Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memaknai Rapor Kurikulum Merdeka dan Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

16 Desember 2022   09:10 Diperbarui: 17 Desember 2022   19:06 6342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu contoh asesmen formatif yang dilakukan guru pada Implementasi Kurikulum Merdeka (foto Akbar Pitopang)

Seminggu ini kami para guru di satuan pendidikan melaksanakan proses mengoreksi lembar jawaban siswa pada kegiatan Ujian Semester Ganjil atau Ujian Akhir Sumatif pada Tahun Ajaran 2022-2023 ini.

Hasilnya akan diperoleh nilai dari proses asesmen yang telah dilakukan tersebut yang selanjutnya akan diinput pada aplikasi Rapor Kurikulum Merdeka.

Semester ini merupakan pengalaman perdana bagi saya mengamati secara langsung seperti apa proses penilaian hasil belajar dan penginputan nilai untuk pelaporan hasil belajar siswa yang telah menerapkan Implementasi Kurikulum Merdeka.

adakah perbedaan antara rapor Kurikulum 2013 dengan rapor kurikulum merdeka? tentu pasti ada bedanya. 

Apa sajakah itu? mari kita simak bersama dengan seksama.

Sebenarnya dari model proses penilaian yang dilakukan ketika Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka ini hampir sama. Namun menurut saya yang membedakan adalah strategi dan mindset yang dilakukan guru dalam penentuan ketuntasan siswa dalam materi atau mata pelajaran.

Dari segi redaksi merupakan hal yang sangat mencolok. Banyak ragam istilah-istilah baru terkait penilaian atau asesmen yang dikenalkan pada Kurikulum Merdeka.

Pada Kurikulum Merdeka, proses penilaian ini dibedakan menjadi Asesmen Formatif dan Asesmen Sumatif.

Nah, mari kita telaah lagi satu-persatu agar informasinya semakin jelas. 

Pertama, asesmen formatif adalah asesmen yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses belajar.

Asesmen formatif ini terbagi menjadi asesmen awal (diagnostik) dan asesmen dalam proses.

Asesmen awal (diagnostik), merupakan asesmen di awal pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Ditujukan untuk kebutuhan guru dalam merancang pembelajaran, tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaporkan di dalam rapor. 

Asesmen diagnostik ini dapat berupa wawancara, lisan, tulisan, kuis observasi, tanya jawab, survei, angket dan lain-lain. 

Asesmen diagnostik merupakan alternatif pendekatan pembelajaran sesuai tahap pencapaian peserta didik yang dapat dilakukan pendidik adalah sebagai berikut:

Alternatifnya adalah berdasarkan asesmen yang dilakukan di awal pembelajaran peserta didik di kelas yang sama dibagi menjadi dua atau lebih kelompok menurut capaian belajar mereka, dan keduanya diajarkan oleh guru yang sama atau disertai guru pendamping. Disamping itu, satuan pendidikan juga dapat menyelenggarakan program pelajaran tambahan untuk peserta didik yang belum siap untuk belajar sesuai dengan fase di kelasnya.

Alternatif lainnya yakni berdasarkan asesmen yang dilakukan di awal pembelajaran, pendidik mengajar seluruh peserta didik di kelasnya sesuai dengan hasil asesmen tersebut. Untuk sebagian kecil peserta didik yang belum siap, maka pendidik dapat melakukan pendampingan setelah jam pelajaran berakhir.

Sedangkan asesmen dalam proses adalah asesmen dalam proses pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus pemberian umpan balik yang cepat. Biasanya asesmen ini dilakukan sepanjang pembelajaran atau di tengah kegiatan/langkah pembelajaran, serta dapat juga dilakukan di akhir langkah pembelajaran.

Asesmen formatif dirancang untuk tujuan pembelajaran dan bukan digunakan untuk menentukan nilai rapor, keputusan kenaikan kelas, kelulusan, atau keputusan-keputusan penting lainnya. Asesmen formatif tidak beresiko tinggi (high stake). Asesmen formatif dapat menggunakan berbagai bentuk atau teknik instrumen. Suatu asesmen dikategorikan sebagai asesmen formatif apabila bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar.

Salah satu contoh asesmen formatif yang dilakukan guru pada Implementasi Kurikulum Merdeka (foto Akbar Pitopang)
Salah satu contoh asesmen formatif yang dilakukan guru pada Implementasi Kurikulum Merdeka (foto Akbar Pitopang)

Contoh-contoh pelaksanaan asesmen formatif adalah pendidik memulai kegiatan tatap muka dengan memberikan pertanyaan berkaitan dengan konsep atau topik yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pendidik mengakhiri kegiatan pembelajaran di kelas dengan meminta peserta didik untuk menuliskan tiga hal tentang konsep yang baru mereka pelajari, dua hal yang ingin mereka pelajari lebih mendalam, dan satu hal yang mereka belum pahami. 

Kegiatan percobaan dilanjutkan dengan diskusi terkait proses serta hasil percobaan tersebut, kemudian pendidik memberikan umpan balik terhadap pemahaman peserta didik. Pendidik memberikan pertanyaan tertulis kemudian setelah selesai menjawab pertanyaan, peserta didik memperoleh kunci jawabannya sebagai acuan melakukan penilaian diri, penilaian antar teman, pemberian umpan balik antar teman dan refleksi. 

Sebagai contoh, peserta didik diminta untuk menjelaskan secara lisan atau tulisan misalnya berupa menulis surat untuk teman tentang konsep materi yang baru dipelajari.

Catatan tambahan untuk asesmen formatif adalah pada PAUD, pelaksanaan asas informatif dapat dilakukan dengan melakukan observasi terhadap perkembangan anak saat melakukan kegiatan bermain-belajar.

Pada pendidikan khusus (ABK), pelaksanaan asesmen diagnostik dilakukan untuk menentukan fase pada peserta didik sehingga pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Misalnya salah satu peserta didik pada kelas 10 berdasarkan hasil asesmen diagnostik berada pada fase C sehingga pembelajaran peserta didik tersebut tetap mengikuti hasil asesmen diagnostik yaitu fase C.

Kedua, asesmen sumatif yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Proses asesmen dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan pendidikan. 

Asesmen sumatif dilakukan sebagai bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan atau akhir jenjang.

Asesmen sumatif berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik dalam satu atau lebih tujuan pembelajaran di periode tertentu guna mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan dengan kriteria capaian yang telah ditetapkan. Selanjutnya untuk menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang berikutnya.

Asesmen sumatif dapat dilaksanakan setelah pembelajaran berakhir misalnya pada akhir satu lingkup materi (terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada akhir semester dan pada akhir fase. 

Khusus asesmen pada akhir semester ini bersifat pilihan. Apabila pendidik merasa masih memerlukan konfirmasi atau informasi tambahan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik maka dapat melakukan asesmen pada akhir semester. Sebaliknya jika pendidik merasa bahwa data hasil asesmen yang diperoleh selama satu semester telah mencukupi, maka tidak perlu melakukan asesmen pada akhir semester.

Hal yang perlu ditekankan untuk asesmen sumatif adalah dapat menggunakan teknik dan instrumen yang beragam tidak hanya berupa tes namun dapat menggunakan observasi dan performa (praktik, menghasilkan produk, melakukan project, dan membuat portofolio).

Merencanakan asesmen sumatif dimulai dengan perumusan tujuan asesmen. Tujuan itu tentu berkaitan erat dengan tujuan pembelajaran. Selanjutnya, setelah tujuan dirumuskan, pendidik memilih dan atau mengembangkan instrumen asesmen sesuai tujuan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih atau mengembangkan instrumen antara lain: karakteristik peserta didik, kesesuaian asesmen dengan rencana/tujuan pembelajaran dan tujuan asesmen, kemudahan penggunaan instrumen untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik dan pendidik.

Sumatif akhir semester yang dilakukan peserta didik pada Kurikulum Merdeka (foto Akbar Pitopang)
Sumatif akhir semester yang dilakukan peserta didik pada Kurikulum Merdeka (foto Akbar Pitopang)

Instrumen penilaian yang dapat dilakukan untuk asesmen sumatif, antara lain:

  • Rubrik. Adalah pedoman yang dibuat untuk menilai dan mengevaluasi kualitas capaian kinerja peserta didik sehingga pendidik dapat menyediakan bantuan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja. Rubrik ini juga dapat digunakan oleh pendidik untuk memusatkan perhatian pada kompetensi yang harus dikuasai. Capaian kinerja siswa dituangkan dalam bentuk kriteria atau dimensi yang akan dinilai yang dibuat secara bertingkat dari kurang sampai terbaik.

  • Ceklis. Berisi daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik atau elemen yang dituju.

  • Catatan anekdot, merupakan catatan singkat hasil observasi yang difokuskan pada performa dan perilaku yang menonjol, disertai latar belakang kejadian dan hasil analisis atau observasi yang dilakukan.

  • Tes tertulis, berupa tes dengan soal dan jawaban disajikan secara tertulis untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan peserta didik. Bentuk tes tertulis bisa berupa esai, pilihan ganda, uraian, atau bentuk-bentuk tes tertulis lainnya.

  • Tes lisan, berupa pemberian soal atau pertanyaan yang menuntut peserta didik menjawab secara lisan dan dapat diberikan secara klasikal ketika pembelajaran.

  • Projek, kegiatan penilaian terhadap suatu tugas meliputi kegiatan perancangan pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu.

  • Penugasan, berupa pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan dan memfasilitasi peserta didik memperoleh atau meningkatkan pengetahuan.

  • Portofolio, berupa kumpulan dokumen hasil penilaian penghargaan, dan karya peserta didik dalam bidang tertentu yang mencerminkan perkembangan (reflektif-integratif) dalam kurun waktu tertentu.

Asesmen dapat dilakukan secara berbeda pada jenjang tertentu, sesuai dengan karakteristiknya. 

Pada jenjang PAUD, pendidik tidak menggunakan teknik penilaian tidak melalui tes tertulis, melainkan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan kondisi satuan PAUD, dengan menekankan pengamatan pada anak secara autentik sesuai preferensi satuan pendidikan ragam bentuk asesmen yang dapat dilakukan, antara lain: catatan anekdot, ceklis, hasil karya, portofolio, dokumentasi dan lainnya. 

Untuk pendidikan khusus (ABK), asesmen cenderung lebih beragam karena perlu pendekatan individual. 

Pada pendidikan kesetaraan, asesmen mata pelajaran keterampilan dapat berbentuk observasi, demonstrasi dan/atau uji kompetensi pada lembaga sertifikasi kompetensi. Sementara itu untuk SMK, terdapat bentuk penilaian atau asesmen khas yang membedakan dengan jenjang yang lain.

Pengolahan dan pelaporan penilaian hasil belajar siswa pada Kurikulum Merdeka

Satuan pendidikan akan menggunakan rentang nilai untuk menunjukkan ketercapaian tujuan pembelajaran. Rentang ini bisa disamakan untuk setiap mapel atau berbeda tergantung kesepakatan para pendidik di satuan pendidikan.

Dalam penyusunan deskripsi capaian kompetensi, pendidik harus mengidentifikasi dan menentukan mana capaian kompetensi tertinggi dan terendah. 

Hasil asesmen sumatif peserta didik dipetakan ke dalam 4 kualitas, yaitu: perlu bimbingan, cukup, baik, dan sangat baik. 

Pendidik dapat menentukan angka kuantitatif pada setiap nilai yang disajikan, misalnya untuk kriteria perlu bimbingan antara 0-60, kriteria cukup antara 61-70, kriteria baik antara 71-80, dan kriteria sangat baik antara 81-100.

Ada beberapa perbedaan yang mencolok antara aplikasi Rapor Kurikulum Merdeka dengan Rapor Kurikulum 2013.

Inputan rapor Kurikulum Merdeka (tangkapan layar Akbar Pitopang)
Inputan rapor Kurikulum Merdeka (tangkapan layar Akbar Pitopang)

Menurut hemat saya, bahwa untuk aplikasi rapor Kurikulum Merdeka terasa lebih sederhana namun tetap memiliki deskripsi pelaporan sebagai tindak lanjut guru, siswa dan orang tua. Aplikasi rapor pada Kurikulum Merdeka ini terdiri atas penginputan nilai sumatif dan nilai formatif.

Nilai rapor diperoleh dari nilai akhir sumatif pada lingkup materi, dan sumatif akhir semester. Untuk pembobotan dalam penghitungan nilai rapor ini ditetapkan oleh satuan pendidikan.

Pada aplikasi rapor Kurikulum Merdeka ini untuk penginputan nilai sumatif berupa rentang angka antara 1 sampai 100. Sedangkan untuk nilai formatif yang diinputkan adalah angka 0 dan 1. 

Guru berhak menampilkan deskripsi nilai formatif tersebut atau tidak ditampilkan di dalam rapor. Jika peserta didik sudah tuntas maka diberi angka 1 sedangkan bila belum tuntas maka diinputkan angka 0. Sedangkan jika ingin ditampilkan di rapor maka guru hanya perlu menekan angka 1, bila tidak perlu ditampilkan maka diinput dengan angka 0.

Inputan hasil asesmen formatif guna mengetahui ketuntasan peserta didik (tangkapan layar Akbar Pitopang)
Inputan hasil asesmen formatif guna mengetahui ketuntasan peserta didik (tangkapan layar Akbar Pitopang)

Lalu, pada rapor Kurikulum Merdeka ini tetap ada deskripsi capaian kompetensi sebagai acuan penguasaan siswa terhadap suatu pelajaran. Penyusunan deskripsi berdasarkan capaian pembelajaran, alur tujuan pembelajaran, dan mengambil poin-poin penting dari materi yang sudah diberikan.

Satuan pendidikan memiliki kekuasaan untuk menentukan kriteria ketercapaian hasil belajar siswa. Proses penentuannya dilakukan dengan mempertimbangkan laporan kemajuan belajar yang mencerminkan pencapaian peserta didik pada semua mata pelajaran dan ekstrakurikuler serta prestasi lain selama satu tahun ajaran. 

Untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas maka dapat didasarkan pada penilaian sumatif. 

Pembelajaran berdiferensiasi sesuai tahap pencapaian peserta didik menjadi salah satu praktik yang dianjurkan dalam Kurikulum Merdeka. 

Penggunaan fase dalam Capaian Pembelajaran adalah salah satu alasan mengapa peserta didik dapat terus naik kelas bersama teman-teman sebayanya meskipun ia dinilai belum sepenuhnya mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam pencapaian pembelajaran di fase sebelumnya atau tujuan pembelajaran yang ditargetkan untuk dicapai pada kelas tersebut. d

Dalam hal terjadi kasus luar biasa, jika terdapat banyak mata pelajaran yang tidak tercapai oleh peserta didik dan/atau terkait isu sikap dan karakter peserta didik, maka satuan pendidikan dapat menentukan mekanisme tertentu bagi peserta didik tersebut sesuai kesepakatan dan ketentuan di satuan pendidikan yang bersangkutan.

Yang perlu dipahami orang tua terkait Rapor Kurikulum Merdeka

Pada rapor Kurikulum Merdeka tetap akan ditampilkan nilai akhir dari sebuah mata pelajaran berikut deskripsi atas capaian kompetensi yang terdiri atas keterangan tuntas atau perlu dilakukan bimbingan.

Pada Kurikulum Merdeka, seluruh peserta didik ditempatkan pada posisi yang sama dan diistimewakan walau dengan kemampuan yang berbeda-beda tentunya. 

Itulah tujuan dari penilaian diagnostik dan pembelajaran terdiferensiasi yang diamalkan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka saat ini.

Maka kriteria ketuntasan tujuan pembelajaran (KKTP) bagi setiap peserta didik pun juga berbeda.

Yang perlu diperhatikan oleh orang tua adalah deskripsi ketuntasan dari suatu mata pelajaran. Akan ada keterangan mana saja mata pelajaran atau materi yang belum tuntas dan perlu bimbingan.

Berdasarkan keterangan tersebut maka orang tua perlu menindaklanjuti hal tersebut dengan memberikan motivasi kepada anak untuk memperbaiki segalanya dalam proses pembelajaran menjadi lebih baik pada semester berikutnya.

Demikianlah yang dapat saya bagikan di sini terkait asesmen dan pelaporan hasil penilaian oleh peserta didik pada Kurikulum Merdeka yang telah diberlakukan.

Semoga informasi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua tentang rapor Kurikulum Merdeka.

Bahan literasi: 1 2 

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

Akbar Pitopang untuk Kompasiana dan Kurikulum  Merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun