Dalam situasi ini, tindakan yang sigap dan menyeluruh menjadi krusial untuk melindungi korban dan menghentikan aksi kekerasan.
Yang paling penting untuk ditegaskan bahwa pelaku KDRT harus bertanggung jawab atas tindakannya. Meskipun memberikan maaf dapat menjadi langkah awal dalam proses penyembuhan trauma, hal ini tidak boleh menggugurkan tindakan hukum atau aturan adat yang berlaku.Â
Pelaku KDRT harus menghadapi konsekuensi hukum sebagai bentuk keadilan dan sebagai pelajaran bahwa kekerasan tidak dapat ditoleransi.
Mengenai nasib anak-anak, maka aspek keamanan dan kesejahteraan mereka harus menjadi prioritas utama.Â
Peran pihak eksternal, seperti tetangga, saudara, pemuka agama setempat, dan bahkan kepolisian, sangat penting dalam menangani kasus KDRT.Â
Mereka harus ikut merespons laporan adanya tindakan KDRT dengan serius untuk mencegah risiko lebih lanjut dan guna melindungi korban.Â
Dukungan dan keterlibatan mereka dapat menciptakan lingkungan yang mendukung korban dan memberikan tekanan sosial untuk mengubah perilaku pelaku.
Kasus KDRT harus dianggap sebagai sesuatu yang darurat dan harus didesak mendapat penanganan secepat mungkin.Â
Dengan kerja sama semua pihak, diharapkan dapat menghentikan aksi kekerasan dan memberikan perlindungan yang dibutuhkan untuk korban KDRT, termasuk anak-anak yang mungkin menjadi saksi sekaligus korban dalam situasi yang sulit ini.
Wasana Kata
Menghormati satu sama lain adalah fondasi yang kuat, di mana komunikasi yang baik dan empati menjadi kunci memecahkan konflik dalam biduk rumah tangga dan hubungan pernikahan.