Di lingkungan MTsN yang "lebih terjaga" dan lebih terkontrol mampu sedikit mengurasi rasa kekhawatiran para orangtua akan pengaruh buruk yang terus terjadi.
3. Porsi ilmu agama di MTsN lebih banyak dibanding SMP
Dikarenakan MTsN berada dibawah naungan Kemenag, maka sudah jelas bahwa kurikulum yang diterapkan selain mengikuti kurikulum yang berlaku juga memiliki porsi pelajaran agama yang lebih banyak dibandingkan dengan SMP.
Di SMP, siswa hanya mempelajari materi pelajaran agama Islam secara ringkas dan lebih banyak dalam bentuk pengenalan sehingga mereka dirasa akan kekurangan ilmu agama.
Sedangkan di MTsN, para siswa akan diajarkan berbagai cabang ilmu agama seperti fiqih, akidah akhlak, sejarah kebudayaan Islam (SKI) dan lain sebagainya.
Dengan menyekolahkan anak ke MTsN, orangtua telah ikut berupaya membekali anaknya dengan ilmu pengetahuan agama yang akan menjadi bekal dan persiapan mereka menjalani kehidupan sosial dan kemasyarakatan nantinya.
Ilmu agama sangat dibutuhkan sekali sebagai kompas kehidupan sehingga anak senantiasa berada di jalur yang benar.
Setidaknya jika nanti siswa kembali melanjutkan studi ke SMA misalnya, mereka sudah punya bekal dan benteng diri. Sehingga pengaruh buruk dari hasil pergaulan dapat lebih difilter oleh anak itu sendiri.
4. Opsi jitu selain pesantren
Jika orangtua dihadapkan dengan pilihan menyekolahkan anak ke pesantren atau MTsN, tentu para orangtua akan memilih menyekolahkan anaknya ke pesantren.
Namun, dikarenakan berbagai faktor penghalang seperti keterbatasan finansial hingga orangtua yang tidak sanggup melepas anak untuk berada jauh darinya menyebabkan orangtua enggan untuk menyekolahkan anak ke pesantren.
Sedangkan orangtua masih menganggap bahwa ilmu agama masih sangat perlu dibekali kepada anak.