Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Aksi Mengemis Online, Pergeseran Paradigma dan Intervensi Jalur Pendidikan

15 Januari 2023   19:31 Diperbarui: 17 Januari 2023   17:20 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Help others and give the money. (Sumber: Pexels.com/Timur Weber) 

Istilah content creator atau pembuat konten belakangan memang telah populer dan familiar bagi masyarakat Indonesia.

Banyak orang yang berlomba-lomba untuk menjadi content creator. Karena apa yang sebenarnya dilakukan oleh para pembuat konten ini memang terbilang mudah untuk dilakukan oleh kebanyakan orang.

Menurut Gramedia.com, content creator bertugas membuat konten baik berupa tulisan, gambar ataupun video yang akan ditampilkan pada berbagai media populer seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan berbagai media sosial lainnya. [sumber]

Content creator seharusnya melakukan cara-cara kreatif untuk menjaring ide pembuatan konten yang berkualitas.

Content creator biasanya dituntut multitasking berupa soft skill dan hard skill dalam berbagai hal, seperti mengumpulkan ide serta data, melakukan riset untuk membuat konsep yang memenuhi tujuan yang disepakati dari sebuat konten.

Selain itu, dibutuhkan pengetahuan tentang media produksi, komunikasi, serta teknik dan metode sharing kontennya. Termasuk alternatif pengetahuan tentang teknik, peralatan, dan prinsip desain termasuk dalam memproduksi rencana teknikal dalam proses pembuatan dan pengolahan konten.

Akan tetapi, fenomena mengemis online ini mengindikasikan bahwa untuk menjadi para pembuat konten tidak terlalu memerlukan skill diatas secera mumpuni.

Alhasil, yang terjadi adalah asal membuat konten dan yang di-share ke media sosial adalah konten yang asal-asalan, asal mendatangkan sensasi dan perhatian viewers.

Ilustrasi ngemis online. (Sumber: Shuttestock) 
Ilustrasi ngemis online. (Sumber: Shuttestock) 

Pergeseran pemahaman mengenai kesenjangan sosial

Bagaimanapun, fenomena mengemis online ini tak lepas pula dari adanya kesenjangan sosial-ekonomi di masyarakat.

Di satu sisi pada awalnya karena alasan membutuhkan yang erat dengan nilai kemanusiaan, namun di sisi lain ada pula yang ingin meraup peluang dengan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun