Walaupun yang menyusui adalah istri, tapi dengan adanya dukungan dan support system dari suami maka proses menyusui bayi ini menjadi momen berharga yang patut untuk diperjuangkan secara bersama-sama.
Bagi penulis sendiri menganggap bahwa pemberian ASI ini adalah suatu hal yang sangat penting dan tidak boleh dianggap sepele.
Bahkan semenjak masih lajang pun penulis sudah membekali diri dengan literasi terkait pentingnya pemberian ASI kepada bayi sebagai bekal dan referensi sebelum menjadi seorang ayah.
Oleh sebab itu, penulis sudah berkomitmen untuk memberikan dukungan secara penuh kepada istri untuk memberikan ASI eksklusif kepada buah hati kami.
Dengan adanya komitmen tersebut, maka tentu kami berusaha dengan maksimal agar istri dapat memproduksi ASI yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan bayi.
Untuk mencapai itu semua tidaklah mudah. mungkin bagi sebagian ibu menyusui diluar sana tidak ada kendala berarti yang dihadapi di masa pemberian ASI ini.
Namun berbeda dengan kondisi yang dialami oleh istri kami yang pada awalnya sempat hampir mengalami pembekuan ASI.
What? Pembekuan ASI? Beneran gak tuh?
Ya iya lah bener banget loh!
Jadi, ketika istri sudah kembali berada di rumah pasca melahirkan di rumah sakit, istri sempat mengeluh kesakitan di bagian dada.
Berbarengan dengan rasa sakit tersebut juga mengakibatkan istri menjadi meriang. Suhu panas tubuhnya meningkat drastis.
Pada saat itu, ada mertua yang menemani istri semenjak masa persalinan. melihat kondisi demikian, mertua menyampaikan bahwa kemungkinan besar terjadi peradangan akibat ASI yang tak tersalurkan.