Tapi ternyata perkiraan saya agak keliru dan pilihan untuk memilih rumah yang langsung menghadap ke arah timur perlu dipertimbangkan lagi bila ingin menyiasati suhu panas pada bangunan rumah.
Kedua, atap rumah yang cenderung landai alias tidak terlalu tinggi.
Rumah yang saya tempati dibangun oleh developer (pengembang perumahan). Kondisi dan penampakan atapnya dengan wujud yang sama dan seragam satu sama lain.
Bagi saya dan keluarga kecil yang memilih menetap di perantauan tentu perencanaan memiliki hunian tempat tinggal akan sangat mengandalkan kinerja developer.
Harga tanah yang semakin melambung membuat saya terpaksa benar-benar mengatur strategi untuk memperoleh rumah yang layak namun disesuaikan dengan budget kami yang masih terbatas.
Dulu, kami berpikir bahwa yang nomor satu adalah memiliki rumah terlebih dahulu. Baru selanjutnya adalah, bila ada yang perlu direnovasi atau diperbaiki dari kondisi yang ada maka itu adalah tugas berikutnya yang bisa disesuaikan dengan ritme timing dan budgeting.
Padahal seharusnya dari awal calon penghuni rumah sudah harus benar-benar memperhatikan bentuk dan ketinggian atapnya. Kondisi atap yang lebih landai dapat menyebabkan suhu panas menjadi mudah terperangkap diantara ruang antara atap dan dasar plafon.
Ketiga, plafon kurang tinggi dan bahannya kurang mampu menyerap panas.
Kondisi plafon rumah saya ternyata masih jadul. di saat orang-orang kini berlomba-lomba memasang plafon berbahan PVC (Polyvinyl Chloride).Â
Akan tetapi rumah saya masih berplafon tripleks dan di beberapa ruangan berplafon gypsum.