Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Siasat Petani Pisang di Payakumbuh Melawan Penyakit Darah pada Pisang

31 Juli 2023   19:17 Diperbarui: 2 Agustus 2023   10:05 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pohon pisang. (Sumber: Shutterstock/Underworld via Kompas.com)

Pisang, buah yang sudah menjadi favorit banyak orang, tidak terkecuali bagi saya sendiri dan keluarga. Di tengah pesatnya perkembangan zaman, pisang tetap memegang peran penting sebagai simbol adat dan melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, sejak zaman dahulu hingga era modern seperti saat ini.

Menyusuri pasar dan warung-warung, tidak sulit untuk menemukan pisang yang dijajakan. Beragam jenis pisang hadir untuk memanjakan lidah para penggemarnya. 

Melimpahnya pisang ini juga menjadi cermin dari betapa akrabnya pisang dengan budaya dan kehidupan masyarakat kita.

Melihat di lapangan, banyak keluarga di daerah Minang (baca: Sumatera Barat)yang mengandalkan lahannya untuk menanam pisang. Menanam pisang bukanlah perkara sulit, bahkan bagi pemula sekalipun. 

Tanaman pisang tidak memerlukan perawatan yang rumit, cukup dengan memberikan sinar matahari yang cukup dan menjaga kesuburan tanah, pisang akan tumbuh subur dengan sendirinya.

Ketika musim berbuah tiba, setiap keluarga bisa menikmati hasilnya bersama-sama. bahkan juga bisa berbagi dengan tetangga atau saudara, menambah kehangatan dalam hubungan sosial di masyarakat.

Tentu saja, pisang juga mengandung gizi, vitamin, mineral, dan serat, yang memberikan manfaat positif bagi kesehatan tubuh. 

Pisang tidak sekadar makanan atau buah biasa, melainkan simbol kebersamaan dan kebahagiaan yang senantiasa hadir dalam setiap aspek kehidupan. 

Seiring berjalannya waktu, pisang tetap menjadi bagian tak tergantikan dalam kehidupan masyarakat yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokalnya.

Tanaman pisang mulai menunjukkan gejala terkena penyakit. (foto Akbar Pitopang)
Tanaman pisang mulai menunjukkan gejala terkena penyakit. (foto Akbar Pitopang)

Pisang sakit bisa bikin galau

Meskipun perawatan untuk pisang tidak terlalu neko-neko, namun bila sakit maka bisa bikin galau juga. 

Penyakit darah pada pisang mempengaruhi keseluruhan tanaman, terutama buahnya, sehingga menyebabkan kerugian besar bagi para petani dan konsumen.

Penyakit darah pada pisang sebelumnya telah diulas oleh Kompasianer Guido Arisso dengan berbagai literasi yang menarik. Namun, pada kesempatan ini saya akan menambahkan informasi tentang cara mencegah pisang dari penyakit yang mengancam ini. 

Oleh karena itu, pada kesempatan ini, akan diungkapkan informasi penting untuk menjaga agar pisang-pisang terhindar dari penyakit darah ini di masa mendatang.

Salah satu langkah pencegahan yang penting adalah menjaga kebersihan dan sanitasi di kebun pisang. 

Selain itu, pemilihan varietas pisang yang tahan terhadap penyakit darah juga bisa menjadi langkah cerdas dalam upaya pencegahan. 

Penggunaan pupuk organik dan pemupukan yang tepat juga membantu meningkatkan ketahanan tanaman pisang terhadap penyakit. Pisang yang mendapatkan nutrisi yang cukup akan memiliki sistem pertahanan yang lebih baik terhadap ancaman penyakit. 

Penting untuk memantau atau memperhatikan tanda-tanda awal infeksi penyakit darah, daun atau tunas yang layu berubah warna menjadi kuning hingga kecoklatan, tangkai buah atau jantung pisang yang berubah warna, atau buah yang matang tidak secara normal. 

Jika ada tanda-tanda ini, apa tindakan yang harus diambil? simak ulasannya di bawah ini.

Pisang sakit yang dibiarkan tidak ditebang. (foto Akbar Pitopang)
Pisang sakit yang dibiarkan tidak ditebang. (foto Akbar Pitopang)

Jangan tebang pisang sakit, ini alasannya

Penyakit darah pada pisang (blood disease of banana) menjadi misteri yang terus mengundang pertanyaan bagi petani dan peneliti selama bertahun-tahun. 

Dikenal pertama kali di Sulawesi Selatan pada tahun 1905, penyakit ini telah menyebar ke berbagai provinsi di Indonesia, bahkan hingga saat ini masih menjadi ancaman serius bagi tanaman pisang. [sumber]

Meskipun telah lama berlalu, sifat penyakit yang sulit diidentifikasi dan kurangnya pemahaman menyebabkan sulitnya penanganan dan pencegahan secara efektif. serta membuat langkah pencegahan pun masih rumit.

Seiring berjalannya waktu dan pengalaman petani pisang, pesan penting dari mereka adalah: "jangan menebang pohon pisang yang sakit dan hindari menggunakan parang yang sama untuk menebang pisang yang sehat."

Mengapa pesan ini menjadi kunci dalam upaya preventif?

Sebagai "penyakit darah", dapat dengan mudah menular dari satu tanaman ke tanaman lain melalui berbagai cara, termasuk melalui alat-alat tajam seperti parang yang digunakan untuk menebangnya. 

Ini disampaikan langsung oleh petani pisang yang telah berpengalaman mencermati fenomena yang terjadi pada pisang selama belasan tahun.

Dalam mencegah penyebaran penyakit ini, para petani secara bijaksana menolak untuk menebang pohon pisang yang telah terinfeksi. Dalam pikiran mereka, menebang pohon pisang yang sakit hanya akan membantu menyebarkan penyakit lebih luas.

Di samping itu, upaya preventif para petani menyadari bahwa penggunaan alat-alat tajam untuk menebang, seperti parang, juga dapat menjadi alat penularan penyakit. 

Meskipun telah dibersihkan, petani tidak bisa memastikan apakah sudah benar-benar steril dan tidak akan menyebarkan penyakit ke pisang yang lain yang masih sehat.

Jadi, intinya adalah agar tidak usah menebang pohon yang sakit. biarkan saja ia musnah atau mati dengan sendirinya.

Bila tetap hendak ditebang maka mesti memastikan untuk menggunakan parang yang berbeda ketika memotong pisang yang berbeda, khususnya antara pisang yang terinfeksi dan yang sehat. 

Langkah sederhana ini, sebenarnya dapat menghindari risiko menyebarkan penyakit dari satu tanaman ke tanaman lain.

Nah, itulah informasi penting yang perlu saya sampaikan tentang bagaimana meminimalisir penyebaran penyakit pisang

Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat kita cermati bersama. Bila informasi ini dianggap berguna, silahkan dibagikan kepada yang membutuhkannya.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun