Nah, kalau caranya tepat, tentu akan meninggalkan kesan yang positif bagi siswa. Pendidikan akhirnya bisa ballance, membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia. Itu pasti sudah menjadi cita-cita dan harapan kita semua.
Baca juga : 5 Gagasan Pokok Bagaimana Penerapan Tata Tertib Peraturan Sekolah di Era Digital
Membentuk karakter murid masa kini, hindari menjadi guru bermental kuno
Era digital membawa perubahan besar dalam cara kita hidup, belajar, dan berinteraksi. Sedangkan generasi Alpha, yang tumbuh bersama teknologi memiliki pemahaman yang berbeda terhadap dunia dan sekitarnya.Â
Maka, peran guru tidak hanya transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pemandu. Dan guru harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Sebuah hal yang pasti adalah bahwa dalam dunia yang selalu terhubung dengan arus informasi yang menyebar dengan cepat, maka guru perlu memahami bahwa segala yang mereka lakukan bisa dengan mudah menjadi viral dan menjadi kontroversi bila ditanggapi dengan pemikiran yang sempit.Â
Tindakan yang awalnya dimaksudkan sebagai upaya pendisiplinan dapat saja berubah menjadi pergunjingan netizen karena dianggap keliru dari kacamata netizen. Oleh karena itu, tatacara guru dalam mendisiplinkan murid zaman now harus benar-benar mempertimbangkan kenyataan ini.
Penting untuk diingat oleh semua guru di negeri ini bahwa generasi Alpha telah lahir dan tumbuh dalam lingkungan yang berbeda 180° dengan model kehidupan ketika guru lahir dan tumbuh.Â
Dulu, mungkin kita menganggap bahwa proses pendisiplinan secara keras adalah hal yang wajar. Namun, metode pendisiplinan yang terkesan keras dan yang mungkin diterapkan pada generasi masa lampau mungkin tidak lagi relevan untuk saat ini.Â
Guru harus mampu menyesuaikan pendekatan mereka dengan realitas anak-anak Alpha yang lebih terbuka terhadap fleksibilitas. Apalagi juga dipengaruhi oleh pemahaman orangtua masa kini yang dilandasi oleh pola parenting zaman now.
Ada satu hal yang tetap harus dipegang teguh oleh guru di tengah semua perubahan ini, yaitunya semangat untuk membentuk karakter peserta didik harus tetap dilakukan sepenuh hati.Â
Membentuk karakter anak didik tidak hanya tentang tertib aturan dan kedisiplinan, tetapi juga tentang mengajarkan nilai-nilai humanis. Guru harus menghindari tindakan yang kurang logis atau yang dapat menyakiti hati siswa. Termasuk menghindari tindakan yang bisa dikategorikan sebagai bentuk bullying atau perlakuan tidak adil.
Guru juga harus memprioritaskan semangat "memanusiakan manusia" dalam menyesuaikan tatacara pendisiplinan siswa. Bila dilakukan dengan cara humanis dapat membentuk individu yang berkualitas dengan etika yang kuat dan pemahaman akan hak serta kewajiban mereka sebagai seorang manusia dalam kehidupan sosial masyarakat.