Di sisi lain, ini adalah sebuah cerita tentang perjuangan, tekad, dan kreativitas yang dapat mengubah kesulitan hidup, terutama mengatasi krisis pangan yang menjadi ancaman bagi keluarga-keluarga masa kini maupun di masa mendatang.
Semangat atasi krisis pangan dari rumah perlu digiatkan oleh sesama anggota masyarakat seperti para kader PKK yang mendorong terwujudnya keluarga Indonesia tanpa kemiskinan dan tanpa kelaparan untuk kehidupan sehat dan sejahtera.
Serta mendorong terwujudnya pendidikan berkualitas demi semakin berkurangnya kesenjangan mendorong perubahan-perubahan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup.
Mengatasi kriris pangan, menyelamatkan pendidikan generasi
Tentu saja, perjuangan orangtua tidak berhenti di situ. Hasil dari penjualan tanaman-tanaman pangan ini membantu membiayai pendidikan anak.Â
Bercocok tanam dari pekarangan rumah selain untuk atasi krisis pangan, juga menjadi cara produktif untuk investasi pentingnya pendidikan bagi generasi.
Kisah perjuangan orangtua dalam mengatasi biaya pendidikan dari hasil produksi tanaman pangan di pekarangan rumah, saya rasa dapat memberikan pelajaran berharga tentang solusi pembiayaan pendidikan.
Hasil panen dari komoditi pangan yang ditanam di pekarangan rumah memberikan kontribusi yang tak ternilai dalam menolong membiayai sekolah anak. Meskipun seringkali masih kurang, tapi setidaknya sudah terasa sangat membantu mengurangi beban.
Prinsip "sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit" sangat relevan dalam kisah ini. Itu salah satu kunci keberhasilan dalam mengatasi biaya pendidikan.
Dari pengalaman orangtua adalah bukti nyata tentang bagaimana kebiasaan bercocok tanam di pekarangan rumah dapat menjadi solusi kreatif dalam mengatasi krisis pangan serta krisis biaya sekolah anak.Â
Ternyata tak disangka-sangka, hanya dari lahan pekarangan rumah dapat bermanfaat untuk solusi pemenuhan kebutuhan pangan keluarga, hingga membantu mengatasi krisis keuangan untuk biaya pendidikan anak.