Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

QnA dr. Andri: Benarkah Gangguan Jiwa Bisa Sembuh dengan Pendekatan Agama?

11 Oktober 2022   03:46 Diperbarui: 11 Oktober 2022   03:45 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beredar foto viral orang dengan gangguan jiwa yang sedang shalat (via sumsel.tribunnews.com)

Sekali lagi, masalah gangguan jiwa tidak boleh disepelekan begitu saja walau sekecil apapun spektrum gejala yang menyerang.

Sebisa mungkin kita harus belajar untuk mampu mengelola kesehatan mental agar tidak mengalami gangguan jiwa atau yang lebih populer di kalangan masyarakat dengan sebutan “gila”.

Bagi penulis sendiri lebih setuju jika istilah yang digunakan untuk masalah ini adalah gangguan jiwa. Istilah gila konotasinya mungkin lebih mengarah kepada sesuatu hal yang negatif misalnya gila harta, gila judi, dan sebagainya. 

Terkait masalah gangguan jiwa ini sebenarnya sudah lama menjadi endapan tanda tanya dalam benak penulis.

Karena secara langsung penulis bersentuhan langsung dengan sosok orang dewasa yang mengalami gangguan jiwa — sengaja kami memilih menyebutnya dengan sosok orang dewasa demi menjaga privasi.

Gangguan jiwa yang dialami oleh orang dewasa yang penulis maksud tersebut dialaminya sudah sangat lama lebih kurang selama 19 tahun.

Gangguan jiwa yang dialaminya mempengaruhi gaya berkomunikasi dan kontak fisik.

Dulu di masa-masa awal ia terserang gangguan jiwa, ia sering melampiaskan emosional yang sudah tidak bisa lagi dikontrol dalam bentuk kontak fisik baik kepada orang lain maupun kepada barang yang berada di sekitarnya.

Pola seperti itu bertahan cukup lama dan fluktuatif. artinya gejala-gejala gangguan jiwa yang ia tunjukkan sering kambuh. Namun pada beberapa waktu berikutnya ia tidak banyak melakukan kontak fisik namun lebih kepada berkomunikasi dalam dunianya sendiri — ngomong dan ketawa sendiri.

Apa penyebab ia mengalami gangguan jiwa?

Memang tidak ada seorang pun yang bisa memastikan apa yang menyebabkannya terkena gangguan jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun