Apa sajakah tanda-tanda fimosis?
1. Ujung kulit penis (kulup) tak mudah ditarik ke belakang.
Sebagaimana yang kami jelaskan diatas, kondisi demikian bisa menjadi tanda terjadinya fimosis. Lantaran kulup penis bayi susah untuk ditarik ke belakang sehingga perlu agak dipaksa terlebih dahulu. padahal kulup bersifat elastis.
2. Urine tertahan atau terjadi penggelembungan di bagian kulup.
Jadi kalau pipis akan menggelembung dulu, urine tertahan di ujung kulit atau kulupnya dulu. Setelah tekanan gelembung tinggi, baru kemudian urine keluar. Kondisi demikian dapat menyebabkan urine biasanya tersisa di balik kulit penis. Lama-kelamaan, sisa urine dan kotoran lainnya dapat mengendap dan memicu pertumbuhan bakteri.Â
3. Anak mengalami demam.Â
Dari sisa urine dan kotoran lainnya yang mengendap dan memicu pertumbuhan bakteri, kondisi tersebut tentu dapat menimbulkan terjadinya infeksi di bagian penis atau pada saluran kemih sehingga anak akan demam.Â
Itulah tanda-tanda terjadinya gejala fimosis pada bayi atau anak. Gejala yang paling memiliki kecenderungan akan tanda terjadinya fimosis pada bayi kami adalah pada poin pertama.
Untung saja kami bergegas memeriksakan kondisi ini kepada dokter anak sehingga dapat dilakukan langkah pencegahan dengan cepat maka tidak sampai terjadinya infeksi karena bakteri atau bahkan demam secara berulang.
Jadi, intinya kepada para orangtua agar dapat lebih peka mencermati kondisi yang dialami bayinya. Pemahaman para orangtua selama ini adalah pada fase bayi, anak memang gampang demam karena bertambahnya kepandaian.
Tapi jika intensitas terjadinya demam cukup sering maka orangtua perlu mengkonsultasikan lebih lanjut terkait kondisi tersebut kepada dokter anak.
Ketika anak demam, ada 2 kemungkinan yang terjadi. Pertama adalah karena batuk pilek, sedangkan yang kedua mungkin karena masalah saluran kemih yang bermasalah.
Pada akhirnya, demam yang berulang kali terjadi bisa memengaruhi tumbuh kembang anak.Â
Bagaimana solusi penanganan fimosis pada bayi?
Terkait kasus fimosis pada anak laki-laki ini memang cukup banyak ditemui. Kondisi demikian sangat perlu dilakukan penanganan cepat lantaran bisa berdampak pada terjadinya infeksi bakteri karena penumpukan sisa urine dan kotoran pada bagian dalam kulup yang mengalami penyempitan tadi sehingga tidak mudah dibuka untuk dibersihkan.
Karena pada mulanya, infeksi terjadi di sekitar kulit, kemudian di bagian kepala penis, hingga akhirnya bisa sampai ke saluran kemih. Tentunya jika kondisi telah sampai pada tahap infeksi akan menjadi berbahaya pada bayi.
Fimosis bisa diatasi dengan menyunat atau memotong kulup pada penis anak (circumcision).Â
Mendengar hal tersebut kami merasa sangat tidak tega dilakukan kepada bayi kami. Apalagi di usianya yang kala itu sudah cukup aktif bergerak. Secara otomatis, jika dilakukan sunat tentu akan mengganggu baik pada pergerakan bayi maupun potensi terjadinya perdarahan berulang.