Kemungkinan dulu jumlah penerbit masih sedikit. Ditambah tren atau genre yang populer sebagai bahan bacaan khalayak umum masih terbatas.
Sehingga sebuah naskah tulisan agar dapat lolos seleksi penerbit menjadi sebuah perjuangan yang cukup membuat hati harus banyak bersabar.
Itu dulu. Kini, semua sudah berubah dan dunia literasi semakin berkembang.
Semakin banyak pula penerbit-penerbit baru yang bermunculan ke dunia percetakan buku.
Demikianlah yang telah dirintis oleh rekan kami semasa kuliah di Jogja dulu.
Dampak dari bonus demografi yang terjadi, peluang yang hadir bisa dimanfaatkan olehnya dengan baik sebagai sebuah terobosan dengan melihat pangsa pasar dimana Jogja adalah kota pelajar.
Status sebagai "kota pelajar" pula yang mengantarkan Jogja sebagai "kota buku" karena banyaknya jumlah pelajar dan mahasiswa yang membutuhkan buku sebagai referensi untuk belajar dan menyelesaikan tugas.
Kami pun ikut diajak oleh rekan tersebut untuk mempromosikan usaha penerbitan buku yang dirintisnya tersebut.
Kami hanya bertugas untuk promosi atau dengan kata lain sebagai telemarketing karena promosi yang kami lakukan melalui jalur lalu lintas media sosial.
Disamping itu, kami juga belajar dan mengenal seluk-beluk dunia penerbitan sebuah buku.