Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Plus Minus Permainan Latto-latto bagi Anak yang Butuh Pengawasan Orangtua

26 Desember 2022   19:16 Diperbarui: 5 Januari 2023   19:31 2586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak bermain lato-lato (foto Akbar Pitopang)

Sudahkah Ayah dan Bunda mengajak anak-anak pergi berlibur?

Sudah saatnya bagi kita untuk pergi berlibur bersama keluarga tercinta di momen liburan sekolah seperti saat ini. 

Apakah Ayah dan Bunda ada memperhatikan sesuatu yang menarik yang ditemukan di berbagai tempat wisata saat ini?

Kemanapun orang tua mengajak anaknya untuk mengunjungi berbagai tempat wisata yang ada, pasti akan ditemukan banyaknya penjual mainan anak yang menawarkan mainan latto-latto atau clackers ball.

Ya, benar. Saat ini sedang trend permainan latto-latto dimainkan oleh anak-anak. 

Mulai dari anak prasekolah sampai anak-anak SD bahkan anak SMP juga sedang menggandrungi latto-latto ini. Dimana-mana para penjual mainan akan menawarkan latto-latto ini kepada setiap anak-anak yang melintas bersama orang tuanya.

Sepertinya memang susah sekali saat ini menghindarkan godaan latto-latto ini terhadap anak-anak kita. Jadi, mau tidak mau anak-anak pasti akan memainkan latto-latto.

Berdamai dengan latto-latto? Oke, baiklah.  Mau gimana lagi, kita sebagai orang dewasa dan selaku orang tua terpaksa harus mengalah dengan keadaan ini.

Permainan lato-lato yang sedang trend saat ini dimainkan anak (foto Akbar Pitopang)
Permainan lato-lato yang sedang trend saat ini dimainkan anak (foto Akbar Pitopang)

Bagaimanapun, keberadaan latto-latto ini memiliki efek yang positif maupun negatif atau plus dan minusnya.

Untuk sisi positifnya menurut saya pribadi adalah latto-latto mengajarkan anak-anak untuk belajar fokus dan berkonsentrasi. Agar bisa memainkan permainan tradisional yang satu ini tidak boleh asal-asalan begitu saja. 

Walaupun kelihatannya sederhana tapi tak semua orang bisa memainkannya bahkan orang dewasa sekalipun tidak akan bisa memainkannya jika tidak dilakukan dengan konsentrasi dan cara yang benar.

Jadi, permainan ini tidak bisa dianggap sepele karena kuncinya butuh ketelatenan yang menimbulkan perilaku ketelitian dan kesabaran. 

Nah, itulah sisi positif dari latto-latto yang ternyata ada gunanya juga untuk menstimulasi masa tumbuh kembang anak. Tapi, tunggu dulu bahwa latto-latto juga memiliki sisi negatifnya.

Terkhusus bagi anak-anak prasekolah yang masih labil dalam hal pengendalian emosi. Bagi anak-anak prasekolah ini memang dibutuhkan pengawasan yang ketat dari para orang tua atau orang dewasa yang berada di sekitarnya ketika anak memainkan latto-latto.

Orangtua perlu mengawasi anak prasekolah bermain lato-lato (foto Akbar Pitopang)
Orangtua perlu mengawasi anak prasekolah bermain lato-lato (foto Akbar Pitopang)

Contohnya saja, anak saya sendiri yang masih berusia 3 tahun yang terkadang masih suka melempar barang yang ada di tangannya. Alhasil, latto-latto ini tak luput juga ikut dilempar kesana-kemari oleh anak.

Latto-latto terbuat dari bahan yang keras sehingga apabila mengenai bagian tubuh seperti kepala maka bisa bengkak. Selain itu, apabila latto-latto asal lempar juga bisa menyebabkan barang di sekitarnya rusak seperti kaca bisa saja pecah.

Oleh sebab itu, kita sebagai orang tua perlu membimbing anak agar memainkan latto-latto ini dengan bijak dan bertanggung jawab. 

Perlu disampaikan secara terus-menerus kepada anak bahwa latto-latto bisa menyebabkan rasa sakit apabila terkena lemparannya.

Saya sendiri pernah sekali terkena lemparan latto-latto ini. Walaupun anak saya melemparnya tidak terlalu kuat tetapi tetap saja menimbulkan rasa yang cukup lumayan sakit.

Pada kasus lainnya ditemukan bahwa ada anak yang menjadi korban dari latto-latto ini berupa keningnya yang bengkak dan memar yang cukup parah. 

Di media sosial pun beredar foto-foto yang menunjukkan kepala atau kening anak yang bengkak terkena lemparan latto-latto.

Fenomena ini harus menjadi perhatian kita bersama agar tidak menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan.

Biarkan anak bereksplorasi dengan latto-latto asalkan anak tetap diawasi dan diarahkan secara bijak oleh orang tua.

***

Salam berbagi dan menginspirasi.
Akbar Pitopang, Desember 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun