Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pentingnya Merawat Kesehatan Gigi Susu Anak Sejak Dini Sesuai Pengalaman Pribadi

10 September 2022   12:30 Diperbarui: 11 September 2022   02:01 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya merawat gigi susu pada anak sejak dini (Getty Images/iStockphoto via Kompas.com)

Beberapa hari yang lalu, kami baru saja membawa anak kami ke dokter gigi untuk dilakukan penambalan 4 gigi susu di bagian depan pada rahang atas.

Usia anak kami saat ini masih pada fase bayi berumur 2 tahun 9 bulan. Namun, pada usia yang masih sangat dini ini kami terpaksa harus membawa anak kami ke dokter gigi untuk dilakukan penanganan terhadap giginya tersebut.

Apa pasal? Kenapa hal itu bisa terjadi?

Saat ini, anak kami masih membutuhkan susu formula. Dalam berbagai kesempatan ia sering meminta dibuatkan sufor baik siang hingga malam hari tergantung mood si bayi.

Walau sejauh ini anak kami tetap makan nasi dan berbagai jenis makanan lainnya, keberadaan sufor masih tetap menjadi pelengkap yang tidak akan dilupakan oleh anak kami.

Semenjak giginya ditambal, anak kami ketika minum sufor sudah melalui gelas. Padahal sebelumnya selalu menggunakan botol susu atau dot. 

Ketika terbangun di malam hari ia pasti akan minta dibuatkan sufor yang bisa sampai 3 sampai 4 kali hingga menjelang bangun di pagi hari.

Itulah yang menurut kami menjadi penyebab utama giginya mengalami kerusakan. 

Anehnya, yang rusak hanya 4 gigi depan bagian atas saja. Sedangkan semua gigi yang lainnya dalam keadaan sehat, bersih dan tidak ada tanda-tanda mengalami kerusakan sedikitpun.

Menurut pengamatan kami bahwa keempat giginya yang rusak tersebut berkembang dengan proses yang sangat cepat.

Awalnya 1 gigi depan bagian atas ada yang patah dengan ukuran yang kecil yang disebabkan ia mengalami insiden ketika sedang bermain. 

Tak lama setelah itu gigi yang patah tersebut semakin terkikis dan mengalami perubahan warna menjadi kehitaman. 

Selanjutnya gigi sebelahnya juga mengalami hal serupa, menjadi hitam. sehingga kedua gigi kelincinya sudah rusak.

Beberapa bulan setelah itu ada 2 gigi di kiri dan kanan dari kedua gigi yang rusak tadi ikut mengalami kerusakan. 

Gigi susu bagian depan pada rahang atas yang mengalami kerusakan (Foto: Akbar Pitopang)
Gigi susu bagian depan pada rahang atas yang mengalami kerusakan (Foto: Akbar Pitopang)

Pada Februari kemarin gigi yang rusak hanya dua saja. Berselang sekitar 6 bulan saja kemudian dua gigi lainnya di bagian depan rahang atas tersebut ikut mengalami kerusakan dan perubahan warna menjadi kecoklatan yang mengarah pada pigmen hitam. 

Tak ingin gigi anak kami yang lainnya bertambah rusak, akhirnya kami bergegas memeriksakannya ke dokter gigi. 

Dari hasil diagnosis yang dilakukan dokter gigi diketahui bahwa giginya masih bisa diselamatkan karena kerusakan terjadi baru pada bagian email gigi dan belum sampai ke bagian saraf gigi.

Maka langkah penanganan yang akan dilakukan adalah dengan menambal keempat gigi yang berubah warna tersebut.

Untung saja anak kami suka berinteraksi dengan dokter di rumah sakit. Sudah beberapa kali kami membawanya ke rumah sakit atau bertemu dokter misalnya spesialis anak, spesialis tumbuh kembang, dokter mata, dan lainnya. 

Sehingga tidak terlalu menyulitkan ketika ia diberi penjelasan bahwa giginya perlu ditambal. Walaupun sama sekali ia belum paham atau belum pernah sama sekali giginya disentuh oleh dokter gigi.

Sebelum dilakukan proses penambalan, dokter gigi khusus anak ini menerangkan kepada kami perihal respon yang akan terjadi ketika nanti dilakukan proses penambalan gigi si anak.

Karena anak kami belum pernah sama sekali melihat dan mendengar bunyi yang dihasilkan oleh mesin dari peralatan gigi seperti untuk proses scaling gigi, otomatis sudah dapat dipastikan bahwa ia akan kaget dan merasa tidak nyaman. 

Oleh karena itu ayahnya harus memangku sambil memeluk tubuh anak dengan erat agar tidak memberontak dan kabur.

Sungguh ketika itu pemandangan dan situasi yang kami hadapi selaku orangtuanya sangat membutuhkan kesabaran dan keikhlasan mendengar teriakan dan erangan si anak yang meronta-ronta ingin melepaskan diri dan menghindari dari dokter gigi dengan segenap perangkat dan peralatannya.

Saat itu anak kami memang berteriak dan mengeluarkan seluruh tenaga yang ia miliki untuk melepaskan tubuhnya dari jeratan pelukan yang kami lakukan.

Apalagi gigi yang akan ditambal ada empat sehingga waktu yang dibutuhkan tidak sebentar.

Dengan perjuangan yang cukup melelahkan akhirnya semua giginya yang rusak tadi berhasil ditambal. Kini, ia sudah kembali memiliki senyum yang manis.

Pemeriksaan pada gigi susu anak (Foto: Akbar Pitopang)
Pemeriksaan pada gigi susu anak (Foto: Akbar Pitopang)

Dari kejadian ini ada beberapa poin penting yang kami dijadikan pelajaran terkait pentingnya merawat kesehatan gigi bayi sejak dini.

1. Membatasi konsumsi susu formula dan makanan manis.

Ketika anak sudah bisa makan maka keberadaan susu formula ini semestinya harus segera dibatasi. Walaupun anak masih belum bisa sepenuhnya lepas dari kebutuhan akan sufor, yang paling penting untuk dilakukan mengurangi frekuensinya. Terutama untuk di malam hari.

Karena sufor mengandung pemanis yang dapat merusak gigi anak. Dan kandungan pemanis ini cukup tinggi.

Di malam hari ketika anak ingin minum sufor menjelang tidur, anak bisa didorong untuk terlebih menggosok giginya. Jika anak tidak mau maka setidaknya anak perlu berkumur-kumur agar kandungan pemanis pada sufor tidak melekat di gigi.

2. Membiasakan anak untuk selalu menggosok gigi.

Kebiasaan menggosok gigi ini sangat penting diajarkan kepada anak sejak dini. Ketika anak sudah memahami tentang apa itu menggosok gigi maka anak dibiasakan untuk selalu menggosok gigi baik pada saat mandi maupun di malam hari menjelang tidur.

Salah satu faktor penyebab kerusakan gigi anak disebabkan karena tidak mau menggosok gigi.

3. Segera mengkonsultasikan kerusakan gigi anak ke dokter gigi.

Orangtua sangat perlu untuk selalu bersikap peduli dan tidak mengabaikan begitu saja kerusakan gigi yang dialami anak walau sekecil apapun bentuknya.

Bahkan jika gigi anak patah akibat ulah bermain saja misalnya orangtua perlu memeriksakan ke dokter gigi apakah perlu ditambal atau tidak.

Karena jika dibiarkan gigi yang patah ini bisa semakin keropos lalu berganti pigmen warna menjadi kehitaman. 

Kesalahan sepele yang sering dilakukan oleh para orangtua termasuk mungkin kami selaku orangtua adalah kurang memperhatikan atau kurang action ketika sudah mengetahui tanda-tanda kerusakan gigi anak. 

Padahal dari hal sepele tersebut ketika terus menerus diabaikan dapat berakibat fatal.

4. Kerusakan gigi dapat memengaruhi nafsu makan anak.

Banyak survei dan pengalaman para orangtua di luar sana yang menceritakan bahwa anak sering malas makan atau nafsu makannya berkurang ketika giginya ada yang mengalami kerusakan. 

Bahkan kasus stunting seringkali dijumpai pada anak dengan gigi susu yang berlubang atau mengalami kerusakan lainnya. Gigi susu yang nyeri tentu dapat membuat anak menjadi malas makan yang kemudian dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. 

Padahal sejak kecil anak harus memperoleh nutrisi yang cukup dan memadai. 

Pada saat kami mengkonsultasikan kondisi gigi anak, dokter gigi benar-benar menyarankan agar jangan sampai gigi anak dicabut sebelum waktunya. Gigi susu anak kami di usianya yang belum genap tiga tahun belum layak untuk dicabut. Karena biasanya gigi permanen anak baru akan tumbuh ketika sudah berusia sekitar 6 tahun. 

Bila gigi susu dicabut sebelum waktunya, maka dapat menyebabkan kekosongan ruang untuk gigi permanen yang akan menggantikannya. Kondisi seperti itulah yang dapat menyebabkan kasus gigi berjejal di kemudian hari. Oleh sebab itu pentingnya menjaga ruang untuk pertumbuhan gigi permanen nantinya. 

Merawat gigi susu ini juga sangat penting sebagai stimulasi untuk menjaga pertumbuhan rahang anak sesuai dengan bentuk yang wajar. Salah satu penyebab rahang anak maju ke depan (baca tonggeng) akibat dari minum sufor menggunakan botol. 

Hal itu sejalan dengan penyebab terjadinya kondisi asimetris pada rahang dan wajah yang dapat mempengaruhi estetika pada anak di kemudian hari. 

Kondisi gigi susu anak setelah ditangani oleh dokter gigi (Foto: Akbar Pitopang)
Kondisi gigi susu anak setelah ditangani oleh dokter gigi (Foto: Akbar Pitopang)

Kini, keempat gigi anak bagian depan atas sudah berhasil ditambal. Anak pun juga lebih ceria dan nafsu makannya meningkat.

Tugas kami adalah rutin memeriksa langsung kondisi gigi anak secara rutin dan berkala. Dokter gigi menyarankan kami untuk kembali memeriksakan gigi anak pada 6 bulan berikutnya. Untuk kembali memastikan apakah tambalan bekerja dengan baik ataukah masih ada giginya rusak dan lain sebagainya.

Demikianlah sedikit kisah pengalaman tentang tindakan penanganan yang kami lakukan terhadap kondisi gigi susu anak yang hampir mengalami kerusakan fatal.

Semoga informasi ini bermanfaat.

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

[Akbar Pitopang]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun