Memancing di kawasan perkotaan ala bapak-bapak: bukan memancing biasa. Ada tiga hal yang dipertaruhkan: ekonomi, gizi dan kesehatan, serta sanitasi dan lingkungan. Seperti apakah itu? Mari kita simak.
Pada suatu ketika, kami mengunjungi sebuah taman kota atau ruang terbuka hijau di kota kami. Sebuah ruang terbuka hijau yang didalamnya dipenuhi oleh tumbuhan dan pohon-pohon besar serta di tengahnya ada kolam resapan air yang cukup luas.
Taman kota ini tidak hanya dimanfaatkan oleh para orang tua untuk membawa anaknya bermain di wahana edukasi outdoor yang disediakan di taman kota ini.
Ruang terbuka ini juga dimanfaatkan oleh berbagai lapisan masyarakat seperti melakukan kegiatan piknik bersama keluarga, tempat berdiskusi dan mencari inspirasi, bahkan juga dimanfaatkan untuk kegiatan memancing.
Ya, salah satunya untuk kegiatan memancing ikan. Pelakunya apalagi kalau bukan seorang bapak yang memiliki istri dan anak yang menanti ikan itu dirumah.
Bapak-bapak jaman now memang menjadikan kegiatan memancing ini sebagai hobi. Baik difokuskan sebagai kegiatan profesional maupun hanya sebatas memancing untuk menyalurkan hasrat dan ikan hasil tangkapan untuk dikonsumsi.
Pada kesempatan kali itu kami tak sengaja menemukan ada seorang bapak-bapak yang sedang fokus penuh konsentrasi duduk di ujung kolam sambil memperhatikan alat pancing yang ia lemparkan ke spot untuk menjerat ikan.
Tujuan kami sebenarnya bukan untuk mencari keberadaan bapak-bapak yang hobi memancing ikan. Tapi karena tidak sengaja menemukannya maka sekalian saja kami ajak berinteraksi.
Bapak yang satu ini menjadikan kegiatan memancing sebagai kegiatan positif yang bisa dilakukannya di sela waktu luang. Selain tentunya menjalankan aktifitas mencari nafkah untuk keluarganya.
Ia cukup sering memancing hampir setiap hari dalam seminggu. Lokasinya pun berpindah-pindah atau nomaden dari kolam-kolam umum seperti yang ada taman kota atau RTH ini maupun memancing di aliran sanitasi di lingkungan perkotaan.
Tapi lokasi favoritnya adalah kolam yang berada di dalam RTH ini. Karena menurutnya ia bisa menemukan suasana yang lebih hening minim kebisingan sehingga ia bisa lebih fokus dan memusatkan perhatiannya saat memancing ikan.
Memang setiap harinya tidak banyak ikan yang bisa dibawa pulang kerumah. Ya, benar. Ikan hasil tangkapan itu akan dibawa pulang diserahkan kepada istri.
Ikan tersebut bukan untuk dijual, tapi untuk dikonsumsi. Ikan-ikan hasil tangkapan hanya cukup untuk dikonsumsi dalam sekali masak.
Saat itu, ketika kami bertanya kepada si bapak apakah sudah banyak ikan yang didapatkan. Ia mengatakan kalau ikan yang sudah didapat belum terlalu banyak.
Dengan alasan bahwa saat ini kondisi air sedang surut dan debit air yang berada di kolam itu dalam keadaan menurun.
Dari pantauan kami secara langsung dari pandangan mata bahwa kondisi air memang sedang dalam kondisi berkurang dari jumlah debit air yang biasanya memenuhi kolam itu secara keseluruhan.
Terakhir kali saat kami mengunjungi RTH tersebut kami masih menemukan kondisi kolam yang terisi penuh oleh air.
Mungkin kondisi berkurangnya debit air kolam dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang sedang jarang sekali hujan. Oleh sebab itulah air kolam menjadi surut bahkan apa yang ada di dasar kolam bisa terlihat dari jauh.
Tapi kondisi seperti itu tidak cukup untuk menyurutkan semangat bapak-bapak untuk tetap memancing. Malah membuat bapak-bapak semakin tertantang untuk bagaimana caranya bisa memperoleh banyak ikan.
Kami pun bertanya ikan jenis apa saja yang biasanya hidup di lingkungan sanitasi perkotaan seperti itu dan jenis ikan apa yang sering tertangkap.
Biasanya yang tertangkap adalah ikan nila. Ikan yang masih memiliki hubunga kekerabatan dengan ikan mujair yang biasa hidup di kampung.
Ikan nila ini memiliki tekstur daging yang empuk dan legit. Semua orang menyukai ikan yang satu ini. Di banyak rumah makan, ikan nila menjadi salah satu menu andalan.
Ikan nila termasuk jenis ikan yang tahan cobaan dan kuat bertahan dalam kondisi air pada sanitasi di lingkungan perkotaan.
Namun jika dalam keadaan sedang beruntung, bapak-bapak bisa mendapatkan ikan lele maupun ikan gabus. Jenis ikan yang juga sering hidup di lingkungan perkotaan dan kuat menghadapi kondisi air di perkotaan sering bergantung pada kondisi curah hujan.
Kembali kita kepada apa alasan dan tujuan para bapak-bapak memancing ikan di lingkungan perkotaan. Ikan yang didapatkan dengan tujuan untuk dikonsumsi. Untuk memenuhi gizi dan asupan nutrisi untuk segenap anggota keluarga.
Di perkotaan, tidak semua orang hidup dalam kondisi berkecukupan. Banyak juga yang kondisinya butuh perhatian dan bantuan uluran tangan.
Sedangkan kondisi ekonomi saat ini semakin sulit dan terus membebani masyarakat yang dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah atau kurang mampu.
Apapun yang dijual di pasar saat ini harganya terus menanjak naik dan selalu dipengaruhi oleh inflasi sehingga harganya terus berubah dan semakin mahal.
Oleh karena itu, memancing ikan bisa menjadi langkah solutif yang ditempuh bapak-bapak untuk mencukupi kebutuhan lauk-pauk untuk konsumsi keluarga.
Kalau dibilang kondisi ikan di perkotaan adalah tidak layak konsumsi, mungkin saja ada benarnya. Disebabkan kondisi air yang kurang sehat dan rentan terpapar pencemaran lingkungan.
Tapi apa daya, hanya itulah satu-satunya cara seorang bapak memenuhi kebutuhan lauk untuk konsumsi keluarganya.
Karena hidup di perkotaan yang dipenuhi oleh bangunan permanen serta menipisnya keberadaan pepohonan. Tidak ada lagi yang namanya hutan di lingkungan perkotaan.
Dalam arti sebuah hutan yang bisa dijadikan lahan berburu bagi para bapak-bapak. Kalau saja masih ada hutan mungkin saja bapak-bapak akan pergi berburu hewan seperti unggas, rusa, dan lain sebagainya.
Maka memancing menjadi satu-satunya cara yang mudah untuk dilakukan oleh bapak-bapak yang membina keluarga dan tinggal di perkotaan. Tidak membutuhkan biaya yang besar.
Sebuah fenomena yang sudah biasa kita jumpai di lingkungan perkotaan saat ini. Di pinggir jalan besar seringkali kita mendapati keberadaan bapak-bapak yang sedang asyik memancing ikan.
Walau begitu fenomena memancing ikan di lingkungan perkotaan dapat menjadi perhatian bersama untuk kita semua.
Para bapak-bapak harus teredukasi dengan baik bahwa hendaknya hanya memancing ikan di situasi air yang mengalir.
Keadaan warna air juga harus diperhatikan secara teliti. Jangan memancing di kondisi air yang berwarna hitam. Karena hal itu menandakan air dalam kondisi sangat tidak sehat.
Jika menemukan ikan dalam kondisi kurang sehat seperti kondisi mata yang buram maupun keadaan sisik atau bagian tubuh yang mengelupas maka hendaknya tidak dikonsumsi.
Karena kemungkinan besar ikan tersebut bertahan hidup dalam situasi air yang berbahaya hingga merusak beberapa jaringan tubuhnya.
Fenomena yang terjadi saat ini dimana para bapak-bapak memancing ikan di aliran sanitasi kawasan perkotaan, janganlah terlalu menjadi pergunjingan dan cemoohan yang keluar dari mulut warga.
Karena kondisi ekonomi yang sedang sulit ini mau tak mau membuat seorang bapak ikut memutar otak untuk memenuhi kebutuhan.
Aktifitas memancing di kawasan perkotaan memiliki magnet tersendiri bagi para penghobi dan penggemarnya.
Biarkan saja para bapak-bapak ini tetap menyalurkan hobinya selagi tidak mengganggu warga masyarakat maupun lingkungan.
Salam berbagi dan menginspirasi.
[Akbar Pitopang]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H