Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jelang Idul Adha di Solok Selatan Harga Cabai Tembus Level Tertinggi Rp 200.000 Per Kg

9 Juli 2022   06:58 Diperbarui: 9 Juli 2022   07:55 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harga cabai merah di Solok Selatan (Sumbar) terpantau menyentuh harga tertinggi di pasar Rp 200 ribu per Kg (DOK YOGI via Kompas.com)

Kali ini, penulis rasa perlu untuk ikut mengabarkan kondisi pasar yang terjadi baru-baru ini di daerah kami di Solok Selatan.

Dimana harga cabai merah keriting sudah menyentuh level harga tertinggi yang sangat membuat khususnya kami yang menetap disini menjagi tercengang-cengang sekaligus resah dengan kondisi ini.

Harga cabai merah keriting di pasar dipatok dengan harga Rp 200 ribu/kilogram.

Sungguh harga yang sangat fantastis yang bertepatan dengan momen jelang Hari Raya Idul Adha tahun 2022 ini.

Padahal dari pantauan harga yang dilakukan kakak ipar kami, pada siang hari waktu setempat harga cabai merah keriting masih di level Rp 85 ribu/kilogram.

Harga cabai merah keriting yang mencapai level harga tertinggi di solok selatan ini terjadi pada 5/7/2022 kemarin.

Saat itu, ibu mertua kami langsung yang berada di TKP a.k.a pasar rakyat yang sedang membeli dan menyiapkan bahan atau barang yang dibutuhkan guna menyambut Hari Raya Idul Adha ini.

Dengan harga setinggi itu, ibu mertua kami jadi mengurungkan niatnya untuk membeli cabai sebanyak yang telah direncanakan.

Para pembeli banayk yang ikut mengurungkan niatnya untuk membeli cabai sesuai kebutuhan yang telah ditentukan.

Ketika masyarakat sangat membutuhkan cabai untuk mengolah masakan jelang dan pasca Idul Adha nantinya, sedangkan harga cabai melonjak sangat tinggi. Mau tidak mau masyarakat atau pembeli terpaksa harus mengurangi jumlah pembelian.

Akhirnya, masyarakat atau para pembeli harus memutar otak bagaimana cara jitu yang harus dilakukan guna mensiasati kondisi yang sangat meresahkan ini.

Penulis pun merasa sangat heran mengapa harga cabai bisa melonjak sangat tajam seperti itu.

Menjadikan cabai sangat pedas tapi bukan dari rasanya melainkan dari harganya sendiri.

Menurut ibu mertua kami bahwa kondisi ini memang lumrah terjadi. Dimana permintaan cabai menjelang Idul Adha selalu tinggi sedangkan hasil panen petani terbatas.

Kakak ipar kami yang juga petani cabai juga membenarkan alasan yang membuat harga cabai mencapai level tertingginya itu.

Stok hasil panen cabai saat ini memang cukup terbatas sedangkan kebutuhan pasar sangat  tinggi jelang Idul Adha.

Ketika permintaan lebih tinggi dari ketersediaan barang di pasaran, sudah jelas prinsip ekonomi akan memainkan perannya. Kenaikan harga menjadi pasti akan terjadi.

Kondisi sedemikian peliknya di tengah situasi ekonomi yang susah pasca pandemi ini hendaknya jangan sampai menambah penderiataan masyarakat.

Harga-harga sembako mencapai level tertingginya selalu menjelang Idul Adha. Seperti sudah menjadi tradisi Idul Adha saja.

Lagi-lagi peran pemerintah dalam mengendalikan harga sangat diperlukan terutama jelang perayaan hari-hari besar keagamaan yang pada kali ini disambut oleh umat muslim.

Ketika pemerintah sibuk mengemas minyak curah, harga sembako yang lainnya menjadi tak terkontrol sehingga ikut menimbulkan kekacauan pasar yang mempengaruhi kondisi ekonomi di negara ini.

Entah bagaimana kita mendambakan terjadi kondisi pasar yang stabil dan tidak meresahkan masyarakat atau para pembeli.

Dari dulu kondisi seperti ini yang terus saja terjadi. Seakan-akan permasalahan klasik ini tak pernah terselesaikan dengan solusi yang konkrit.

Kedepannya, pemerintah harus senantiasa berpihak kepada para petani dengan memberikan dukungan yang pasti dan solusi yang sesuai dengan kondisi permasalahan yang tengah dihadapi petani.

Semoga kondisi ini dapat segera teratasi, khususnya pemerintah setempat harus segera turun ke lapangan memantau dan mengawasi permainan harga yang mungkin saja terjadi di lingkungan para pedagang.

Jangan sampai kondisi ini dibiarkan berlarut-larut dan meresahkan kita semua.

Semoga setelah ini ada langkah konkrit atau kebijakan yang adil yang diambil oleh pemerintah dalam menstabilkan kekacauan harga sembako dan komoditas lainnya di pasaran.

***

Salam berbagi dan menginspirasi.

[Akbar Pitopang]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun