pembiayaan. Meski demikian, terkadang suku bunga yang signifikan dan tenor pinjaman yang panjang menjadi beban tersendiri bagi sebagian masyarakat.Â
Dalam era modern ini, ketika kebutuhan finansial mendesak, banyak dari kita cenderung mengarah pada opsi perbankan atau perusahaanMenariknya, tidak semua orang memilih untuk sepenuhnya bergantung pada lembaga keuangan formal. Beberapa masih memegang nilai-nilai tradisional dengan memilih jalur alternatif, seperti meminjam dana dari keluarga atau kerabat dekat.
Salah satu pilihan unik yang masih relevan adalah meminjam dana dengan menggunakan emas. Saya pribadi memiliki pengalaman menarik terkait opsi ini, yang ingin saya bagikan sebagai potret keberagaman cara pandang terhadap keuangan di tengah masyarakat.
Dalam pengalaman saya, meminjam emas dari anggota keluarga lantaran adanya ikatan emosional di antara kami demi mengurangi beban keuangan. Terdapat rasa saling percaya dan tanggung jawab yang mungkin sulit ditemukan dalam transaksi formal dengan lembaga keuangan.
Selain itu, meminjam emas juga memberikan keleluasaan yang mungkin tidak ditemui dalam pinjaman dari bank atau lembaga keuangan. Yakni tanpa adanya biaya bunga yang harus dibayarkan, tekanan finansial tidak begitu terasa, dan ini dapat memberikan ruang lebih besar untuk fokus pada pengembalian modal.Â
Akan tetapi, tentu saja ada pertimbangan yang perlu diperhitungkan, seperti nilai emas yang harganya selalu berubah dan cenderung selalu naik sehingga membuat saya benar-benar harus mengatur mekanisme pengembalian.Â
Pengalaman ini mengajarkan bahwa cara-cara tradisional tidak selalu harus ditinggalkan begitu saja di era modern ini. cara seperti itu dapat tetap menjadi alternatif yang relevan, terutama ketika melibatkan unsur humanis seperti kekeluargaan dan kepercayaan.
Meminjam dana di masa pandemi
Masa pandemi COVID-19 telah membawa tantangan besar bagi banyak orang, termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan dana mendesak. Saya pribadi merasakan dampaknya, dimana kebutuhan mendesak mendorong saya untuk mencari solusi di tengah ketidakpastian yang melanda.Â
Awalnya, saya mencoba mengakses peminjaman dari lembaga keuangan formal, namun agunan yang diminta menjadi kendala utama.
Pintu-pintu bank, baik syariah maupun konvensional, tampaknya tertutup dengan kebijakan tidak memberikan layanan peminjaman selama masa pandemi. Permintaan dana yang cukup besar membuat situasi semakin mendesak. Sebagai solusi alternatif, saya pun terpaksa melangkah ke arah yang mungkin tidak umum di era digital ini yakni meminjam emas dari keluarga.
Keputusan ini tidak hanya didasari oleh kebutuhan mendesak, tetapi juga karena saya mengalami kesulitan dalam memenuhi persyaratan agunan yang diajukan oleh lembaga keuangan. Proses meminjam emas dari saudara menjadi solusi yang mampu mengatasi kendala persyaratan formal.
Meminjam emas milik keluarga ternyata memberikan fleksibilitas yang dibutuhkan dalam situasi krisis. Tanpa adanya beban bunga yang sering menjadi momok dalam peminjaman konvensional.
Krisis dapat memunculkan kreativitas dalam menanggapi tantangan, dan terkadang solusi terbaik mungkin berada di luar cara-cara lumrah. Meskipun teknologi dan layanan keuangan terus berkembang seperti adanya pinjol (pinjaman online), pengalaman meminjam emas ini penanda keberagaman solusi pembiayaan yang tetap masuk akal di tengah arus modernisasi yang terus bergerak meninggalkan cara-cara tradisional.
Plus-minus meminjam emas
Kalo memang opsi meminjam emas harus dipilih, maka tetap ada plus dan minusnya atau faktor kelebihan dan kekurangan.
Faktor kelebihan dari opsi yang satu ini mungkin dengan adanya unsur kekeluargaan dari keluarga sehingga memberikan keringanan atau mengurangi beban mental ketika kita sedang memiliki pinjaman dana karena adanya rasa kepercayaan yang diberikan.
Nah, kita harus benar-benar mempertimbangkan opsi minusnya. Jika perhitungan tidak cermat maka bisa terasa memberatkan. faktor minus yang harus dicermati antara lain:
1. Tergantung pada harga emas terkini. Salah satu kekurangan utama dari opsi ini adalah ketergantungan pada nilai emas saat pengembalian. Jika harga emas naik, kewajiban pengembalian dapat menjadi lebih besar daripada nominal pinjaman awal.Â
Misalnya, pada tahun 2019 harga emas masih Rp 1.900.000 sedangkan tahun 2022 sudah naik menjadi Rp 2.300.000.Â
2. Harga emas yang fluktuatif. Dalam situasi resiko harga emas yang berubah dan cenderung naik, risiko keuangan muncul. Misalnya, jika harga emas turun, pembayaran pengembalian dapat menjadi lebih mudah, tetapi sebaliknya jika harga naik maka peminjam mungkin harus menghadapi beban yang lebih berat lagi.
3. Potensi konflik keluarga di masa depan. Berbeda dengan lembaga keuangan formal, transaksi ini tidak ada perlindungan hukum yang pasti. Ketentuan dan syarat pembayaran harus disepakati dengan sangat jelas untuk menghindari potensi konflik keluarga di masa depan.
Jadi, kalau kita tidak segera melunasi hutang emas tersebut maka kita terpaksa harus menyiapkan anggaran yang cukup besar yang mungkin bila dihitung-hitung kembali pada akhirnya nominalnya bisa lebih besar dari yang dipinjamkan pihak bank dengan bunga flat.
Sebenarnya, kalau memang ada unsur kekeluargaan yang diutamakan dari cara yang satu ini, maka lebih baik kita meminjam dana cash saja dari keluarga meskipun dia harus menjual emasnya terlebih dahulu.Â
Hanya saja saran seperti itu mungkin tidak serta-merta diterima walau oleh anggota keluarga sendiri. karena pada dasarnya, urusan uang atau hutang tidak mengenal siapa keluarga kita.
Saran peminjaman pembiayaan syariah
Dari pengalaman pribadi yang saya alami, saya ingin berbagi saran yang mungkin bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan dana dalam jumlah signifikan. Apabila tidak ada pinjaman emas dari keluarga, maka melibatkan diri dengan bank syariah bisa menjadi alternatif yang layak untuk menghindari potensi risiko dari pinjaman dari penyedia pinjaman online (pinjol).Â
Salah satu keuntungan utama dalam memilih bank syariah adalah penghilangan beban bunga, yang menjadi perhatian utama bagi sebagian besar masyarakat. Bank syariah beroperasi dengan prinsip keadilan dan keberlanjutan, menawarkan skema pembiayaan yang sesuai dengan hukum Islam, yang dapat menjadi solusi bagi mereka yang ingin menghindari praktik bunga bank konvensional.
Walaupun bank syariah tetap meminta margin keuntungan, namun skema ini seringkali dianggap lebih adil dan transparan. Dalam beberapa kasus, biaya yang dikenakan mungkin lebih terukur dan dapat dipahami dengan jelas oleh peminjam.Â
Selain itu, keputusan untuk memilih bank syariah juga dapat dilihat sebagai langkah positif menuju dukungan terhadap sistem keuangan yang lebih berkelanjutan. Prinsip-prinsip bank syariah yang mengutamakan keadilan dan keberlanjutan menciptakan lingkungan yang lebih mampu bertahan terhadap ketidakstabilan ekonomi.
Sangat penting bagi peminjam untuk tetap mempertimbangkan dengan seksama setiap persyaratan dan kondisi yang diajukan oleh bank syariah. Meski tidak mengenal bunga, bank syariah tetap beroperasi untuk mendapatkan keuntungan, dan peminjam harus memastikan bahwa mereka memahami sepenuhnya mekanisme pembiayaan yang ditawarkan.
Lagian bank-bank konvensional saat ini sudah banyak yang beralih menjadi bank syariah. meskipun peminjaman dana dari bank syariah tetap ada margin yang harus diberikan pada pihak bank. Melibatkan diri dengan bank syariah dapat menjadi langkah cerdas tanpa harus terjebak dalam risiko dan tekanan yang mungkin timbul dari pilihan pembiayaan yang kurang transparan seperti pinjol.
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H