Karena artikel diatas tidak lolos penilaian. Mungkin karena tidak sesuai dengan kategori pesertanya yang  mensyaratkan harus berdomisili disana sedangkan saat itu kami masih kuliah di Jogja.
Lalu ketika kami mengutak-atik laptop secara kebetulan kami menjumpai file tentang artikel itu masih tersimpan rapi dalam folder.
Daripada nanti file-nya hilang atau rusak terkontaminasi virus. Artikel itu lebih baik kami tayangkan disini. Sehingga opini dan gagasan kami dapat dijangkau oleh pembaca dari segala penjuru wilayah.
Itulah alasan mengapa ada satu artikel yang ditayangkan di tahun 2016. Setelah itu kami kembali habituasi dan mati suri hingga pertengahan Maret di tahun 2022 ini.
Zaman dulu, pada rentang tahun 2010-2015 adalah masa-masa kebangkitan Kompasiana. Arus informasi yang beredar di Kompasiana begitu besar dan menarik perhatian.
Suasana yang begitu dinamis dapat kami alami secara langsung dari interaksi yang dilakukan secara online maupun offline.
Baik dengan para admin dan pengasuh Kompasiana maupun dengan sesama rekan Kompasianer-dari Sabang sampai Merauke.
Dulu sering sekali Kompasiana mengadakan kegiatan-kegiatan untuk menumbuhkan minat di dunia tulis-menulis artikel dan blogging yang diadakan di sekolah atau kampus di beberapa wilayah di indonesia.
Kami termasuk salah seorang Kompasianer yang ikut bergabung menyukseskan agenda-agenda tersebut. seperti ID-Kompasiana goes to campus. Ada juga kegiatan lain yang diadakan di Solo.
Rekonsiliasi yang terjalin dari interaksi antar sesama Kompasianer membuat terbangunnya relasi yang positif termasuk intensitas interaksi di media sosial.
Para Kompasianer, termasuk saya pribadi saat itu saling menjalin pertemanan di media sosial. Kami sering melalukan diskusi-diskusi yang diadakan di grup yang ditetaskan di media sosial.