Fenomena ini semakin terasa dengan kedatangan gelombang guru muda ke dunia pendidikan, membawa serta semangat dan pemahaman mendalam tentang penguasaan teknologi.
Terlebih lagi, saat ini kita tengah menghadapi generasi Alpha, yang tumbuh dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, internet, dan media sosial.
Ketika guru memasuki ranah sebagai content creator, hal ini bukan hanya tentang mengikuti tren, tetapi juga merupakan respons terhadap perubahan kebutuhan dan preferensi siswa.Â
Generasi Alpha dikenal sebagai generasi teknologi yang lahir dan tumbuh di tengah maraknya internet dan media sosial. Oleh karena itu, guru perlu menyesuaikan pendekatan mereka agar dapat terhubung dengan siswa secara lebih efektif.
Dengan menjadi content creator, guru tidak hanya menciptakan hubungan yang lebih dekat dengan siswa, tetapi juga menyediakan akses yang luas dalam memahami konten pendidikan dengan cara yang lebih menyenangkan.
Eksistensi guru sebagai content creator dapat menjadi daya tarik positif, hal ini juga menuntut kesadaran akan tanggung jawab yang lebih besar.Â
Guru perlu memastikan bahwa kontennya bersifat informatif, edukatif, dan sesuai dengan nilai-nilai moral yang diharapkan dalam pendidikan.Â
Tanggung jawab digital agar tak jadi bumerang
Seperti pisau bermata dua, eksistensi guru di media sosial dapat menjadi sebuah kekuatan ampuh atau malah jadi bumerang tergantung pada cara dan konten yang guru share.
Guru sebagai teladan adalah sebuah prinsip yang diyakini oleh banyak pihak. Apapun yang dilakukan atau diucapkan oleh seorang guru dapat menarik perhatian khalayak.Â
Saat ini, fenomena "goyang-goyang" atau "joget-joget alay" yang menjadi tren di media sosial menjadi tantangan tersendiri bagi etika seorang pendidik.Â