Memiliki anak adalah sebuah anugerah terindah dan cita-cita utama yang diinginkan oleh pasangan suami istri yang telah menikah.
Ketika telah memiliki anak, para orang tua akan mempersiapkan dan mengupayakan segala hal yang terbaik untuk kepentingan anak.
Termasuk salah satu yang takkan terlewatkan dari perhatian orang tua adalah biaya pendidikan anak.
Bahkan jauh sebelum menikah atau masih lajang pun banyak diantara calon orang tua yang sudah mulai mengambil ancang-ancang terkait "financial planning" untuk biaya pendidikan anak.
Tujuan orang tua bekerja tidak lain dan tidak bukan hanya untuk memenuhi segala kebutuhan dan keperluan hajat hidup dari anak-anaknya.
Akses terhadap pendidikan adalah suatu yang takkan luput walau mungkin banyak dari orang tua yang ketika masih muda tidak mendapatkan kesempatan untuk mengecap bangku sekolah pun pasti tidak akan membiarkan anak-anaknya juga mengalami hal yang demikian.
Untuk itu, para orang tua pasti akan benar-benar berusaha agar bagaimana anak-anaknya bisa bersekolah dan melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
Sejak orang tua masih dalam masa produktif atau masih bertugas menjalankan tupoksi profesinya maka sejak saat itu dana penghasilan yang diterima akan disisihkan untuk biaya pendidikan anak.
Alokasi dana pendidikan anak ini mengambil porsi yang cukup besar dalam kapasitas penghasilan orang tua.
Para orang tua rela melakukan berbagai hal pekerjaan sampingan di luar "main job" untuk menambah penghasilan agar dana yang sudah dialokasi untuk biaya pendidikan anak tidak mempengaruhi budgeting untuk kebutuhan mendasar lainnya dalam kehidupan rumah tangga.