Wali kelas terkadang memberikan tekanan kepada rekan guru bidang studi untuk bersegera menyerahkan nilai. Konsekuensinya, di sini akan muncul raut ketegangan dan potensi konflik.
Situasi ini menciptakan ketidaknyamanan yang dapat mempengaruhi kesehatan mental para guru yang terlibat. Padahal, proses penilaian dan perekapan nilai memerlukan waktu dan kehati-hatian.Â
Ketika guru merasa dikejar deadline, hal ini bisa menimbulkan stres yang berpotensi merugikan kesejahteraan mental guru itu sendiri.
Perbedaan perspektif antara wali kelas yang perfeksionis dan guru bidang studi yang mungkin memerlukan lebih banyak waktu untuk menyusun rekapan nilai dapat menciptakan ketidakharmonisan.Â
Beberapa guru mungkin terpaksa melibatkan diri mereka dalam situasi konflik, sementara yang lain mungkin memilih untuk diam dan pasrah demi menghindari konfrontasi atau percekcokan.
Proses pengisian rapor bukanlah lomba paling cepat selesai, tetapi merupakan kesempatan untuk memberikan gambaran yang akurat tentang pencapaian hasil belajar siswa.Â
Diperlukan kolaborasi yang hakiki antara wali kelas dan guru bidang studi, demi menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, terbuka untuk diskusi, dan memahami kebutuhan masing-masing.
Yang demikian adalah langkah bijak untuk menjaga kesehatan mental para guru di tengah dinamika masa pengisian rapor.Â
Cukup dramatis juga ternyata ya..Â
Pentingnya membangun kolaborasi antara Wali Kelas dan Guru Bidang Studi
Sejatinya, guru bidang studi memiliki pemahaman dan tanggung jawab terhadap pekerjaan mereka, terutama terkait rekapan nilai hasil belajar siswa.
Hanya saja, coba bayangkan tanggung jawab guru bidang studi di sekolah yang misalnya terdiri atas 12 rombongan belajar (rombel) dan lebih dari 300 siswa. Ada 2 orang guru PAI yang masing-masing mengampu 6 rombel dari kelas 1 hingga 6, atau hanya ada 1 orang guru PJOK yang harus mengajar di semua kelas atau 12 rombel.Â