Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Plus Minus Aturan Pembelian BBM Subsidi Via Aplikasi

9 Juni 2022   23:55 Diperbarui: 10 Juni 2022   09:55 3229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengisi BBM di SPBU menggunakan aplikasi MyPertamina. Sumber: Pertamina via Kompas.com

Permasalahan dan isu terkait penggunaan BBM di negeri yang katanya sangat kaya ini sepertinya takkan pernah berakhir untuk dilempar ke publik dan menjadi buah bibir segala lapisan masyarakat baik yang tinggal di perkampungan hingga yang menetap di perkotaan.

Sejak dahulu kala begitu kompleks permasalahan terkait penggunaan BBM di negeri ini. Mulai dari BBM yang mengalami kelangkaan, harga BBM yang "seenak" pemerintah menaikkannya, kasus penimbunan BBM, harga BBM yang berbeda antar setiap daerah seperti di Papua, dan lain sebagainya.

Hingga isu terbaru adalah rencana Pertamina yang akan menerapkan penggunaan aplikasi terkait pembelian BBM yang disubsidi oleh pemerintah. Aplikasi yang akan diterapkan adalah aplikasi MyPertamina.

Apa tujuan Pertamina menerapkan penggunaan aplikasi ini dalam proses pembelian BBM bersubsidi? Kenapa harus menggunakan aplikasi ini? Bukannya akan menambah permasalahan baru kedepannya?

Banyak sekali pertanyaan yang hadir di masyarakat saat ini terkait rencana Pertamina yang akan menerapkan penggunaan aplikasi pembelian BBM bersubsidi ini.

Namun sebelum Pertamina benar-benar akan menerapkan penggunaan aplikasi dalam pembelian BBM bersubsidi, mari kita cermati beberapa poin yang menjadi plus minus dan bisa dijadikan pertimbangan untuk finalisasi rencana ini.

Pelanggan bertransaksi menggunakan aplikasi MyPertamina di sebuah SPBU. (Antara/HOPertamina) 
Pelanggan bertransaksi menggunakan aplikasi MyPertamina di sebuah SPBU. (Antara/HOPertamina) 

Apa saja hal yang dinilai sebagai plus atau sisi positif penerapan kebijakan penggunaan aplikasi untuk pembelian bersubsidi ini?

1] Penggunaan BBM bersubsidi akan tepat sasaran

Pemerintah mengeluarkan kebijakan BBM bersubsidi jelas ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah. BBM bersubsidi sedianya diperuntukkan bagi kalangan yang terbatas dari segi ekonomi dan finansial.

Apakah selama ini kita sudah memastikan penggunaan BBM bersubsidi untuk sudah dimanfaatkan dengan baik oleh kalangan menengah ke bawah? Apakah anda melihat banyak sekali orang yang bisa dibilang mampu karena memiliki mobil pribadi menggunakan BBM bersubsidi jenis Pertalite juga?

Sehingga dengan adanya penerapan aplikasi ini diharapkan calon pembeli BBM bersubsidi akan lebih tepat sasaran berdasarkan informasi dalam database dan status pengguna pada aplikasi tersebut.

2] Digitalisasi akan memudahkan proses transaksi

Selama ini kita merasakan dampak dari proses transaksi jual beli yang dilakukan yang berbasis digital seperti pada saat berbelanja online. Dimana kegiatan transaksi yang dilakukan dapat berjalan dengan cepat dan lebih efisien.

Nah, ketika pengguna BBM bersubsidi akan melakukan pembelian di SPBU diharapkan prosesnya dapat berjalan dengan lebih mudah dan cepat.

Sehingga hal itu dapat meminimalisir antrean saat proses pembelian atau pengisian BBM di SPBU. Adalah hal yang lumrah kita jumpai selama ini. Dimana antrean yang terjadi sampai mengular hingga berpuluh kilometer panjangnya.

3] Kampanye bijak pemanfaatan energi

Selama ini kita menilai bahwa BBM bersubsidi begitu besar alokasi jumlah kapasitas BBM yang disalurkan berikut tingginya alokasi anggaran yang dikucurkan oleh pemerintah bagi masyarakat.

Kebijakan BBM bersubsidi ini jelas merupakan sebuah bentuk kepedulian dan perhatian dari pemerintah untuk masyarakat, khususnya bagi warga yang kurang mampu yang memang perlu diberi bantuan dalam bentuk subsidi BBM ini.

Tapi sejalan dengan kebijakan ini, intensitas penggunaan BBM bersubsidi oleh masyarakat menjadi sedikit tidak terkontrol. Pemerintah belum mampu mengawasi siapa yang berhak memanfaatkan BBM bersubsidi.

Sehingga bisa saja penggunanya menggunakan BBM bersubsidi ini untuk hal-hal yang bersifat pemborosan. Padahal dana alokasi untuk menutupi biaya subsidi ini sangat fantastis.

Penggunaan aplikasi akan mengurangi tindak penimbunan BBM bersubsidi (HENDRA CIPTA/KOMPAS.COM)
Penggunaan aplikasi akan mengurangi tindak penimbunan BBM bersubsidi (HENDRA CIPTA/KOMPAS.COM)

4] Menghindari pengelewengan dan penimbunan BBM bersubsidi

Jika nanti pemerintah atau Pertamina sudah menentukan bagaimana regulasi proses pembelian BBM bersubsidi ini maka Pertamina dapat memonitor berapa jumlah total pembelian bagi setiap individu atau pengguna.

BBM bersubsidi yang sedianya diperuntukkan bagi kaum yang pantas memperolehnya tentu akan membelinya dalam jumlah yang wajar dan masuk akal.

Apakah mungkin masyarakat yang tergolong menengah ke bawah akan membeli BBM bersubsidi jamlah jumlah yang besar dan ketika diakumulasikan bisa mencapai jumlah berton-ton?

Nah, tentu dengan adanya pemanfaatan aplikasi ini maka pihak yang berkepentingan dapat melakukan fungsi controlling dengan lebih efektif dalam upaya memberantas kasus penimbunan oleh pihak atau oknum yang hanya mementingkan diri dan bisnisnya sendiri.

Disamping itu, rencana penerapan penggunaan aplikasi dalam pembelian BBM bersubsidi ini beresiko terjadinya beberapa hal dibawah ini yang menjadikannya masuk dalam kategori minus atau memiliki sisi negatif.

1] Rawan penyelewengan data pengguna

Akan seperti apa nanti kategori pengguna yang layak untuk memperoleh BBM bersubsidi? Apa dasar untuk mengkategorikan seseorang itu layak memperoleh subsidi?

Maka pemerintah dan Pertamina musti memperhatikan hal ini secara matang dan prosedural yang benar-benar dijalankan dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Jika tidak, maka kebijakan ini jelas akan dipermainkan oleh mereka yang tidak berhak atau mereka yang hanya mementingkan kepentingan pribadi atau golongan tertentu.

2] Masyarakat banyak yang gaptek dan tak punya ponsel pintar

Sama halnya dengan penerapan pembelajaran daring yang digulirkan selama masa pandemi pada beberapa waktu yang lalu. Dimana dalam penerapannya bergantung pada perangkat handphone maupun koneksi intenet. Nah, penerapan aplikasi dalam pembelian BBM bersubsidi juga akan menerapkan cara yang demikian.

Apakah masayarakat menengah ke bawah saat ini semuanya sudah memiliki perangkat handphone atau ponsel pintar untuk dapat mengakses aplikasi MyPertamina?

Kami rasa tetap saja masih banyak masyarakat yang kurang mampu yang tidak punya handphone canggih atau ponsel pintar ini. Dan harta yang dibanggakannya hanya berupa motor jadul. Ini benar-benar motor jadul, loh. Bukan motor jadul tapi masuk kategori unik atau antik yang harganya mahal.

Mungkin jumlah masyarakat menengah ke bawah yang masuk kategori tidak mampu jumlahnya tidak terlalu banyak. Lalu, seperti apa regulasi yang cocok untuk mengakomodir mereka dalam akses memperoleh BBM bersubsidi ini?

Jangankan untuk membeli handphone baru, untuk makan saja susah. Motor jadul yang satu-satunya dimiliki itu pun gunanya untuk sekedar mempermudah perpindahan atau pergerakan ke suatu tempat yang dituju. Maupun digunakan untuk membantu kegiatan berjualan keliling yang untungnya tidak seberapa.

Sehingga keadaan seperti itu ditambah dengan kebijakan penggunaan aplikasi dalam proses pembelian BBM bersubsidi yang memang pantas untuk mereka peroleh malah seperti mempersulit akses bagi mereka sendiri.

Semoga ada kebijakan yang bersifat pengecualian yang bertujuan agar para penerima yang masuk kategori sangat layak dan sangat pantas seperti mereka dapat ikut merasakan manfaat dari adanya BBM bersubsidi ini.

Ilustrasi antrean panjang pengisian BBM subsidi di SPBU (KOMPAS.com/UNO KARTIKA)
Ilustrasi antrean panjang pengisian BBM subsidi di SPBU (KOMPAS.com/UNO KARTIKA)

3] Tetap dapat menimbulkan antrean panjang dan kekacauan

Akan seperti apa proses penyaluran BBM bersubsidi kepada mereka yang berhak pada saat berada di SPBU? Apakah setiap satuan petugas yang berjaga di tiap mesin pengisian bahan bakar sudah memiliki kemampuan dasar untuk memastikan seseorang itu memang berhak memperoleh BBM bersubsidi?

Jika seorang petugas tidak menguasai kemampuan dasar ini dengan baik tentu proses pengisian bahan bakar akan berjalan lebih lama. Pada akhirnya tetap akan menimbulkan antrean yang panjang dan kekacauan disaat kondisi masyarakat yang diliputi perasaan yang tidak sabar karena sedang terburu-buru atau sedang dalam keadaan yang sangat mendesak.

Maka setiap SPBU hendaknya menghimbau kepada calon penerima BBM bersubsidi menunjukkan bukti transaksi yang telah dilakukan sebelumnya di aplikasi MyPertamina. Calon penerima BBM bersubsidi harus menyimpan notifikasi dan menunjukkannya kepada petugas agar proses pengisian dapat berjalan dengan cepat dan menimalisir terjadinya antrean panjang.

4] Beresiko menimbulkan kelalaian di SPBU

Dikarenakan masyarakat harus menggunakan aplikasi dalam pembelian BBM bersubsidi ini maka masyarakat harus selalu membawa handphone atau ponsel pintar dalam setiap proses pengisian bahan bakar di SPBU.

Selama ini yang kita tahu dari informasi yang beredar bahwa sinyal handpone memang tidak menimbulkan percikan api. Jika handphone tersebut dalam keadaan baterai yang rusak mungkin saja akan terjadi percikan api ketika hp berada di dekat nozzle pengisian bahan bakar.

Kira-kira apakah pihak Pertamina atau petugas di lapangan mampu melarang masyarakat untuk tidak mengangkat panggilan telepon yang masuk atau memainkan handphone pada saat ia masih berada di SPBU?

Atau, apakah masyarakat mampu mengontrol keinginannya untuk memainkan handphone yang dapat menyebabkan baterai menjadi panas. Serta menangguhkan panggilan telepon yang masuk dengan cara me-reject panggilan tersebut karena sedang berada di SPBU?

Kemungkinan seperti handphone yang baterainya rusak dan dalam keadaan panas tersebut lalu terjatuh di kawasan SPBU bisa saja terjadi. Dan percikan api bisa saja timbul akibat reaksi baterai yang panas bertemu dengan uap dari bensin.

Jika demikian yang terjadi maka bukan tidak mungkin akan menimbulkan percikan api di SPBU yang akan membahayakan semua orang yang berada disana serta akan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pemilik atau pengelola SPBU.

Maka hal ini harus benar-benar diperhatikan secara serius. Jangan sampai kejadian yang tak diinginkan terjadi hanya karena sebuah kecerobohan dan kelalaian.

Sebelum kebijakan ini diterapkan, hendaknya pihak Pertamina dapat mempertimbangkan beberapa poin diatas yang menjadikan kebijakan ini memiliki sisi plus dan minusnya.

Satu lagi, jika niat ini baik demi kemaslahatan dan transparansi maka hendaknya berpijak pada sila kelima dalam Pancasila, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".

Langkah yang hendak ditempuh Pertamina dan pemerintah ini tujuannya sudah baik. Semoga penerapannya nanti dapat berjalan dengan baik pula dengan tetap mengedepankan sisi humanis yang menjunjung nilai-nilai kehidupan dalam setiap prosesnya.

Salam perubahan demi kebaikan bagi sesama.

[Akbar Pitopang]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun