Selain itu pula, banyak kawan akrab kami semasa kuliah dulu yang kini sudah menjadi dosen di berbagai kampus se-Indonesia.
Kawan akrab kami banyak yang tetap melanjutkan studi. Setelah lulus S1 langsung melanjutkan studi ke level pendidikan S2 atau magister.
Setelah mereka lulus S2 bertepatan pula dengan momentum regenerasi tenaga dosen dan pendidik yang membuka kran besar-besaran lantaran dosen lama yang sudah lanjut usia dan memasuki purnabakti.
Sehingga kesempatan emas ini dimanfaatkan oleh mereka untuk berkarir di dunia pendidikan untuk melanjutkan estafet perubahan.
Tidak hanya sampai di situ, ada juga teman SD kami yang seumuran dengan penulis yang saat ini masih berusia 30 tahunan tapi sudah lulus pendidikan S3 dan menduduki posisi vital di kampusnya.
Bahkan adik kelas satu tingkat di bawah kami yang dulu semasa SMA dan semasa kuliah yang kami anggap mungkin jauh dari radar dosen, malah sekarang sudah menerima SK dan aktif mengajar sebagai dosen.Â
Informasi terakhir yang kami dapatkan bahwa ia malah sudah menjadi dosen penguji untuk skripsi atau tugas akhir mahasiswanya.
Sungguh luar biasa fenomena yang saat ini terjadi dan dialami oleh orang-orang yang erat kaitannya dengan penulis sendiri.Â
Kami tak menyangka bahwa hal ini akan benar-benar terjadi. Semua ini jelas disebabkan oleh kondisi yang tak dapat dielakkan sebagai bonus demografi.
Selain contoh yang disebutkan di atas, ada pula rekan kami yang membuka usaha pendistribusian hasil pertanian yang disalurkan antar provinsi.
Berbekal ilmu dan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan jurusan yang ia pilih terkait dengan dunia pertanian, serta bekal pengalaman dan wawasan yang didapatkan ketika menjalani program magang di Jepang membuat ia mantap untuk memilih jalannya sendiri yang berbeda dengan kebanyakan profesi yang dipilih generasi muda yang lainnya saat ini.