Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pengalaman Orangtua Menangani "Fimosis" pada Bayi

4 Oktober 2022   11:53 Diperbarui: 4 Oktober 2022   16:09 2612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi fimosis pada bayi (via boutiquevestibule.com)

Jika kondisi ini bisa lebih cepat diketahui, misalnya di usia 1-2 bulan jika kulup bayi langsung disunat tentu tidak terlalu merepotkan dan proses penyembuhannya pun tergolong akan lebih cepat.

Kesimpulannya, ketika itu kami masih belum bersedia bayi kami disunat.

Konsisten membuka kulup bayi agar elastis dan mudah dibersihkan (via id.theasianparent.com)
Konsisten membuka kulup bayi agar elastis dan mudah dibersihkan (via id.theasianparent.com)

Lalu bagaimana solusinya selain dilakukan sunat?

Kemudian dokter menyarankan kepada kami untuk secara konsisten membuka kulup penis bayi untuk dilakukan pembersihan bagian dalam kulup tersebut.

Pertama, dikarenakan bayi susah untuk diajak kompromi untuk dilakukan pembukaan kulupnya di siang hari maka kami siasati dengan melakukannya pada malam hari disaat bayi sudah tertidur pulas.

Pada situasi kondisi kulup bayi sudah lebih rileks dan tidak kaku sehingga agak lebih memungkinkan untuk dilakukan penarikan kulit ke belakang. 

Walaupun pada saat malam hari pun kami masih perlu melakukan sedikit pemaksaan ketika hendak menarik kulupnya.

Kedua, setelah kulup berhasil ditarik ke belakang maka orangtua harus segera membersihkan bagian dalam tersebut menggunakan air bersih atau tisu basah.

Gunanya agar kotoran yang mungkin mengendap di bagian dalam kulup dapat dibersihkan sehingga terhindar dari infeksi yang disebabkan kotoran dan bakteri dari sisa urine.

Karena konsisten melakukan kedua hal diatas, akhirnya kini anak kami telah bebas dari fimosis. anak kami sudah tidak lagi merasa kesulitan dan kesakitan ketika hendak pipis. Karena kulupnya sudah tidak sempit sehingga air pipis dapat mengalir dengan lancar.

Bagian kulup pun sudah lebih elastis sehingga pada saat bagian ujung kulit tersebut ditarik ke belakang, bayi sudah tidak lagi merasa perih atau kesakitan.

Pada masa-masa awal kami memang tidak tega atau bahkan tidak berani untuk menarik kulupnya ke belakang. lantaran merasa khawatir jika terjadi luka akibat proses penarikan tersebut.

Walaupun potensi terjadinya luka memang kemungkinan besar dapat terjadi. Kami mengetahui bahwa dari proses penarikan kulup ini memang telah terjadi sedikit sobekan kecil tapi kata dokter hal tersebut sangat wajar karena setelah itu akan kembali pulih dan terjadi elastisitas.

Jadi, orangtua tidak perlu terlalu takut untuk melakukannya. Karena kalau dibiarkan malah dampak buruk yang akan terjadi akan jauh lebih besar.

Kini, anak kami tidak lagi terkena fimosis. ia sudah bisa beraktivitas dan buang air kecil dengan normal tanpa sedikit pun merasa kesakitan. Tumbuh kembangnya pun telah berjalan dengan baik dan membanggakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun