Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Adiwiyata, Gaya Hidup Minimalis dan Frugal Living di Kawasan Sekolah

17 Mei 2023   07:49 Diperbarui: 18 Mei 2023   10:09 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mindset gaya hidup minimalis menjadikan warga sekolah terus berupaya mewujudkan kebersihan dan kenyamanan (foto Akbar Pitopang)

Pembahasan tentang gaya hidup minimalis dan frugal living ini belum habis untuk dibahas hingga saat ini.

Karena memang konsep gaya hidup yang satu ini masih sangat relevan dengan tantangan dan kebutuhan zaman terkini.

Memang sudah banyak sekali masyarakat saat ini yang menerapkan gaya hidup minimalis dan frugal living di dalam kehidupan sehari-hari.

Apa yang dimaksud dengan gaya hidup minimal dan frugal living?

Gaya hidup minimalis bukan berarti hidup dalam batasan, tapi secara sadar menjaga hanya apa yang penting, apa yang membuat kita bahagia, dan apa yang berharga bagi kita. Jika sesuatu dirasa ada yang tidak penting atau bahkan merugikan, maka hapus dan ganti dengan yang lebih bermanfaat. begitu menurut gramedia.com.

Sedangkan frugal living berarti hidup dalam kesederhanaan dan secukupnya. Untuk apa kita hidup berlebih-lebihan bila hanya dengan hidup secukupnya sudah memberikan kebahagiaan dan membuat diri merasa nyaman.

Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa budaya hidup minimalis dan frugal living ini memang relevan dengan tantangan zaman saat ini dan tidak ada salahnya bagi kita untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam hal financial planning, konsep gaya hidup minimalis dan frugal living sangat cocok untuk dikolaborasikan. Agar terjadi keseimbangan dalam urusan finansial atau keuangan secara berkelanjutan.

Apakah gaya hidup minimalis dan frugal living dapat diterapkan di dunia pendidikan atau lingkungan sekolah?

Jawabannya adalah tentu saja bisa. 

Bisa dikatakan bahwa sekolah tempat saya bertugas telah berupaya mewujudkan gaya hidup minimalis dan frugal living di lingkungan ini di satuan pendidikan.

Konsep gaya hidup minimalis dan frugal living ini dapat terlihat dari kegiatan gotong royong atau kerja bakti yang beberapa waktu yang lalu dilaksanakan di sekolah.

Lorong sekolah menjelma menjadi gudang darurat yang suasananya kurang rapi (foto Akbar Pitopang)
Lorong sekolah menjelma menjadi gudang darurat yang suasananya kurang rapi (foto Akbar Pitopang)

Kondisi awalnya di lorong sekolah terdapat barisan lemari yang berisi buku-buku lama yang tidak terpakai lagi.

Tahun terbit dari buku-buku tersebut memang sudah sangat lampau bahkan ketika saya perhatikan ternyata buku tersebut adalah buku yang dipakai saat saya SD dulu.

Sehingga buku-buku tersebut memang tidak relevan lagi dengan kurikulum yang berlaku saat ini terutama yang berhubungan dengan konten materi dan gaya bahasanya.

Jika buku-buku lama dipindahkan ke perpustakaan pun maka buku-buku tersebut hanya akan teronggok begitu saja dan dipastikan hanya ada segelintir siswa yang melirik.

Sedangkan jika dibiarkan begitu saja maka buku-buku lama tersebut lambat laun akan rusak. Dari pengamatan yang saya lakukan didapati fakta bahwa buku-buku lama tersebut sudah banyak yang rusak bahkan sampai hancur dimakan oleh rayap dan serangga pengerat lainnya.

Keberadaan lemari-lemari buku lama itu terletak di lorong sekolah. karena ukuran lorong itu tidak terlalu lebar hingga menyebabkan benda tersebut seperti menumpuk dan merusak pemandangan sekitar.

Kondisi demikian perlu dipercantik sebagai bagian gaya hidup minimalis di lingkungan sekolah (foto Akbar Pitopang)
Kondisi demikian perlu dipercantik sebagai bagian gaya hidup minimalis di lingkungan sekolah (foto Akbar Pitopang)

Jika ada tim penilai yang datang ke sekolah untuk mengamati kualitas kebersihan sekolah maka dijamin sekolah gagal meraih predikat sekolah bersih lantaran adanya tumpukan lemari dan lantai di sekitarnya yang kotor dan jorok.

Alhasil, terpaksa pihak sekolah mengambil keputusan dengan menjual buku-buku lama tersebut ke pengumpul barang-barang bekas.

Saya dan rekan guru pria yang lain ikut terlibat dalam kerjasama membersihkan salah satu sudut sekolah yang senantiasa dilewati oleh siswa dan warga sekolah. 

Kami berjibaku mengangkat sedikit demi sedikit bongkahan buku-buku lama yang telah menjadi sarang rayap dalam lemari kayu yang diantaranya saban waktu terkena hujan dan panas.

Sebuah pepatah mengatakan: sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit. awalnya kami mengangkat buku-buku lama itu ke bak mobil pengangkut hanya sedikit demi sedikit. selang beberapa waktu setelahnya ternyata hasil perhitungan bobot mencapai 1 ton lebih.

Buku-buku lama tersebut terlihat menggunung dan sangat padat sekali dalam keadaan teronggok di dalam bak mobil pengangkut.

Hasil penjualan buku-buku lama tersebut hanya mencapai hampir 3 juta rupiah. sangat tidak sebanding dengan biaya pengadaannya yang berpuluh-puluh juta dari dana BOS.

Memang sudah seperti itu nasib buku-buku lama yang dibeli pengepul lalu dibawa ke tempat peleburan kertas untuk daur ulang.

Upaya yang telah dilakukan tersebut merupakan bagian dari langkah mewujudkan gaya hidup minimalis di sekolah.

Keuntungan yang diperoleh diantaranya adalah:

  • Lorong sekolah kami menjadi lebih terasa luas dan plong

  • Lorong tersebut menjadi lebih gampang untuk dibersihkan

  • Tidak terlihat seperti gudang yang tak terawat atau terbengkalai

  • Menghindari penumpukan sampah di bawah lemari atau di bagian belakang lemari

  • Jauh dari potensi menjadi sarang hewan yang dapat membawa penyakit seperti tikus, cicak, kecoa, rayap, dan lainnya

  • Menghalau rencana ekspansi rayap dari lemari lama tersebut ke bagian lain di sekolah yang notabene berbahan dasar kayu.

  • Secara keseluruhan, kawasan tersebut menjadi lebih indah, nyaman dan asri.

Buku-buku lama yang sudah rusak dimakan rayap (foto Akbar Pitopang)
Buku-buku lama yang sudah rusak dimakan rayap (foto Akbar Pitopang)

Sejalan dengan Visi-Misi Program Sekolah Adiwiyata

Saat ini, sekolah dari berbagai satuan pendidikan mulai dari level dasar hingga menengah telah meraih status sebagai Sekolah Adiwiyata.

Termasuk sekolah tempat saya bertugas saat ini juga sudah berstatus Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi.

Sekolah Adiwiyata artinya adalah sekolah berwawasan lingkungan. Sekolah Adiwiyata akan disebut-sebut pula sebagai "Green School" adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

Program Sekolah Adiwiyata ini bukan merupakan perlombaan, melainkan sebuah apresiasi atau penghargaan bagi sekolah yang mampu menerapkan visi-misi program Adiwiyata dengan benar.

Program Adiwiyata menginginkan pembinaan mental guru/tenaga kependidikan, dan peserta didik dalam penataan lingkungan sekolah yang sehat dan bersih namun tetap memperdulikan keberlangsungan alam dan bumi ini.

Mental guru/tenaga kependidikan dan juga peserta didik dapat berwujud langkah-langkah yang erat kaitannya dengan frugal living.

Bentuk frugal living yang mendukung program Sekolah Adiwiyata, diantaranya sebagai berikut:

  • Hemat air; dilakukannya pengelolaan air buangan seperti misalnya dialirkan ke kolam ikan atau ditampung untuk menyiram tanaman di lingkungan sekolah, membina peserta didik agar bertanggung jawab dalam menggunakan air cuci tangan, dan seterusnya.

  • Hemat listrik; bertanggung jawab dalam menyalakan peralatan elektronik seperti komputer sekolah, perangkat WiFi, dan perangkat elektronik lainnya.

  • Hemat kertas dan alat tulis lainnya; guru-guru harus teliti sebelum nge-print agar tidak terjadi kesalahan ketik dan sebagainya sehingga tidak terkesan membuang-buang kertas.

  • Pemanfaatan bahan bekas atau daur ulang; daripada semuanya dibeli padahal dana BOS sangat terbatas dan harus dialokasikan sesuai juknis, mending memanfaatkan barang atau peralatan bekas yang masih layak pakai. jika sudah dipercantik dengan kreatifitas maka hasilnya juga pasti akan memuaskan.

Memanfaatkan kembali barang/aset sekolah yang masih layak pakai (foto Akbar Pitopang)
Memanfaatkan kembali barang/aset sekolah yang masih layak pakai (foto Akbar Pitopang)

Penguatan Karakter

Kali ini saya menggunakan istilah diatas sebagai wasana kata. Bahwa sebenarnya segala sesuatu dapat diterapkan dengan konsep gaya hidup minimalis dan frugal living.

Konsep berpikir yang diwujudkan ke dalam tindakan nyata sebagai mindset yang baik untuk keberlangsungan kehidupan manusia itu sendiri di bumi ini.

Gaya hidup minimalis dan frugal living ini tentu berhubungan pula dengan nilai ekonomi yang apalagi kita mampu menerapkannya maka kita akan berjaya alias financial stable.

Walau ada segelintir masyarakat yang mengartikan bahwa frugal living sebagai perilaku pelit, maka pemahaman tersebut perlu digeser menjadi konsep berpikir bahwa segala sesuatu butuh pertimbangan atau perhitungan secara matang.

Semoga informasi ini bermanfaat dan lebih membuka cakrawala kita semua tentang konsep gaya hidup minimalis dan frugal living yang pantas dijadikan sebagai mindset dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan kedepannya.

Harapan di tahun 2023 dan seterusnya, kehidupan kita menjadi lebih baik dan bermakna setelah menerapkan gaya hidup minimalis dan frugal living secara balance and sustainable.

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun