Pada momen libur lebaran kali ini terpaksa kami harus kembali menerapkan long distance parenting. Di mana hanya saya dan anak yang mudik, sedangkan istri berhalangan karena tidak memperoleh cuti dari tempat kerja.
Jadi, sama seperti dengan yang sudah pernah saya singgung sebelumnya bahwa proses pengasuhan ini dilakukan oleh salah satu dari orangtua, saya menyebutnya dengan istilah 'single parent'.
Meski begitu, yang harus ditekankan dalam proses long distance parenting ala single parent adalah eksistensi figur dari orangtua meski terpisah jauh untuk sementara waktu.
Alhamdulillah, syukurlah teknologi sudah semakin canggih sehingga dapat mengakomodir proses penerapan long distance parenting ini.
Dengan memanfaatkan fitur video call yang dapat diakses secara sederhana dan mudah maka dampaknya tetap sangat besar dalam andil untuk menghadirkan kekosongan figur orangtua saat long distance parenting.
Hal menarik yang saya perhatikan adalah meskipun proses menghadirkan figur ibu dilakukan secara video call, namun anak saya tidak rewel.
Kehadiran figur orangtua bertujuan agar terus tetap terlibat dalam kehidupan anak mereka dan memastikan bahwa anak mendapatkan perhatian sesuai kadar yang dibutuhkannya.
"Deep attention" dalam proses long distance parenting
Deep attention dapat menjadi strategi yang berguna dalam proses long distance parenting.Â
Deep attention merupakan sebuah konsep yang menunjukkan bahwa ketika orangtua memberikan perhatian pada anak, maka orangtua benar-benar memusatkan perhatian sepenuhnya.Â
Dalam konteks long distance parenting, deep attention dapat menjadi sangat penting dalam membangun dan memelihara hubungan dengan anak yang jaraknya jauh dari orangtua.
Deep attention yang dimaksud di sini mengacu pada kebiasaan orangtua memberikan perhatian yang mendalam dan fokus pada anak misalnya saat anak sedang diajak berinteraksi melalui sambung video call.