Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

5 Langkah Waspada Mycoplasma Pneumoniae di Lingkungan Sekolah

9 Desember 2023   17:25 Diperbarui: 10 Desember 2023   01:46 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pencegahan pneumonia mycoplasma di lingkungan pendidikan (Freepik via Kompas.com)

Pandangan yang tajam dan perhatian serius terhadap kesehatan anak-anak di Indonesia menjadi semakin krusial dengan munculnya kasus-kasus terkait kesehatan anak, yang terbaru adalah mycoplasma pneumoniae yang juga telah menjadi isu global. 

Dengan fokus utama pada kasus yang terdeteksi di Jakarta, kita dihadapkan pada tantangan kesehatan yang perlu mendapat perhatian bersama. [sumber Kompas.com]

Mycoplasma pneumoniae, yang diketahui telah menyerang anak-anak menjadi sorotan utama dalam panggung kesehatan dunia. 

Kasus ini memang mencuat setelah terjadi peningkatan di China Utara, seperti yang dilaporkan oleh WHO. Yang membuatnya semakin mengkhawatirkan adalah bahwa kita tidak hanya berbicara tentang pneumonia yang sudah umum kita ketahui, melainkan pneumonia kali ini diduga disebabkan oleh bakteri mycoplasma.

Kedatangan mycoplasma pneumoniae menambah dimensi kekhawatiran dan menjadi alarm dalam dunia kesehatan anak-anak. 

Di musim penghujan seperti saat ini, di mana tubuh anak-anak dan orang dewasa sekalipun cenderung kurang siap menghadapi perubahan cuaca atau pancaroba. 

Sebagai efeknya, masyarakat terutama orangtua, perlu lebih waspada terhadap gejala-gejala yang mungkin terkait dengan mycoplasma pneumoniae.

Keberhasilan penyembuhan keenam anak yang terkena kasus ini memberikan secercah harapan, namun harus diingat bahwa risiko kesehatan atau kasus penularan terbaru mungkin saja masih tetap ada. 

Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan dan edukasi mengenai gejala-gejala mycoplasma pneumoniae perlu ditingkatkan. 

Sikap proaktif dari sektor instansi kesehatan, pemerintah, dan masyarakat akan menjadi kunci dalam menangani tantangan ini secara efektif.

Kita semua harus sama-sama terus mengamati dan memahami dinamika mycoplasma pneumoniae, mengingat karakter dan penyebarannya yang bisa berdampak luas. 

Melalui upaya pencegahan dan penyuluhan, kita dapat mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul akibat mycoplasma pneumoniae di tengah masyarakat. 

Dengan kepedulian dan tindakan yang tepat, semoga hal itu dapat menjaga kesehatan kita dan generasi penerus Indonesia dari ancaman penyakit yang meluas secara global di tengah ancaman pelemahan kesehatan yang gampang terjadi saat ini.

Ilustrasi Mycoplasma pneumoniae, bakteri penyebab pneumonia pada manusia.(Shutterstock/Kateryna Kon via Kompas.com)
Ilustrasi Mycoplasma pneumoniae, bakteri penyebab pneumonia pada manusia.(Shutterstock/Kateryna Kon via Kompas.com)

Kenali dan cegah pneumonia mycoplasma 

Hal pertama yang perlu kita lakukan saat ini adalah dengan meningkatkan pemahaman tentang apa itu mycoplasma pneumoniae.

Banyak kasus kesehatan yang terjadi selama ini lantaran minimnya pengetahuan dan pemahaman akan penyakit atau ancaman kesehatan tersebut. Sehingga proses penyebarannya menjadi terlambat untuk dibendung. Seperti pada masa Covid-19 yang lalu. 

Dari literasi berbagai sumber, dapat disimpulkan bahwa mycoplasma pneumoniae menyangkut masalah pernafasan. Oleh sebab itu, maka penularannya pun bisa seperti Covid-19 dan lainnya.

Mengutip Kompas.id, Mycoplasma adalah jenis bakteri yang lebih kecil dari bakteri pada umumnya dan dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan. Dalam hal ini, mycoplasma menjadi pemicu mycoplasma pneumoniae yang gejalanya seperti batuk yang terjadi cukup lama, pilek, napas cepat, dan sesak napas.

Akan tetapi memiliki karakteristik khusus yang menjadi pembeda. Salah satu yang mencolok yakni mycoplasma pneumoniae lebih sering menyerang anak-anak, seperti yang terjadi di Jakarta. Satu hal yang menggembirakan adalah anak-anak tersebut berhasil sembuh.

Kasus mycoplasma pneumoniae di Indonesia menimbulkan keprihatinan. Oleh karena itu, penting untuk memahami gejala, cara penyebaran, dan upaya-upaya pencegahannya. 

Dengan begitu, kita dapat lebih siap menghadapi tantangan kesehatan ini. Dengan menjaga diri dan melindungi keluarga dan orang sekitar dari risiko infeksi mycoplasma pneumoniae yang mungkin masih sedang mengintai.

Langkah preventif sekolah cegah mycoplasma pneumoniae

Sejauh ini, saya merasakan belum ada sosialisasi yang dilakukan dari instansi kesehatan terdekat guna mengawal dan melakukan penelusuran terhadap persebaran kasus pneumonia jenis ini di sekolah kami. 

Mungkin upaya terkait sudah mulai dilakukan, hanya saja belum ada pihak puskesmas di kecamatan kami yang terjun ke sekolah mensosialisasikan khusus tentang mycoplasma pneumoniae serta upaya-upaya pencegahan atau penularannya.

Meskipun sosialisasi dari dinas kesehatan setempat mengenai mycoplasma pneumoniae belum dilakukan, sekolah tetap akan menjadi garda terdepan dalam mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit ini. 

Pneumonia pada anak. (via Kompas.id)
Pneumonia pada anak. (via Kompas.id)

Pentingnya peran sekolah dalam menjaga kesehatan anak-anak menjadi semakin nyata, terutama setelah Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mencatat kasus infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan pneumonia pada 604 anak-anak beberapa bulan yang lalu ---saat kabut asap yang sempat meningkat. [sumber]

Sebagian besar korban merupakan anak-anak di bawah lima tahun, menunjukkan bahwa anak-anak menjadi kelompok yang rentan.

Dalam menghadapi ancaman ini, sekolah perlu mengambil langkah-langkah antisipatif yang efektif. 

1. Upaya sosialisasi dan edukasi bagi seluruh warga sekolah

Langkah pertama dan yang paling awal dilakukan guru dan pihak sekolah tentulah harus menyiapkan informasi yang akurat mengenai gejala mycoplasma pneumoniae. Berikut cara penularannya, serta tindakan pencegahan yang dapat diimplementasikan di lingkungan sekolah. 

Sosialisasi ini juga dapat dilakukan melalui pertemuan orangtua, edukasi kesehatan yang mungkin nanti dilakukan oleh pihak RS/Puskesmas, atau bahkan pemasangan poster atau papan informasi di area sekolah tentang mycoplasma pneumoniae.

2. Mengimbau untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dan gaya hidup sehat

Waspada pneumonia mycoplasma dengan edukasi penggunaan masker dan protokol kesehatan bagi siswa. (foto Akbar Pitopang)
Waspada pneumonia mycoplasma dengan edukasi penggunaan masker dan protokol kesehatan bagi siswa. (foto Akbar Pitopang)

Langkah paling relevan yang bisa dilakukan sekolah saat ini adalah dengan menganjurkan siswa kembali mengenakan masker dan menerapkan protokol kesehatan diantaranya selalu menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, mencuci tangan dan menjaga jarak agar sirkulasi udara bersih tetap lancar.

3. Segera isolasi anak yang menunjukkan tanda gejala mycoplasma pneumoniae

Tatkala ada anak yang menunjukkan gejala sakit di antaranya sesak nafas, batuk, demam, maka langkah bijak yang dilakukan sekolah adalah segera mengisolasi anak tersebut. 

Selanjutnya pihak sekolah harus segera dihubungi orangtua atau wali murid untuk menjemput anak dan membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat. Jika misalkan tidak memungkinkan maka pihak sekolah juga bisa langsung berinisiatif mengantarkan anak ke fasilitas kesehatan terdekat.

4. Meningkatkan jumlah anak/siswa untuk vaksin atau imunisasi

Tingkatkan terus layanan vaksin bagi siswa untuk menjaga kekebalan kelompok belajar. (foto Akbar Pitopang)
Tingkatkan terus layanan vaksin bagi siswa untuk menjaga kekebalan kelompok belajar. (foto Akbar Pitopang)

Sebagai bentuk upaya menjaga daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit maka perlu diberikan vaksinasi atau imunisasi sesuai dengan arahan dokter atau pihak kesehatan.

Gunanya juga supaya terbentuk herd immunity atau kekebalan kelompok dalam menangkal penyakit dan rentan seperti mycoplasma pneumoniae ini.

5. Sinergi dan komunikasi dengan pihak fasilitas kesehatan

Kunci dalam menangani kasus ini lebih lanjut adalah Dinas Kesehatan perlu meningkatkan upaya sosialisasi dan atau edukasi sebagai pendekatan preventif di masyarakat, termasuk di sekolah-sekolah. 

Dengan kolaborasi yang kuat antara sekolah dan dinas kesehatan, diharapkan dapat bersama-sama menjaga kesehatan anak-anak dan masyarakat luas dari ancaman mycoplasma pneumoniae. Karena, tidak hanya sekolah yang harus bertanggung jawab. 

Besar harapan, semoga anak, siswa, dan kita semua tidak terjangkit mycoplasma pneumoniae dan penyakit-penyakit berbahaya lainnya. Aamiin..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun