Menjadi alumni yang  selalu menghargai dan menghormati guru
Hal krusial yang harus ditancapkan ke dalam dada setiap siswa adalah posisi guru sebagai pembuka cakrawala siswa.
Dulu, saat pertama masuk sekolah siswa belum bisa calistung (membaca, menulis dan berhitung) sama sekali. Belum bisa membedakan mana hal baik dan buruk. Diajarkan cara beribadah dan beramal soleh. Serta ditunjukkan jalan bagaimana meraih cita-cita dan harapan.
Itu semua jelas dilakukan guru dengan penuh dedikasi yang tinggi. Semata-mata berlandaskan niat sebagai dasar menjalankan tugas mulia guna mencerdaskan kehidupan generasi bangsa.
Oleh sebab itulah, bagaimanapun kondisinya, tidak alasan bagi siswa untuk tidak menghargai apalagi sampai membeda-bedakan guru terkait tingkat penghormatan kepada setiap guru.
Jangan heran jika selama ini kita seringkali menjumpai kasus seorang petinggi di negeri ini yang memiliki kekuasaan atau kekuatan yang besar tapi suka menzolimi masyarakat.
Begitupun dengan kadar jumlah generasi yang menjadi beban bagi masyarakat dan negara. Walaupun ia bisa dikatakan seseorang yang terpelajar.
Penyebab itu semua adalah ilmu yang tidak mendapatkan keberkahan. Karena tidak bisa memberikan penghargaan kepada guru.
Penghargaan yang dimaksud bukanlah semata-mata dalam bentuk materil. Namun, lebih kepada penghargaan moril yang sejatinya harus diperoleh oleh gurunya.
Ibarat sebuah kacang, siswa tak boleh lupa kulitnya -- mengabaikan jasa gurunya. Ketika siswa sudah menjadi orang hebat nantinya, hal yang tak boleh diabaikan adalah bagaimana cara menghargai guru. Sederhananya bagaimana saat seorang siswa berjumpa kembali dengan gurunya di sebuah kesempatan.
Jika setiap insan cendekia di muka bumi ini mampu menghargai dan menghormati setiap gurunya maka ilmunya akan menjadi berkah.