Juga, ada pendidikan karakter lewat pelajaran berharga dari orangtua kepada anaknya tentang bagaimana alam bekerja, siklus pertumbuhan tanaman, dan prinsip-prinsip mengelola lahan pekarangan rumah.
Kreativitas ketahanan pangan dari pekarangan rumah
Pada kesempatan ini saya akan berbagi bagaimana perjuangan orangtua dapat menyekolahkan anaknya dari hasil bercocok tanam di pekarangan rumah. Dengan situasi ekonomi keluarga yang kala itu dalam keadaan yang cukup memprihatinkan.
Dalam masa-masa kesulitan finansial, harapan datang dari perjuangan orangtua yang mampu melanjutkan jenjang pendidikan anak-anaknya dari hasil bercocok tanam di pekarangan rumah.Â
Ketika saya masih anak kecil, situasi finansial keluarga kami memang benar-benar sedang berada "dibawah". Ayah saya adalah seorang petani tapi tidak memiliki lahan sendiri. Namun, dengan tekad yang kuat, orangtua menemukan solusi cerdas dalam mengatasi tantangan ini.Â
Orangtua memutuskan untuk turut mengoptimalkan lahan di sekitar rumah sebagai ladang pertanian untuk sumber pangan selain padi di sawah.Â
Tanaman pangan alternatif seperti jagung, ubi jalar, singkong, dan kacang tanah pun ditanam dengan penuh harapan.Â
Melalui upaya orangtua merawat tanaman-tanaman ini sepenuh hati, sehingga hasil panennya tak hanya untuk kebutuhan konsumsi keluarga sendiri, tetapi seringkali disisihkan untuk dijual.
Dengan kreativitas maka lahan pekarangan rumah dapat menjadi sumber daya mengatasi krisis pangan, juga krisis keuangan.Â
Dalam keadaan sulit seperti itu, orangtua kerap mempraktikkan pola pertahanan keuangan lewat cara "gali lubang, tutup lubang" untuk memenuhi kebutuhan finansial. Akan tetapi dari hasil panen tanaman pangan di pekarangan rumah, uang itu bisa menjadi suntikan dana di saat-saat yang menegangkan kadang tak terduga.
Betapa pentingnya mendayagunakan sumber daya yang tersedia dari lahan terbatas di pekarangan rumah.Â
Upaya mengatasi krisis pangan dari rumah juga dapat menggugah semangat kolaborasi dalam keluarga, dimana setiap anggota memberikan kontribusi terbaik dari diri mereka masing-masing untuk kebutuhan bersama.Â