Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pentingnya Tas Siaga Bencana dan Melatih "Mindset" Kesiapsiagaan Hadapi Bencana

9 Oktober 2022   20:34 Diperbarui: 13 Oktober 2022   16:50 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyiapkan Tas Siaga Bencana (TSB) - sumber kompas.id

Penelitian yang dilakukan terhadap Rumah Gadang menyebutkan bahwa bangunan yang megah tersebut dirancang tahan gempa.

Jadi demikianlah sebuah contoh kearifan lokal yang berkembang di Indonesia yang mengakomodir berbagai potensi bencana alam yang telah terjadi dan yang akan terjadi di masa-masa yang akan datang. baik karena pengaruh alam itu sendiri maupun yang berasal dari ulah manusia itu sendiri.

Wawasan Kesiapsiagaan Bencana dan Pengetahuan tentang Kerelawanan

Bagi penulis sendiri sudah cukup lama memperoleh wawasan tentang kebencanaan, kesiapsiagaan bencana, serta sikap kerelawanan menghadapi bencana atau musibah.

Wawasan tersebut diperoleh ketika bergabung menjadi Korps Sukarela (KSR) di Palang Merah Indonesia semasa kuliah di Jogja.

Ketika bergabung menjadi anggota KSR PMI, ada banyak model pendidikan dan pelatihan (diklat) terkait kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana.

Kami tidak hanya dibekali pengetahuan dan wawasan tentang menghadapi bencana alam, namun juga terkait musibah seperti kebakaran rumah atau bangunan, banjir, dan sebagainya.

Alasan mengapa penulis tertarik menjadi relawan PMI, karena memang penulis berasal dari daerah yang rawan bencana seperti gempa bumi.

Pada tahun 2009, terjadi gempa dahsyat di Padang, maka akhirnya 2010 penulis memutuskan untuk kuliah di Jogja. 

Ternyata pada 2011 terjadi erupsi gunung Merapi dan abu vulkanik menyelimuti DIY, Jateng dan sekitarnya.

Ketika penulis merasa Padang belum kondusif untuk ditingali pasca gempa, ternyata ketika memutuskan hijrah ke Jogja malah di sana lah penulis menjalani hari-hari yang gelap tertutup abu vulkanik berbulan-bulan lamanya.

Jadi, pada intinya sesuai dengan yang kami sampaikan diatas bahwa selagi kita tinggal di Indonesia, maka kita tak bisa terbebas dari bencana alam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun