Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemuda Indonesia (Masih) Memegang Nilai Kebajikan dalam Kehidupan

28 Juli 2022   06:08 Diperbarui: 28 Juli 2022   06:30 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Handphone yang tak jadi hilang, dengan begitu separuh nyawa kembali utuh (Foto: Akbar Pitopang)

Seketika suasana menjadi kacau, pikiran menjadi tak menentu dan diatas pundak rasanya seperti ada beban yang sangat berat yang sedang dipikul. Sungguh situasi perasaan yang sangat berat untuk dibayangkan pada saat itu. Pasalnya, seperti yang semua orang rasakan bahwa eksistensi handphone ibarat separuh nyawa. Kehilangan handphone bagaikan orang yang sedang lingling tak tahu arah.

Semua informasi yang sifatnya "urgent" disimpan dalam handphone. Karena memang untuk manusia zaman now keberadaan handphone tidak hanya sebatas sebagai alat berkomunikasi dan memanfaatkan fasilitas internet semata. Lebih dari itu keberadaan handphone untuk memudahkan segala urusan dan hajat hidup manusia. 

Semua manusia saat ini sudah sangat bergantung dengan perangkat handphone. Walaupun kondisinya banyak lecet dan sudah tidak mulus lagi yang paling penting adalah data dan segala informasi pribadi yang tersimpan di memori handphone tersebut.

Tak lama setelah itu penulis langsung bergegas pulang ke rumah kemudian menyampaikan kemalangan tersebut kepada istri. Dengan meminjam handphone milik istri, penulis langsung mencoba menghubungi nomor sendiri yang ada di handphone yang hilang. 

Dengan perasaan yang campur aduk, penulis coba menekan 12 digit angka di layar handphone yang ada di tangan.

Awalnya saat panggilan pertama tidak ada jawaban sama sekali. Pada saat itu penulis langsung merasa sangat was-was bahwa panggilan tersebut mungkin sengaja tidak diangkat oleh orang yang menemukannya. Selang beberapa detik ternyata ada permintaan menghubungi ulang dari nomor kami sendiri. Penulis langsung mencoba menghubungi untuk kedua kalinya dan hasilnya penulis dapat terhubung dengan seseorang di balik panggilan telepon yang berada pada suatu tempat yang tidak diketahui.

Tanpa basa-basi namun tetap dengan sikap yang sopan kami langsung menanyakan perihal keberadaan handphone itu.

"Assalamu'alaikum. Halo, selamat siang"

"Wa'alaikumsalam" (Mendengar ada suara yang menyahut di balik speaker handphone, rasanya seperti langit tak jadi runtuh)

"Permisi, Pak. Ini saya yang punya hp yang bapak ketemukan. Apakah saya bisa mengambil kembali hp tersebut, Pak?"

"Bisa. Bapak silahkan ke tempat saya bekerja. Lokasinya masuk lampu merah di Jalan Sultan Syarif Kasim yang dekat bioskop"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun