Berkaitan dengan Topik Pilihan di Kompasiana kali ini yang membahas isu tentang air minum kemasan, penulis langsung teringat kejadian beberapa pekan yang lalu tentang desakan masyarakat kepada sebuah perusahaan air minum kemasan untuk menghentikan kegiatan operasi atau produksi.
Kejadian ini terjadi di kampung penulis sendiri. Sehingga hal ini harus menjadi perhatian kami untuk mencarikan solusi demi kemaslahatan dan keadilan sosial di tengah-tengah masyarakat.
Sebenarnya sejak peristiwa ini terjadi, kami sudah menyiapkan sebuah artikel dan hendak mempostingnya tapi ternyata mengendap di menu Draft. Maka inilah momen yang tepat untuk mengkatnya ke permukaan.
Dimana masyarakat Nagari Sungai Kamuyang, Kecamatan Luak, Kabupaten Limapuluh Kota mendesak perusahaan air mineral yang beroperasi di wilayahnya agar ditutup.
Hal tersebut bukan tanpa alasan bahwa dengan adanya kegiatan produksi air kemasan yang dilakukan oleh perusahan tersebut menyebabkan masyarakat yang berada di kawasan lokasi perusahaan berada menjadi terdampak dengan matinya sumber air yang selama ini dimanfaatkan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari.
Apalagi ternyata perusahaan belum memiliki izin produksi dan berdalih bahwa perizinan belum dirilis karena masih dalam proses pengurusan.
Oleh sebab itu, masyarakat semakin geram karena belum adanya izin operasional dan produksi air kemasan bagi perusahaan tersebut.
Akhirnya dilakukan pertemuan antara pihak perusahaan, Wali Nagari, Kabag dan Tim Teknis Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten pada Kamis (25/8/2022) yang lalu.
Hasil pertemuan tersebut telah disepakati secara bersama bahwa kegiatan produksi air kemasan yang dilakukan oleh perusahaan harus ditutup sementara. Dimana pihak perusahaan menyetujui keputusan tersebut hingga perizinannya selesai diurus.
Walau katanya produksi air mineral di wilayah tersebut tidak besar. Perusahaan menyampaikan bahwa untuk galon, hanya menghasilkan sekitar 50 hingga 70 galon per hari. Adapun untuk air mineral dalam kemasan cup, hanya 100 dus.
Nyatanya, masyarakat mengeluhkan kegiatan produksi air minum kemasan di wilayahnya karena memang masyarakat tidak dapat lagi menikmati air dari sumbernya seperti dulu kala.
Air adalah Sumber Kehidupan bagi Masyarakat
Dengan adanya kegiatan produksi air minum kemasan yang dilakukan perusahaan menyebabkan terputusnya aliran sumber air alami bagi masyarakat terdampak.
Stok air yang menjadi bahan baku produksi air minum kemasan yang dilakukan oleh perusahaan ini berasal dari sumber mata air alami yang selama ini telah dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai menunjang aktivitasnya terutama sebagai sumber air minum keluarga dalam rumah tangga.
air adalah kebutuhan mendasar bagi semua elemen masyarakat. tidak hanya penting bagi manusia, air adalah sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup di muka bumi ini.
Apa jadinya jika makhluk hidup terutama manusia kehilangan sumber air, tentu hajat hidup akan terganggu.
Perubahan Pola Hidup dan Kebiasaan Mengkonsumsi Air Minum Kemasan
Pola hidup masyarakat kekinian memang sudah bergeser tentang bagaimana mereka memandang keberadaan air untuk menunjang segala aktivitasnya.
Kebanyakan masyarakat kini hanya memerlukan sumber air alami untuk keperluan seperti memasak-cuci-kakus (MCK), mandi, serta untuk dialirkan ke lahan potensial seperti sawah atau ladang.
Sedangkan untuk keperluan air minum, masyarakat kini mengandalkan adanya air minum kemasan dalam wujud air galon.
Konsep kemudahan dan praktis yang disuguhkan oleh air minum kemasan ini menjadikan pola hidup dan kebiasaan masyarakat menjadi berubah drastis.
Masyarakat lebih tertarik untuk membeli air minum kemasan atau mengisi ulang galon di rumah daripada memasaknya di dapur.
Sudah sangat kontras dengan apa yang dulu dilakukan oleh orang-orang terdahulu.Â
Ketika dulu di masa kanak-kanak, ibu masih terbiasa untuk memasak air untuk diminum menggunakan kayu bakar.
Sedangkan kini untuk kebutuhan air minum keluarga, cukup mengandalkan air galon dan air minum kemasan lainnya.
Apalagi hal tersebut ditunjang dengan adanya alat elektronik rumah tangga berupa dispenser yang bisa menghadirkan air dingin dan panas dalam waktu sekejap saja.
Berbeda halnya jika air dimasak dulu dengan api di kompor gas misalnya, akan ada banyak hal yang akan dikorbankan karena masyarakat juga memandangnya dari segi ekonomi agar lebih hemat biaya.
Sehingga mau tak mau masyarakat terpaksa harus bergantung kepada air minum kemasan atau air galon yang sebenarnya kini dalam ancaman terkontaminasi kandungan Bisphenol-A (BPA) yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Berdasarkan riset yang dilakukan Kompas.id, mengenai informasi air minum kemasan galon terkontaminasi kandungan Bisphenol-A (BPA) menimbulkan kekhawatiran bagi warga khususnya yang berada di Jakarta.
Hal ini terus menjadi polemik lantaran penggunaan air minum dalam kemasan galon berbahan polikarbonat masih terus terjadi. Dari sejumlah studi yang menjadi rujukan, paparan BPA pada penggunaan air minum dalam kemasan galon berbahan polikarbonat berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
Pentingnya Menjaga Sumber Air demi Keberlangsungan Kehidupan di Bumi
Walau masyarakat secara kekinian sudah hampir sepenuhnya bergantung pada keberadaan air minum kemasan. Akan tetapi keberadaan sumber air alami juga harus tetap dijaga dengan baik.
Mulai dari sumbernya, misalnya dari pegunungan atau mata air yang alirannya berasal dari danau.Â
Maka kualitas air yang berasal dari alam tersebut harus dapat dijaga kelestarian dan kebersihannya.
Selain itu pula untuk di kawasan perumahan yang terdapat di kampung apalagi di kawasan perkotaan bahwa sanitasi harus dapat terjaga dengan baik dan bertanggung jawab.
Seharusnya dengan adanya kemajuan di berbagai lini kehidupan, hendaknya juga ikut memajukan pola pikir masyarakat untuk lebih visioner dalam memandang segala sesuatu permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Walaupun kini kita sudah tidak bisa melepaskan diri dari "jeratan" air minum kemasan. Menjaga kualitas sumber mata air di kawasan rumah sendiri juga harus selalu dijaga agar tak terkontaminasi.
Tanggung Jawab Semua Pihak Menyediakan Sumber Air yang Layak Minum
Bagaimanapun tentu tak semua kalangan mampu membeli air minum kemasan atau air galon secara terus menerus dan dalam kapasitas yang besar.
Apalagi dalam kondisi saat ini dimana kondisi perekonomian dengan berbagai fenomena kenaikan harga barang semakin memberatkan masyarakat.
Jika kita hitung pengeluaran bulanan rumah tangga untuk keperluan membeli air minum kemasan atau mengisi ulang galon walaupun jumlahnya tidak terlalu besar tetap saja menambah pos pengeluaran yang semakin hari semakin melambung dan melonjak tinggi.
Tak bisa dipungkiri bahwa ketersediaan air minum belum tentu tersedia di sejumlah daerah sehingga kebutuhan air kemasan memang masih cukup tinggi.
Untuk itu semua pihak harus bersinergi menjaga kualitas air dengan kondisi air yang layak minum.
Jika bisa berandai, kita semua harusnya bercita-cita bisa mencapai target SDGs bagi Indonesia pada 2030 nanti. Bahwa air minum dan sanitasi yang aman sudah tersedia untuk semua.Â
Selain kita mengharapkan keseriusan pemerintah untuk tidak berpangku tangan guna menyediakan dan menyalurkan sumber air yang layak bagi masyarakat.
Sebagai warga negara yang baik, kita juga ikut berupaya menjaga kualitas sumber air mulai dari cara yang sederhana.
Misalnya dengan tidak asal menebang pohon, tidak membuang sampah sembarangan di sungai atau aliran air alami, tidak asal membangun di kawasan yang menjadi sumber air alami, dan lain sebagainya.
***
Sekali lagi, air adalah sumber kehidupan.
Betapa kacaunya dunia nantinya yang akan terjadi ketika sumber air tidak dijaga dengan baik dan berkesinambungan.
Coba kita tengok saja di negara-negara yang mengalami krisis air bersih, suasana menjadi sangat tidak kondusif dan isu permasalahan sosial ikut menyertainya.
Kita yang hidup di negara dengan sumber air yang sangat melimpah harus pandai bersyukur untuk bijak dan mampu menjaga kualitas air agar layak minum.
Semoga informasi ini bermanfaat.
..............................................................
Salam berbagi dan menginspirasi.
[Akbar Pitopang]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H