Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Ada "Surga yang Dirindukan" di Kampung Halaman

25 April 2023   02:25 Diperbarui: 25 April 2023   02:50 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibunda yang tiba-tiba jatuh sakit pada Ahad 23/4/2023. (Foto Akbar Pitopang)

Saya setuju terhadap beberapa poin yang membuat orang-orang atau perantau begitu merindukan kampung halaman. Mungkin beberapa poinnya juga membuat saya merindukan kampung halaman.

Saya pun juga merindukan momen untuk pulang ke kampung halaman terlebih di musim libur lebaran seperti saat ini.

Akan tetapi, diluar dari beberapa alasan yang diutarakan diatas, sebenarnya ada satu alasan utama mengapa saya merindukan kampung halaman yang perlu diwujudkan dengan mudik atau pulang kampung.

Satu alasan utama yang dirindukan dari kampung halaman yakni kerinduan untuk bertemu dan atau berkumpul bersama orang tua dalam suasana Hari Raya Idul Fitri yang penuh hikmah.

Pada momen Idul Fitri tahun lalu, saya memiliki kesempatan yang sangat berharga untuk bertemu dengan ayahanda saya. Namun, ketika saya tiba di rumah, saya terkejut melihat kondisi fisik ayahanda yang sangat menurun. Beliau terlihat sangat lemah dan rapuh, sehingga saya merasa sedih dan prihatin.

Meskipun demikian, saya tetap berusaha untuk menyemangati ayahanda dan berbicara dengan beliau selama mungkin. Kami juga berhasil menyempatkan diri untuk berfoto bersama, sehingga saya memiliki kenang-kenangan yang berharga bersama ayahanda.

Namun, pada hari raya Idul Adha yang datang beberapa bulan kemudian, saya mendapat kabar yang sangat menyedihkan. Ayahanda saya telah berpulang ke hadirat Allah SWT. Saya merasa hancur dan sangat menyesal karena tidak bisa bersama dengan ayahanda lebih lama lagi.

Saya merenung tentang momen Idul Fitri tahun lalu dan merasa bersyukur atas kesempatan yang saya miliki untuk bertemu dan berbicara dengan ayahanda. Saya juga merasa terhibur dengan kenang-kenangan kami bersama yang terabadikan dalam foto. Namun, kesedihan saya tetap besar karena saya tahu bahwa saya tidak akan pernah bisa bertemu dengan ayahanda lagi di dunia ini.

Pulang kampung demi bisa bertemu dengan ibunda. (Foto Akbar Pitopang)
Pulang kampung demi bisa bertemu dengan ibunda. (Foto Akbar Pitopang)

Karena itulah maka saya tidak akan melewatkan kesempatan untuk pulang kampung agar bisa melepas rindu dengan orang tua saya yang kini hanya ada ibunda saja. 

Ketika saya memutuskan untuk pulang kampung pada momen Idul Fitri tahun ini, yang saya rindukan hanyalah untuk bertemu dengan ‘mandeh kanduang’.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun