaiknya selalu mengacu pada AMDAL, sehingga tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi, tetapi juga tidak merugikan ekosistem sekitar.Â
Keselarasan antara pembangunan dan pariwisata berkelanjutan menjadi kunci dalam menjaga harmoni antara manusia dan alam. Agar tetap menjadi harmoni yang hakiki.
4. Menggalakkan partisipasi dan edukasi masyarakat lokal.
Melibatkan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan dan memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga keberlanjutan alam adalah kunci langka perubahan.Â
Memberikan pemahaman bahwa tanah/lahan milik mereka memiliki nilai ekologis yang penting, sehingga tidak sembarang dijual atau digunakan untuk pembangunan yang dapat membahayakan keamanan dan keselamatan warga dan atau mereka sendiri.
5. Tanggung jawab pemberlakuan sanksi atau hukuman.
Untuk meningkatkan tanggung jawab pengembang atau pihak swasta, maka harus ada sanksi atau hukuman yang diberlakukan atas "tindakan bodoh" atau kecerobohan yang terjadi dengan sengaja.Â
Adanya sanksi atau hukuman yang berlaku harus menjadi bagian penting dari kerangka kerja pariwisata berkelanjutan.Â
Ini dapat menjadi kontrol bagi pihak yang cenderung mengabaikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengembangan pariwisata. Juga memberikan kepastian hukum dan tanggung jawab yang jelas.
Dengan penerapan pariwisata berkelanjutan di Lembah Harau, kita tidak hanya menjaga harta karun aset pariwisata ini untuk generasi mendatang, tetapi juga memberikan contoh sustainable bagi destinasi pariwisata lainnya.Â
Pariwisata berkelanjutan sudah merupakan sebuah kebutuhan dan keharusan. Serta sebagai komitmen kita untuk melestarikan lingkungan alam dan kemolekan Lembah Harau yang kita nikmati saat ini, hingga dapat terus dinikmati di masa mendatang.
Dengan menerapkan rekomendasi tersebut akan dapat membantu Lembah Harau menjaga pesonanya sebagai destinasi pariwisata yang menakjubkan, sambil memastikan keberlanjutan alam dan kesejahteraan masyarakat lokal.Â
Hingga pada akhirnya pariwisata berkelanjutan menjadi investasi jangka panjang untuk melestarikan keunikan dan keelokan Lembah Harau yang lestari dan sustainable.
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H