Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Batal Jadi ASN Jalur PPPK Gara-Gara Hal Ini

3 Juni 2022   06:10 Diperbarui: 18 Juni 2022   10:07 2260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN). Foto: Kompas.com/Fransiskus Simbolon

Sesuai Undang-undang yang berlaku saat ini bahwa ASN (Aparatur Sipil Negara) terbagi menjadi dua golongan yakni PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).

Itu berarti baik PNS maupun PPPK sama-sama merupakan ASN  yang memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk mengabdi kepada negara.

Jika statusnya sama-sama merupakan aparatur negeri, adakah yang membedakan antara PNS dan PPPK?

Perbedaan antara PNS dan PPPK adalah berbeda dari segi tunjangan. Jika PNS nantinya akan menerima dana pensiun ketika sudah menjalani purnabakti maka PPPK tidak menerima dana pensiun sama sekali.

Jadi, untuk penerimaan gaji tetap sama berdasarkan pangkat dan golongan. Namun, keuntungan PPPK biasanya ketika baru diangkat bisa menerima gaji yang lebih besar karena adanya peninjauan masa kerja (PMK). Berbeda dengan PNS yang pada awalnya menjadi status sebagai calon PNS (CPNS) dimana ia hanya akan menerima 80% dari gaji pokok setiap bulannya.

Oke, baiklah. Marilah kita kembali bahas mengenai rekrutmen PPPK. Khususnya yang akan kita bahas disini adalah terkait penerimaan PPPK guru.

Berbagai syarat harus dipenuhi oleh para guru atau tenaga pendidik yang hendak mendaftarkan diri sebagai peserta rekrutmen PPPK ini.

Salah satunya syarat terpenting adalah masih bestatus aktif sebagai guru dan terdaftar dalam Dapodik (Data Pokok Pendidikan).

Dapodik memiliki peranan yang sangat vital dalam berbagai urusan dan ketata-usahaan administrasi seorang guru. Bahkan data yang terinput di Dapodik sebagai acuan guru yang bersangkutan dapat didaftarkan menjadi calon PPPK. Termasuk pula untuk pendataan guru yang akan menerima tunjangan atau bantuan dari pemerintah.

Oleh karena itu, setiap guru yang masih aktif mengajar harus memastikan dirinya sudah didaftarkan oleh operator sekolah ke Dapodik. jika belum, maka hal itu akan sangat merugikan sang guru.

Terutama bagi para guru honorer harus lebih aktif menanyakan hal itu kepada operator sekolah. Karena PMK (Peninjauan Masa Kerja) seorang honorer akan membantunya agar cepat menerima kenaikan gaji dan pangkat/golongan yang dapat segera dikonversi ketika nanti telah diangkat menjadi PNS ataupun seorang PPPK.

Kedepannya pemerintah akan lebih sering membuka rekrutmen untuk penerimaan PPPK. Khususnya untuk tenaga pendidikan saat ini sudah banyak yang mulai memasuki masa purnabakti atau pensiun.

Sehingga sudah dapat diperkirakan bahwa tahun-tahun kedepan pemerintah akan sering membuka lowongan untuk PPPK terutama di lingkungan pendidikan.

Rekrutmen calon ASN bagi para honorer (Ilustrasi oleh MI/Seno)
Rekrutmen calon ASN bagi para honorer (Ilustrasi oleh MI/Seno)

Jumlah honorer yang bekerja di bidang pendidikan saat ini jumlahnya sangat banyak tersebar di semua satuan pendidikan berbagai jenjang di seluruh wilayah Indonesia.

Kondisi ini masih ditunjang dari besarnya jumlah lulusan pendidikan dari berbagai perguruan tinggi yang ada. Sehingga sambil menunggu pemerintah membuka kran penerimaan CPNS atau PPPK maka para lulusan tersebut akan mulai melamar untuk bekerja sebagai honorer di lingkungan pendidikan yakni sekolah.

Pemerintah memang tidak setiap tahun membuka rekrutmen pengadaan tenaga pendidik di sekolah-sekolah negeri. Sedangkan guru yang telah memasuki purnabakti bertambah setiap tahunnya atau malah setiap bulannya.

Di sekolah kami saja sudah ada guru yang purnabakti dalam kurun waktu dua bulan secara berturut-turut. Sampai saat ini belum ada pemerintah mengisi kekosongan posisi guru yang purnabakti tersebut. 

Sedangkan proses pembelajaran dan penyelenggaraan pendidikan harus tetap berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. Itulah alasan mengapa sekolah tetap menerima kehadiran para honorer untuk mengisi kekosongan tersebut.

Selain untuk mengabdikan diri dalam tugas dan profesi mulia sebagai seorang guru, tentu yang diharapkan oleh para honorer adalah dapat diangkat menjadi ASN. Baik melalui rekrutmen CPNS maupun melalui CPPPK.

Maka tak heran jika ada banyak honorer yang masih setia mengabdikan dirinya mengemban tanggung jawab profesi sebagai seorang guru yang mendidik murid-murid di sekolah. Bahkan tak sedikit yang setia mengabdi hingga usia sepuh. Sungguh luar biasa.

Beberapa waktu yang lalu pemerintah sudah kembali membuka lowongan penerimaan tenaga pendidik di seluruh Indonesia baik dengan cara rekturmen CPNS maupun rekrutmen CPPPK. Sedangkan untuk tiga tahun terakhir, pemerintah merekrut tenaga pendidik jalur PPPK.

Para honorer begitu antusias menerima kabar dari pemerintah terkait rekrutmen tenaga pendidik walau melalui rekrutmen PPPK. Sama saja asalkan tetap bagian dari ASN.

Rekan-rekan di sekolah kami maupun yang mengabdikan diri di sekolah lain ikut terlibat aktif dalam proses rekrutmen CPPPK ini. Banyak yang akhirnya lulus diterima menjadi PPPK, namun masih banyak juga yang belum beruntung. Mereka tetap semangat dan bertekad untuk mencoba lagi.

Khusus penerimaan PPPK untuk tenaga pendidikan lebih diutamakan adalah yang sudah lama mengabdikan diri menjadi tenaga pendidikan yang dibuktikan dengan data yang telah diinput di Dapodik. ini adalah acuan utama agar bisa mendaftar CPPPK.

Ilustrasi seorang honorer tak bisa ikut seleksi calon ASN/ PPPK (Thinkstock/foto)
Ilustrasi seorang honorer tak bisa ikut seleksi calon ASN/ PPPK (Thinkstock/foto)

Namun nasib naas dialami oleh salah seorang rekan kami. Dimana beberapa bulan sebelum adanya informasi resmi terkait rekrutmen PPPK, ia telah mengundurkan diri dari sekolah tempat ia mengabdikan diri selama ini yang sudah bertahun-tahun lamanya.

Mau gimana lagi, terkadang memang menjadi seorang honorer membutuhkan kesabaran dan perjuangan yang tiada henti-hentinya. Walaupun niat utamanya untuk mengabdikan diri, tapi kebutuhan hidup tentu harus tetap terpenuhi agar semuanya berjalan seimbang.

Maka tak heran jika selama ini kita melihat bahwa banyak sekali honorer yang punya pekerjaan sampingan selain mengajar. Ada yang sambil berdagang, sambil berjualan online, atau punya usaha kecil-kecilan di rumah.

Itu semua dijalani demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jika hanya mengandalkan gaji dari yang dicairkan setiap tiga bulan sekali jelas itu semua tak mampu mencukupi segala kebutuhan yang ada.

Walau begitu, para honorer tetap senantiasa mengabdikan diri menjalankan tanggung jawab sesuai amanah yang telah diberikan sekolah. Bertahan dengan penuh harapan, bersabar dalam keindahan dan kemuliaan.

Pada umumnya semua honorer memiliki jiwa dan mental baja tahan cobaan dan selalu menerima tantangan sepanjang berkarir. Pada awalnya memang seperti itu. Tapi tetap akan satu dua orang yang gugur karena sudah tak kuat menanggung beban hidup.

Pilihannya hanya dua, tetap bertahan menjadi honorer yang kemudian suatu saat nanti dengan penuh keyakinan bahwa pasti akan ada pengangkatan sebagai ASN. Dan pilihan kedua, mengakhiri perjuangan dan melajutkan hidup dengan bekerja mencari penghasilan dari jalur halal lainnya.

Rekan kami yang tadi merupakan salah satu yang gugur di tengah jalan. Padahal dia sudah hampir 15 tahun mengabdikan diri dan setia dan berlapang dada dengan status honorer.

Dia menemukan jati dirinya yang lain yakni bekerja menjadi seorang pedagang. Akhirnya dengan berat hati ia melepaskan tanggung jawab pengabdian ini dan mengakhiri statusnya sebagai seorang honorer.

Karena ia telah mengundurkan diri dan tidak lagi menjadi tenaga pendidik di sekolah tempat ia mengabdikan diri, maka sudah jelas bahwa operator akan menghapus namanya dari Dapodik dan dari semua database aplikasi pendidikan yang ada.

Tapi kenyataan berkata lain bahwa tak lama setelah itu, pemerintah membuka rekrutmen CPPPK dan mengutamakan merekrut tenaga honorer yang sudah lama mengabdi seperti dirinya.

Lalu kira-kira apakah ia bisa mendaftarkan diri untuk mengikuti rekrutmen CPPPK? Ternyata sudah tidak bisa lagi lantaran datanya sudah terhapus dari Dapodik. Bila untuk mengembalikan data yang sudah terhapus tersebut sepertinya operator sekolah tidak bisa melakukannya dengan hanya membalikkan telapak tangan. Maka pupuslah harapan sang honorer.

Dengan berat hati, terpaksa ia harus menerima keadaan ini. Sungguh berat cobaan hidupnya. Padahal sudah sangat lama ia mengabdikan diri dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Jika ia terus bertahan dan tetap bersabar tentu ia bisa mengikuti rekrutmen CPPPK yang dibuka tak lama setelah ia mengundurkan diri.

Namun sungguh jauh berbeda dengan yang dialami oleh rekan kami yang lain. Kebetulan ia juga sudah mengundurkan diri dari pengabdiannya sebagai tenaga honorer. Bahkan ia mengundurkan diri duluan dari rekan yang kami sebutkan diatas tadi.

Ajaibnya ia ternyata masih bisa mengikuti CPPPK. Alasannya adalah ternyata namanya belum dihapus oleh operator sekolah sehingga ia masih berstatus sebagai tenaga pendidik yang aktif dalam database Dapodik.

Dan hebatnya lagi ternyata ia lulus menjadi PPPK. Sungguh ia begitu bersyukur karena datanya belum dihapus oleh operator sekolah sehingga ia bisa mendaftarkan diri sebagai peserta CPPPK.

Kami tak tahu apa alasan mengapa pihak sekolah atau operator sekolah belum menghapus namanya dari database Dapodik. mungkin bisa jadi memang luput dari perhatian operator sekolah karena disibukkan dengan beragam pekerjaan dan tanggung jawab lain yang dibebankan oleh sekolah kepadanya.

Sungguh takdir berkata lain yang dialami oleh dua orang rekan kami ini. Ini benar-benar terjadi dan kami menyampaikan disini sesuai dengan kejadian yang sesungguhnya.

Berkaca dari pengalaman diatas, pesan moralnya adalah para honorer masih dituntut untuk lebih ekstra sabar menjalani profesi dan tanggung jawab pengabdiannya.

Pertama, bulatkan tekad jika memang hendak melepaskan tanggung jawab ini. Jika memang takdir berkata lain, dimana seorang honorer memang sudah harus gantung seragam PDH untuk selamanya. Honorer yang bersangkutan harus sudah siap dengan segala konsekuensi yang akan terjadi di kemudian hari dengan mempertimbangkan masa kerja yang sudah berpuluh-puluh tahun. Jangan sampai niatnya masih setengah-setengah dan masih diliputi keraguan. Karena bersikap ragu-ragu adalah perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri nantinya. Biasanya kalau kita meninggalkan sesuatu dalam keadaan ragu maka yang sering terjadi malah yang kita ragukan tersebut.

Kedua, berdoan dan menyerahkan keputusan kepada Tuhan. Apapun keputusan yang sudah kita tekadkan hendaklah kita doakan dulu ke Tuhan. Karena dengan hal itu maka kita akan lebih merasa siap secara lahir dan batin menerima segala sesuatu yang akan terjadi.

Ketiga, siapkan back up pekerjaan pengganti. Sebelum kita mengundurkan diri sebagai seorang honorer, maka kita wajib menyiapkan tempat kemana kita akan berlabuh selanjutnya. Misalnya alasan kita mengundurkan diri karena alasannya untuk bisa fokus berbisnis online, sedang berusaha membuka bimbel atau les private, maupun berbagai kesibukan dan pekerjaan lain yang bisa dilakukan ketika tidak lagi menjadi seorang honorer.

Keempat, cari tahu dulu informasi kapan akan dibuka rekrutmen calon ASN (CPNS / CPPPK). Hendaklah seorang honorer tidak terburu-buru untuk mengundurkan diri sebelum mencari tahu rencana pemerintah terkait kapan akan dibuka kembali proses penerimaan calon ASN.

Demikianlah beberapa hal yang bisa dilakukan oleh honorer terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk undur diri. Cermati dulu segala sesuatunya dengan matang dan terencana. Agar tak terjadi penyesalan di kemudian hari.

Tetaplah mengabdi dengan sepenuh hati wahai para honorer, ketika tugas mulia itu dikerjakan dengan penuh dedikasi maka Tuhan akan segera menggantinya dengan apa yang sedang kita cita-citakan.

Salam perjuangan.

[Akbar Pitopang]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun