Isu kesehatan mental ini masih terus diperbincangkan lantaran mendiagnosa gangguan jiwa dapat dipengaruhi oleh berbagai spektrum.
Semua orang rentan terkena gangguan mental jika ia tidak mampu mengelola tekanan yang datang.Â
Mengelola kesehatan mental ini memang harus sebisa mungkin mampu dikelola oleh setiap individu dengan mengenali dan menganalisa gejala-gejala yang mengarah kepada gangguan mental.
Namun, terkadang tidak semua orang mampu menjadi penyelamat untuk dirinya sendiri agar terbebas dari gangguan kesehatan mental.
Sehingga diperlukan pertolongan dari pihak eksternal untuk menuntun jalan menuju proses penataan kembali kondisi jiwa atau mental.
Selain diri sendiri sebagai pihak pertama kali yang semestinya dapat mengenali kondisi jiwanya secara personal, dibawah ini terdapat dua sumber kekuatan lainnya yang dapat membantu proses perbaikan masalah kesehatan mental.
Dengan adanya kemampuan pengenalan kondisi mental secara garis besar, dapat membawa seseorang tentang literasi kesehatan mental.
Mengutip laman Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, literasi kesehatan mental didefinisikan sebagai pengetahuan dan keyakinan mengenai  gangguan-gangguan mental yang membantu  rekognisi, manajemen, dan prevensi (Handayani, 2020).Â
Dapat kita pahami bahwa literasi kesehatan yang dimaksud disini adalah tentang pengetahuan serta kesadaran penuh terhadap kesehatan jiwa.Â
Menurut Kutcher dkk (2016), pengetahuan dan kesadaran akan gangguan mental atau kejiwaan akan turut berdampak pada peningkatan pengetahuan kesehatan mental secara umum, antara lain: