Jadi sebenarnya semua siswa memiliki kelebihannya masing-masing. Baik siswa dalam kondisi biasa maupun siswa yang berkebutuhan khusus sama-sama memiliki minat dan potensi yang bisa diekspor oleh guru.
Jadi seperti itulah gambaran dari pengalaman penulis disaat menghadapi siswa yang berkebutuhan khusus yang nyasar ke sekolah reguler yang bukan sekolah inklusif.
Kasus semacam itu sejatinya jangan sampai terjadi atau dibiarkan berlarut-larut karena bisa saja dapat merugikan siswa berkebutuhan khusus karena penanganannya belum tentu sesuai dengan yang semestinya.
Sebenarnya kondisi ini tidak boleh diabaikan oleh pihak sekolah maupun orangtua. Karena dampak atau akibatnya sangat besar bagi siswa yang bersangkutan.Â
Oleh karena itu, dari kasus yang telah terjadi dapat kita ambil hikmah sehingga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan kasus tersebut.
1. Pihak dari sekolah reguler harus benar-benar memastikan pada saat PPDB murid yang akan diterima dengan kondisi biasa atau berkebutuhan khusus.Â
Hal ini bukan tanpa alasan bahwa murid hendaknya benar-benar dapat mengalami proses pendidikan sesuai dengan kondisi riil yang mereka alami. Jika memang siswa dalam kondisi berkebutuhan khusus maka harus diarahkan di sekolah khusus (SLB) ataupun ke sekolah inklusif. Pemerintah sudah mengatur terkait hal itu.Â
2. Orangtua yang telah mengetahui kondisi anaknya berkebutuhan khusus maka jangan "ngeyel" dengan tetap bersikukuh ingin mendaftarkan anaknya ke sekolah reguler.Â
Padahal hal tersebut akan sangat merugikan anaknya sendiri lantaran di sekolah reguler belum mampu mengakomodir kebutuhan siswa berkebutuhan khusus dengan baik. Sedangkan di sekolah khusus atau sekolah inklusif yang menampung siswa berkebutuhan khusus telah tersedia guru, perangkat ajar, kurikulum khusus, serta segala fasilitas pendukung yang dapat mengakomodir segala bentuk kebutuhan siswa berkebutuhan khusus dengan berbagai kondisi dan latar belakangnya.Â
Jika siswa berkebutuhan khusus belajar di sekolah khusus maka bakat atau potensi yang tersimpan di dalam dirinya akan dapat ditemukan lebih cepat oleh guru. Karena guru khusus tersebut memiliki kompetensi khusus untuk mengeksplorasi bakat yang tersimpan di dalam diri siswa berkebutuhan khusus. Untuk itu orangtua harus legowo dan bekerja sama untuk mendaftarkan anak ke sekolah sesuai dengan kondisi anak yang sebenarnya.
3. Sekolah reguler yang lebih cepat mengetahui atau menemukan fakta sebenarnya tentang kondisi siswa berkebutuhan khusus yang telah diterima maka dapat membicarakan secara baik-baik dengan pihak orangtua untuk merekomendasikan siswa tersebut ke sekolah khusus. Lebih awal maka lebih baik.Â