Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

3 Hal Humanis yang Pantas Dipertimbangkan Sebelum Kebiri Kucing Liar

20 Agustus 2022   14:56 Diperbarui: 20 Agustus 2022   14:57 1855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kucing domestik atau kucing liar yang penulis bawa pulang untuk dipelihara (Foto: Akbar Pitopang)

Keberadaan kucing-kucing liar saat ini populasinya memang sudah semakin pesat dan cukup merasakan masyarakat.

Di berbagai lingkungan perumahan baik di perkotaan maupun di perkampungan sudah sangat banyak dijumpai kucing liar yang berkeliaran di sekitar kawasan tersebut. 

Tidak hanya itu saja kucing liar juga banyak dijumpai di kawasan sekitar pasar tradisional hingga di pinggir jalan.

Kondisi demikian cukup menyita perhatian penulis secara pribadi karena memang selama ini penulis memiliki pengalaman tersendiri bersama kucing-kucing liar ini. 

Apalagi belum lama ini penulis berpapasan dengan anak kucing liar yang hendak melintas di jalan. Namun karena kondisinya yang butuh perhatian akhirnya penulis tergerak untuk membawanya pulang dengan niat untuk diobati dan dilakukan pemulihan kondisi fisiknya.

Di mana saat itu kondisi anak kucing ini dalam keadaan yang cukup memprihatinkan karena di beberapa bagian tubuhnya terkena scabies yang cukup parah. 

Alhamdulillah, setelah beberapa minggu diberi perawatan seperti makanan yang cukup hingga memandikannya langsung. 

Akhirnya anak kucing ini dapat berangsur pulih di mana penyakit scabiesnya semakin berkurang tubuhnya semakin berisi dan bulunya semakin lebat.

Selain itu baru sekitar 3 minggu yang lalu penulis juga mengadopsi anak kucing liar yang dipungut oleh penjaga sekolah kami yang merupakan seorang pecinta dan penyayang hewan imut yang satu ini. 

Namun karena di rumahnya sudah banyak terdapat kucing dan kucing yang lain tidak menginginkan keberadaan penghuni baru akhirnya kucing ini diminta untuk penulis rawat sendiri. 

Karena iba akhirnya penulis bersedia merawat anak kucing tersebut dan membawanya pulang. 

Kucing domestik atau kucing liar yang penulis bawa pulang untuk dipelihara (Foto: Akbar Pitopang)
Kucing domestik atau kucing liar yang penulis bawa pulang untuk dipelihara (Foto: Akbar Pitopang)

Tak lama setelah anak kucing ini tinggal dan menetap ke rumah kami, datanglah seekor induk kucing yang dengan hamil besar dan sepertinya tak lama lagi akan melahirkan anak-anaknya. 

Kebetulan tetangga yang berada persis di samping rumah kami juga merupakan orang yang menyukai kucing akhirnya kucing tersebut melahirkan di kawasan rumahnya. Kucing tersebut telah melahirkan 3 ekor anak yang memiliki bulu yang menarik. 

Ternyata setelah ditelusuri induk kucing tersebut milik tetangga kami namun berbeda perumahan. 

Disinyalir tetangga ini tidak menginginkan kucingnya melahirkan di rumahnya akhirnya dia mengusir kucing tersebut. Kondisi seperti ini memang seringkali kita jumpai saat ini. 

Dimana para perawat kucing---warga biasa---banyak yang membuang kucingnya ketika hendak melahirkan. Pada akhirnya tentu keberadaan kucing ini akan meresahkan dan mengganggu kenyamanan orang lain.

Tidak sekali dua kali dan penulis tidak hanya bertemu dengan satu atau dua orang saja yang melakukan tindakan tidak terpuji tersebut. 

Dari dulu polanya seperti itu ketika kucing tersebut masih anak-anak atau remaja para perawat kucing bersedia untuk merawatnya namun ketika kucing tersebut sudah dewasa malah banyak perawat kucing yang membuang kucing tersebut ketika kucingnya tengah hamil.

Buntutnya adalah jumlah kucing liar akan semakin ramai. Dan itulah yang menyebabkan sebagian orang merasa terganggu dan tidak nyaman akibat melonjaknya populasi kucing liar ini.

Selain itu pula bahwa kini kecenderungan masyarakat untuk merawat kucing kampung juga sudah tergerus karena keberadaan kucing impor. 

Banyak orang yang tergila-gila dengan kucing impor karena kemolekan tubuhnya dan kecantikan bulu yang dimiliki kucing impor. 

Banyak sekali saat ini masyarakat yang rela menghabiskan banyak biaya hanya untuk memberikan service terbaik untuk kucing impor yang dimiliki. 

Walau sebagaimana yang kita tahu bahwa perlakuan untuk kucing impor sangat berbeda dengan kucing kampung.

Kucing impor membutuhkan berbagai produk dan barang tertentu, makanan tertentu hingga harus di grooming dan vaksinasi.

Keberadaan kucing impor yang sudah merajalela saat ini, kucing kampung menjadi termarjinalkan.

Oleh karena itulah akibat tidak adanya perhatian yang diberikan oleh masyarakat maupun petugas kesehatan hewan kepada kucing liar ini telah menyebabkan populasi kucing liar menjadi tak terkontrol.

Sepertinya itulah yang mendorong seorang TNI yang menembak mati kucing-kucing liar yang berkeliaran di sekitar kawasan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI, Bandung, Jawa Barat.

Di satu sisi kita merasa sangat prihatin dan kasihan terhadap nasib kucing-kucing liar tersebut yang pada akhirnya ketemu ajal dengan cara yang tidak berperikehewanan. 

Namun disisi lain kita merasa bahwa cara seperti itu dapat diterima atau sehat lantaran keberadaan kucing liar yang telah meresahkan warga.

Sepertinya insiden penembakan kucing liar ini bukan tanpa alasan yang mana masyarakat Indonesia pada umumnya sangat mencintai kucing. Jadi tak mungkin jika kucing tersebut ditembak mati tanpa ada alasan dibaliknya.

Kejadian ini semakin membuka mata dan menarik perhatian kita terkait keberadaan kucing liar yang saat ini sudah semakin meresahkan.

Berbagai tawaran untuk mengendalikan populasi kucing liar ini diutarakan oleh berbagai pihak yang mana salah satu caranya adalah dikebiri. Akibatnya kucing liar yang telah dikebiri tersebut tidak akan mampu lagi untuk berkembang biak.  

Namun selain opsi tersebut sebagai langkah penanganan terkait keberadaan kucing liar yang sudah meresahkan ini apakah sebelumnya ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan. 

Tuti Supriapti (45) bersama kucing-kucing peliharaannya di Jalan By Pass Ngurah Rai No. 26 A, Denpasar, Bali (KOMPAS.com/IMAM ROSIDIN)
Tuti Supriapti (45) bersama kucing-kucing peliharaannya di Jalan By Pass Ngurah Rai No. 26 A, Denpasar, Bali (KOMPAS.com/IMAM ROSIDIN)

1. Menyerahkan ke tempat penampungan kucing liar

Saat ini di beberapa tempat sudah terdapat lokasi penampungan kucing liar yang dikelola baik secara pribadi maupun yayasan sukarela. Dengan latar belakang sebagai pecinta kucing, pengelola tempat penampungan kucing liar ini akan memberikan perhatian kepada kucing liar untuk dirawat sebagaimana mestinya.

Dengan menyerahkan kucing liar ini ke tempat penampungan khusus maka kucing-kucing liar ini tidak lagi berkeliaran secara sembarangan.

Kondisi mereka pun akan lebih terjaga karena ada perawat kucing yang akan memberikan perhatian dan mencukupi kebutuhan kucing-kucing liar tersebut.

Cinta Laura adopsi kucing domestik. (Twitter @xlaurakiehlx via Kompas.com)
Cinta Laura adopsi kucing domestik. (Twitter @xlaurakiehlx via Kompas.com)

2. Diadopsi dan dirawat dengan penuh kasih sayang

Jika memungkinkan sebenarnya kita bisa mengadopsi kucing liar ini. Seperti yang telah penulis lakukan saat ini.

Alasan penulis untuk mengadopsi kucing liar ini adalah agar kondisi mereka bisa lebih diperhatikan. Selain itu keberadaan kucing liar ini diharapkan dapat menjauhkan kawasan perumahan dari keberadaan tikus dan hewan pengerat lainnya.

Karena jika semua kucing liar dikebiri akibat yang akan terjadi selanjutnya adalah populasi kucing liar akan menurun secara drastis. Sebaliknya populasi tikus sebagai hewan pengganggu bisa jadi membludak akibat berkurangnya jumlah kucing sebagai hewan yang mereka takuti.

Oleh karena itu, bagi Anda yang dalam dirinya memiliki rasa cinta kepada kucing walau hanya sedikit maka hendaklah mempertimbangkan untuk mengadopsi kucing liar ini walaupun jumlahnya tidak banyak.

Kita pun juga bisa mengajak orang lain seperti tetangga, kerabat dan teman-teman untuk mau mengadopsi kucing liar yang ditemukan di kawasan tempat mereka tinggal.

Sebagian orang menganggap bahwa merawat kucing akan membawa kebaikan untuk orang tersebut. Orang muslim menganggap bahwa kucing merupakan salah satu hewan yang dicintai oleh Rasulullah SAW.

Terlepas dari itu semua bahwa merawat kucing liar akan menumbuhkan rasa kepedulian dalam diri kita bahwa sejatinya semua makhluk ciptaan Tuhan memiliki hak untuk hidup dan berkembang biak layaknya manusia.

Berkoordinasi dengan petugas kesehatan hewan untuk langkah penangan yang tepat untuk kucing liar (ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)
Berkoordinasi dengan petugas kesehatan hewan untuk langkah penangan yang tepat untuk kucing liar (ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)

3. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan hewan

Sebelum kita mengambil langkah untuk mencari ataupun menembak mati kucing liar ini maka kita perlu melakukan koordinasi dan konsultasi dengan petugas kesehatan hewan.

Petugas kesehatan hewan nantinya akan memberikan rekomendasi mana langkah tepat yang bisa kita tempuh untuk mengendalikan populasi kucing liar ini.

Itulah beberapa pertimbangan yang bisa kita lakukan sebelum kita mengambil penanganan yang tergolong ekstrem seperti kebiri atau tembak mati.

Dari ketiga di atas salah satu diantaranya bisa kita pilih dan tempuh sebagai langkah untuk pengendalian populasi kucing liar.

Semoga saran dan masukan dari kami bermanfaat bagi kita semua.

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

[Akbar Pitopang]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun