Namun, di tengah euforia kegiatan pasca penilaian hasil belajar, muncul suatu dilema etika yang tak terelakkan yakni ketika sebagian orangtua memilih untuk membawa anak-anak mereka pergi berlibur atau pulang kampung lebih awal.
Keputusan ini, yang terkadang diambil tanpa pemberitahuan kepada pihak sekolah. Sehingga pada hari pembagian rapor, kelas yang seharusnya dipenuhi oleh harapan orangtua tentang keberhasilan anak, menjadi terasa sepi.Â
Sebuah pertanyaan pun muncul, apakah tindakan ini etis?
Menilai perkara etis atau tidak etis dalam konteks ini membutuhkan pemahaman mendalam terhadap peran orangtua dalam pendidikan anak.Â
Orangtua bukan hanya penonton, melainkan partner guru dalam perjalanan pendidikan anak didik.Â
Kehadiran siswa bersama orangtua pada hari pembagian rapor bukanlah sekadar formalitas, melainkan simbol tanggung jawab bersama untuk melihat, meresapi, dan refleksi proses pencapaian anak didik.
Sementara alasan orangtua yang tidak sabar untuk memulai liburan lebih awal mungkin dapat dimaklumi. Kita hanya butuh transparansi dan komunikasi terbuka dengan pihak sekolah.Â
Tidak memberikan pemberitahuan atau seakan-akan menghilang tanpa jejak dapat merusak kerja sama dan semangat kolaborasi yang sudah terjalin antara sekolah/guru dan orangtua.Â
Pentingnya kehadiran orangtua pada hari pembagian rapor sebagai refleksi dari nilai-nilai pendidikan yang mendalam. Juga tentang memberikan contoh bagi anak-anak tentang pentingnya komitmen terhadap pendidikan
Oleh karena itu, kesadaran akan dampak keputusan pergi liburan lebih awal terhadap anak-anak dan komunitas sekolah secara keseluruhan menjadi panggilan etika yang mesti dicermati lagi oleh para orangtua.
Mengingat peran orangtua yang tak tergantikan dan sangat signifikan dalam membentuk masa depan pendidikan anak-anak.