Ada pertanyaan-pertanyaan yang kadang membuat guru sedikit merasa bingung untuk menjawabnya, misalnya pertanyaan tentang mengajukan pertanyaan pribadi tentang kehidupan seksual sehingga membuat orang lain tidak nyaman, bisa dikategorikan pelecehan seksual atau bukan termasuk pelecehan seksual. Padahal terkadang mungkin saja kita menganggap hal itu sebuah hal yang biasa saja.
Perilaku menggoda, seperti siulan, main mata, atau memanggil dengan panggilan mesra merupakan hal yang tidak bisa ditoleransi ketika terjadi di sekolah.
Untuk isu kesetaraan gender pun perlu diterapkan di lingkungan sekolah seperti misalnya memilih siswa perempuan dan siswa laki-laki sebagai perwakilan dalam berbagai kegiatan antar kelas maupun sekolah adalah tindakan yang penting.Â
Nilai-nilai kesetaraan gender dapat diintegrasikan pada mata pelajaran tertentu yang relevan seperti humaniora guna menghindari stereotip bahwa siswa laki-laki tidak boleh menangis seperti perempuan adalah tindakan yang benar.
Kesetaraan gender dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas.Â
Misalnya ketika siswa laki-laki dan siswa perempuan sama-sama mengangkat tangan untuk bertanya pelajaran di kelas, sebaiknya lebih memberi kesempatan kepada siapa yang duluan mengangkat tangan walaupun ia adalah siswa perempuan.
Guru juga perlu untuk membagi kelompok yang terdiri atas siswa laki dan siswa perempuan secara adil dalam setiap pembagian tugas kelompok.Â
Selain itu pula guru membentuk dinamika interaksi antar siswa di kelas yang saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
Jadi, seperti itulah kira-kira gambaran pertanyaan yang diajukan dalam pengisian Survei Lingkungan Belajar.Â
Secara pribadi sebagai seorang guru kami menganggap pengisian Survei Lingkungan Belajar ini penting untuk dicermati ulang oleh setiap guru untuk meningkatkan kompetensinya sehingga pembelajaran di kelas menjadi lebih interaktif dan menyenangkan bagi murid.