Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengasah Karakter Anti-Cyber Crime dengan Literasi Media dan Etika Digital

19 Mei 2023   11:59 Diperbarui: 20 Mei 2023   04:01 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencari sosok pengganti Menkominfo yang baru. (KOMPAS.ID/DIDIE SW)

Pembahasan kita kali ini akan terkait dengan gambaran sosok seperti apa yang tepat untuk untuk menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) yang baru. Bagaimana supaya kejahatan siber dapat diproteksi dan tidak terus-menerus menjadi ancaman yang sangat membahayakan keberlangsung kehidupan kita di era digital.

Sudah banyak kasus-kasus terkait kejahatan siber yang menyangkut pencurian data, pembobolan dana, peretasan keamanan digital, dan lain sebagainya, yang terus terjadi berulang kali.

Hal ini akan menjadi sebuah ancaman dan tantangan yang sangat besar yang harus dihadapi bersama. Bahwa kehidupan kita tidak hanya secara nyata, namun sudah ditopang dengan dunia digital di sepanjang waktu dan di semua lini kehidupan.

Bagaimana kita menyikapinya?

= Literasi digital dalam kurikulum sekolah

Di era digital yang terus berkembang dengan pesat, kemampuan literasi digital atau literasi media menjadi sangat penting bagi generasi muda. Mereka adalah digital natives yang hidupnya tak bisa dipisahkan dengan teknologi digital.

Literasi digital bukan lagi sekadar kemampuan menggunakan internet dan perangkat teknologi, tetapi juga tentang pemahaman yang mendalam tentang dunia digital yang semakin kompleks. 

Untuk itu, kurikulum sekolah perlu mengadopsi pendekatan yang inovatif dan visioner untuk mengintegrasikan literasi digital sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran. 

Para pendidik dapat memberikan pemahaman kepada anak didik mengenai literasi media. Hal ini dapat diterapkan dalam kurikulum sekolah untuk membekali generasi muda dengan literasi digital yang bertanggung jawab. 

Saat ini, bahwa Direktorat Guru Pendidikan Dasar Kemendikbud telah menghadirkan Modul Literasi Media: Disinformasi dan Pengembangan Literasi Media untuk Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar, yang dapat diakses oleh pendidik maupun masyarakat umum.

Modul literasi media ini merupakan bentuk inisiasi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menanggulangi dampak dari adanya disinformasi di lingkungan media sosial. 

Modul ini dihadirkan dalam rangka mengenalkan pada anak dan peserta didik yang rentan terhadap disinformasi dan berbagai dampak negatif dari perkembangan media sosial yang telah mempengaruhi manusia dalam perilaku sehari-hari dan kehidupan generasi bangsa.

Modul ini akan sangat berguna dalam pengembangan media literasi bagi anak didik pada jenjang SD (Sekolah Dasar). Itu artinya menjadi bagian dari proses pembentukan karakter generasi sejak dini.

Yang menjadi fokus bahasan dalam modul ini adalah disinformasi yang mengarah pada fenomena disinformasi di negara kita cukup mengkhawatirkan. Hal ini bila terus diabaikan maka dapat mengadu domba antar manusia sehingga perlu bagi anak/siswa mengenal sejak dini bentuk-bentuk disinformasi, dampak, serta cara mengatasinya. 

Mengintegrasikan literasi media digital yang interaktif dalam kurikulum sekolah dapat meningkatkan pembelajaran kolaboratif dan keterampilan sosial. Misalnya, melalui proyek kolaboratif online, siswa dapat bekerja bersama dalam kelompok. Ini akan mengajarkan mereka pentingnya kerjasama, komunikasi yang efektif, dan penghargaan terhadap digitalisasi keanekaragaman budaya.

Mencari sosok pengganti Menkominfo yang baru. (KOMPAS.ID/DIDIE SW)
Mencari sosok pengganti Menkominfo yang baru. (KOMPAS.ID/DIDIE SW)

= Butuh sosok Menkominfo yang peduli dunia pendidikan

Kita mengapresiasi upaya dan langkah-langkah persuasif maupun yang berbentuk preventif yang dilakukan oleh Kemdikbud dalam mewujudkan iklim penerapan teknologi dalam pembelajaran atau yang diintegrasikan di dunia pendidikan dengan penuh tanggung jawab dan kolaboratif.

Selain itu, kita juga butuh Menkominfo yang peduli dengan dunia pendidikan sehingga memandang kehadiran teknologi dalam sudut pandang pendidikan yang seharusnya dapat hadir untuk menginspirasi pada hal-hal baik dan terpuji.

Dalam era digital yang terus berkembang, dunia pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk generasi muda yang siap menghadapi tantangan masa depan. Namun, keberhasilan pendidikan digital tidak hanya bergantung pada kurikulum sekolah yang inovatif. Tetapi juga pada komitmen Menkominfo yang peduli dengan dunia pendidikan, dan bagaimana visi-misi yang out of the box dari Menkominfo dapat membawa perubahan positif bagi generasi.

Seorang Menkominfo yang peduli dengan dunia pendidikan mesti memiliki pemahaman yang mendalam tentang kekuatan teknologi bagi dunia pendidikan. Perlu kesadaran bahwa teknologi tidak hanya menjadi alat untuk mengakses informasi, tetapi juga sebagai sumber inspirasi yang tak terbatas. 

Sebuah visi Menkominfo yang out of the box akan memandang teknologi sebagai sarana untuk mendorong kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah dalam pendidikan.

Sebagai seorang yang memiliki peran yang sangat penting, Menkominfo hendaknya dapat mendorong inisiatif proyek inovatif yang menghubungkan dunia teknologi dengan pendidikan. Misalnya, mendukung pembuatan/produksi konten digital yang kreatif dan interaktif yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan seperti desain grafis, pemrograman, dan lainnya. 

Melalui proyek-proyek pendidikan yang mendapat sentuhan dukungan dari Kemkominfo, generasi muda akan terinspirasi untuk mengembangkan minat dan bakat mereka, sambil belajar secara menyenangkan.

  • Pemerataan akses teknologi 

Menkominfo yang peduli dengan dunia pendidikan dapat memfasilitasi kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri teknologi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan program magang atau kunjungan ke perusahaan teknologi, di mana siswa dapat belajar langsung dari praktisi teknologi dan melihat bagaimana teknologi diterapkan dalam dunia kerja. 

Ini tidak hanya akan memberi mereka pemahaman yang lebih baik tentang aplikasi teknologi, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk memasuki pasar kerja yang terus berubah.

Namun tantangan yang perlu diselesaikan oleh Kominfo adalah pemerataan akses teknologi hingga ke daerah. 

Kemendikbud dengan implementasi Kurikulum Merdeka dan konsep Merdeka Belajar akan dapat diterapkan di seluruh sekolah dengan dukungan dari Kominfo.

  • Etika pemanfaatan teknologi 

Penting untuk mengajarkan anak/siswa tentang keamanan digital dan etika online sejak dini. Melalui kurikulum sekolah, mereka diajarkan pentingnya menjaga privasi, menghindari kejahatan siber seperti penipuan online, penyebaran virus, pembobolan data user, maupun tentang bagaimana bertindak secara etis di dunia maya. 

Dalam era informasi yang berlimpah seperti saat ini, literasi media digital menjadi keterampilan penting yang harus dipahami oleh semua orang pada masyarakat modern ini.

Sejak dini sebisa mungkin siswa harus belajar memfilter dan mengevaluasi informasi secara kritis, mengidentifikasi sumber yang dapat dipercaya, dan memahami cara berbagi konten dengan tanggung jawab. 

Dalam kurikulum sekolah, siswa dapat diajarkan metode memperoleh data atau informasi online yang efektif, analisis konten bebas hoax, dan cara menghindari potensi bahaya yang mungkin ada dalam informasi yang mereka temui.

Sosok Menkominfo yang peduli akan hal itu semestinya harus mendorong partisipasi aktif dari lintas masyarakat seperti komunitas pendidikan yang melibatkan orang tua dalam upaya meningkatkan kesadaran pentingnya literasi media digital. 

Dengan melibatkan orang tua dan masyarakat, memungkinkan memperoleh masukan dan dukungan yang diperlukan untuk mengimplementasikan program-program inovatif.

Tidak hanya itu, perlu adanya pemahaman konsekuensi dari perilaku online yang tidak bertanggung jawab. Perlu diadakan diskusi terbuka tentang isu-isu seperti kejahatan siber, kebencian online atau penyebaran ujaran kebencian, dan berita palsu/hoax akan menjadi tantangan dunia digital yang kompleks yang terus saja terjadi hingga detik ini.

ilustrasi Keamanan Siber. (Dok. Shutterstock/LookerStudio via kompas.com)
ilustrasi Keamanan Siber. (Dok. Shutterstock/LookerStudio via kompas.com)

= Menciptakan generasi anti cyber crime

Dalam era digital dan kemajuan teknologi yang terus berkembang, kejahatan siber menjadi ancaman yang nyata bagi masyarakat modern saat ini yang tidak bisa diabaikan. Bahkan kita harus mengakui bahwa tantangan ini masih tetap ada dan berulang kali terjadi. 

Baru-baru ini, serangan pembobolan data nasabah salah satu bank nasional telah menunjukkan betapa pentingnya penguatan keamanan dalam dunia digital. Meskipun upaya pencegahan telah dilakukan oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan lembaga terkait seperti Kominfo, kejahatan siber masih tetap menjadi ancaman untuk bagi kehidupan kita.

Meskipun kejahatan siber merupakan ancaman yang nyata, kita tidak boleh menyerah begitu saja. Kita perlu membangun generasi yang berkarakter, yang bebas dari tindakan cyber crime dalam bentuk apa pun. Inilah saatnya untuk berpikir out of the box dan mengambil pendekatan yang relevan dan esensial untuk melawan kejahatan siber.

Pertama-tama, tentunya pendidikan harus dapat memainkan peran sentral dalam membentuk generasi yang memiliki pemahaman dan kesadaran yang kuat tentang kejahatan siber. sebagaimana yang disuguhkan diatas tadi bahwa kurikulum sekolah perlu mengintegrasikan literasi digital yang mencakup materi tentang keamanan siber. 

Yang perlu diarahkan kepada siswa/anak, misalnya tentang praktik keamanan digital dan bagaimana melindungi diri mereka sendiri secara efektif seperti penggunaan kata sandi yang kuat dan menghindari resiko tautan yang mencurigakan. 

Seturut dengan itu, pendidikan karakter berbasis etika digital harus pula menjadi fokus utama. Siswa harus diajarkan nilai-nilai seperti tanggung jawab, kepedulian sosial, menjaga privasi, dan integritas dalam penggunaan teknologi. 

Namun, melawan kejahatan siber tidak hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga terkait. Bahwa kesadaran masyarakat juga sangat penting melalui kampanye anti-cyber crime harus digencarkan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang risiko dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk melindungi diri, anak, dan keluarga.

Sementara itu, kita harus memahami bahwa tindakan cyber crime tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga merugikan orang lain secara finansial maupun psikis/emosional. Keamanan data dan dana adalah hak semua orang yang harus dihormati.

Dengan upaya pencegahan yang terus-menerus, kita berharap dapat membangun generasi yang berkarakter dan bebas dari tindakan cyber crime, sekecil apapun bentuknya. Kita harus saling berjibaku melawan kejahatan siber dan membentuk generasi anti-cyber crime yang tangguh.

Dengan membangun karakter yang kuat, generasi kita saat ini dan di masa depan akan memiliki keberanian untuk menolak terlibat dalam kejahatan siber dan memilih untuk bertindak dengan etika dan literasi media dan digital.

Literasi terkait: 1 2

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun