Banyak sekali jenis pekerjaan sampingan yang telah dilakukan oleh ibunda seperti menjual jajanan untuk anak sekolahan, beternak dan menjual telur itik, hingga hidup dalam tradisi bertani (baca: buruh tani).
Karena tidak adanya harta turun temurun layaknya orang lain yang memperoleh warisan berpetak-petak sawah.
Segala pekerjaan yang berhubungan dengan urusan bercocok tanam telah dilakukan oleh ibunda. Mulai dari menanam padi, membersihkan lahan sawah ketika padi sudah mulai bertumbuh, memanen padi , hingga memikul beratnya gabah padi di punggung Ibunda.
Perjuangan yang begitu berat tersebut telah dilakoni oleh ibunda sejak saya dan keempat saudara masih kecil hingga kami bisa mengakses pendidikan yang layak dan menjadi "orang" sebagaimana yang telah dicita-citakan oleh Ibunda.
Di masa kini ketika anak-anaknya sudah dewasa dan berkeluarga, ibunda masih setia dengan kebiasaan lamanya dalam bercocok tanam atau tradisi bertani ini.
Fase pertumbuhan padi sejak gabah disemai hingga padi menguning dan dipanen merupakan sebuah filosofi hidup yang bisa kita amalkan dalam kehidupan di dunia ini.
Dengan tradisi bertani ini Ibunda bisa memaknai hidup yang harus dilalui dengan begitu banyak proses untuk menggapai sesuatu yang indah di kemudian hari.
Cobaan yang diberikan oleh Tuhan adalah bumbu-bumbu yang membuat sebuah hidangan kehidupan menjadi terasa nikmat dan bersahaja.
Kisah ibunda dalam menjalankan takdir kehidupan ini sesuai dengan pepatah yang berbunyi: "berakit-rakit dahulu, berenang-renang ke tepian", biarlah ibunda lelah dalam berjuang dulu, karena ibunda percaya akan bertemu kesenangan di masa kemudian.
Kisah perjuangan ibunda selama ini telah menjadi simbolisasi inspirasi dan saksi hidup bagi kami anak-anaknya untuk menjalani kehidupan ini bersama nilai-nilai adiluhur.
Efek bertani mempengaruhi kondisi kulit wajah ibunda