Sebenarnya upaya yang ditanamkan sekolah-sekolah di Jepang sudah hampir sama dengan apa yang diterapkan guru dan sekolah dalam kurikulum yang diberlakukan dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Namun mengapa masih rendahnya kesadaran siswa dalam upaya mewujudkan kebersihan dan kesehatan diri, masih akan menjadi tantangan tersendiri dalam kurikulum nasional yang harus dituntaskan dan diurai akar problematikanya.
Pembiasaan aksi peduli kebersihan perlu digalakkan orangtua dan segenap lapisan masyarakat
Proses pembiasaan perilaku cinta kebersihan yang sudah digalakkan di lingkungan sekolah tidak akan terwujud dengan maksimal tanpa adanya dukungan dari segenap unsur masyarakat termasuk tentunya diperlukan dukungan dari orang tua sebagai ruang lingkup pendidikan informal.
Pola hubungan antara siswa sekolah dan kebiasaan masyarakat akan saling terkait dalam hal pola pengaruh satu sama lain.
Seketat apapun guru dan sekolah mengarahkan siswa membiasakan diri cinta kebersihan ini namun masyarakat terlihat membuang sampah sembarangan dan tidak ada menunjukkan budaya positif tentu siswa juga akan ikut-ikutan melakukan perilaku yang buruk tersebut.
Hal yang paling signifikan dalam upaya membiasakan sebuah perilaku --- baik positif maupun negatif --- adalah melalui proses keteladanan.
Jika masyarakat dapat menunjukkan budaya positif cinta kebersihan kepada siswa maka generasi muda akan ikut pula mengamalkannya.
Mentalitas ini harus dibangun secara penuh oleh semua pihak tanpa syarat dan tanpa terkecuali.
Masyarakat Indonesia hendaknya dapat pula meniru kebiasaan masyarakat Jepang guna menjadi warga negara yang sangat mencintai kebersihan.Â
Upaya pembiasaan cinta kebersihan ini hendaklah tidak hanya dilakukan di ruang privat, namun pada fasilitas umum yang ada pun selalu bersih dan terawat. Dijauhkan dari tangan-tangan tak bertanggung jawab.