Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Memutus Rantai Perilaku Merokok, PR Mewujudkan Generasi Bebas Rokok (Elektrik)

4 Juni 2023   01:04 Diperbarui: 8 Juni 2023   15:30 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh kawasan yang menerapkan aturan bebas asap rokok yang perlu ditiru se-Indonesia. (KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)

Penting untuk dipahami bagaimana merokok dapat berdampak negatif pada kesehatan dan kesuburan. Rokok mengandung berbagai bahan kimia berbahaya, seperti nikotin, karbon monoksida, tar dan lainnya. 

Bahan-bahan ini dapat merusak sistem reproduksi baik pada pria maupun wanita, dapat mengurangi jumlah dan kualitas sperma pada pria.

Setelah berjuang untuk memiliki momongan selama beberapa waktu, ia menyadari bahwa merokok mungkin menjadi penyebab permasalahannya. Ia memutuskan untuk berhenti merokok secara total dan mengubah pola hidupnya. 

Keputusannya untuk mengubah pola hidupnya membawa hasil yang diharapkan. Tak lama setelah berhenti merokok, ia dan pasangannya akhirnya dikaruniai anak yang mereka impikan. 

Ini adalah bukti bahwa dengan tekad yang kuat untuk berhenti merokok disertai dengan perubahan gaya hidup yang positif, maka kita dapat mengatasi efek negatif merokok dan membawa perubahan yang baik bagi kesehatan dan masa depan.

Vape dan rokok konvensional yang telah dihisap oleh remaja yang nongkrong di cafe di kawasan Kemang, JakSel. (KOMPAS/AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO)
Vape dan rokok konvensional yang telah dihisap oleh remaja yang nongkrong di cafe di kawasan Kemang, JakSel. (KOMPAS/AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO)

Fenomena anak sekolah yang merokok karena pergaulan

Perilaku merokok terus menjadi fenomena yang meluas di masyarakat saat ini. Keberadaannya mudah ditemukan di mana-mana. 

Mengapa demikian? 

Selain faktor lingkungan informal, pergaulan juga menjadi salah satu faktor utama yang mendorong anak-anak dan remaja untuk mulai merokok. 

Awalnya mereka mungkin melakukannya secara sembunyi-sembunyi, tetapi seiring waktu merokok dianggap sebagai hal yang biasa dan diterima oleh sebagian besar masyarakat. 

Hal ini menyebabkan generasi muda saat ini semakin menunjukkan identitas mereka dan berani mempertontonkan perilaku merokok mereka di tempat umum. Tengok saja di kafe atau tempat nongkrong, dan bahkan di taman kota yang minim penegakan aturan terkait.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun