Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Istri Terkena Demam Korea, Begini Isi Hati Para Suami

21 Mei 2022   00:54 Diperbarui: 10 Juni 2022   16:00 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejauh mana level sindrom Korean Wave menjangkitimu? (via upstart.net.au)

Korean wave syndrome sebuah fenomena sosial yang kini menjangkiti para ibu muda dan emak-emak jaman now?

Korean Wave atau gelombang arus budaya Korea sudah sangat mewabah di negeri ini. Sudah cukup lama Korean Wave ini eksis dan mengintimidasi budaya asli dari bangsa ini.

Budaya Korea telah mempengaruhi budaya asli Indonesia saat ini. Mulai dari para remaja, anak-anak muda hingga orang dewasa begitu menyukai dan memiliki ketertarikan yang sangat besar pada budaya pop yang satu ini.

Hal ini bukan tanpa alasan dan data yang mendukung. Negara Korea memang sengaja menyebarkan virus kecintaan pada budaya Korea ke seluruh dunia.

Diplomasi budaya yang dilakukan Korea ini merupakan langkah yang sangat efektif yang ditempuh Korea dan mendatangkan begitu banyak manfaat untuk negaranya. Karena itulah Korea begitu gencar mempromosikan budayanya ke seantero bumi.

Efek Korean Wave ini membuat khalayak begitu mencintai serta mengandrungi segala hal tentang budaya Korea. Baik budaya pop yang berkembang maupun budaya tradisionalnya.

Ternyata tidak hanya para generasi muda yang terpengaruh dengan siasat Korean Wave ini. Melainkan para emak-emak juga sudah ramai yang terindikasi.

Saat ini banyak sekali jumlah emak-emak atau para ibu rumah tangga yang terjebak dalam kecanduan terhadap Korean Wave. Yang selanjutnya kita sebut dengan istilah Korean Wave Syndrome.

Padahal sebenarnya kebiasaan yang berkembang di masyarakat khususnya para emak-emak dan ibu rumah tangga ini adalah dimana mereka sangat menggandrungi pola dan kekhasan sinetron yang ditayangkan di layar kaca.

Tapi kemungkinan alur cerita dan konsep drama yang dihadirkan dalam alur cerita sinetron yang berkembang di negeri ini sudah sangat membosankan.

Sehingga kehadiran Korean Wave ini sebagai jalan ninja untuk pelampiasan bagi para emak-emak dan ibu rumah tangga itu.

Teruntuk para ibu rumah tangga dan yang sudah terserang Korean Wave maka kecintaannya terhadap budaya Korea ini sebenarnya bisa menjadi suatu hal yang dimaklumi saja.

Ketika para ibu rumah tangga ini harus meluangkan waktunya untuk menyaksikan drama Korea yang tengah mereka ikuti dan sukai adalah sesuatu yang sah-sah saja.

Namun, pada dasarnya ada hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh seorang ibu rumah tangga yang notabene menyandang status sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anak dalam kehidupan nyata berumah tangga.

Tentunya ketika porsi waktu yang dicurahkan untuk menonton drama Korea lebih besar ketimbang keterlibatan dalam mengurusi urusan rumah tangga.

Misalnya dengan mengabaikan pelayanan terhadap suami dan berkurangnya perhatian terhadap anak-anak maka efek yang ditimbulkan oleh Korean Wave ini sudah jatuh kedalam sebuah penyakit atau sindrom.

Salah seorang rekan kami mengisahkan kondisi yang tengah dialaminya dalam kehidupan berumah tangga. Dimana istrinya sudah sangat kecanduan dengan budaya Korea ini.

Saban hari, istrinya tidak pernah luput untuk memegang handphone untuk melihat info dan berita terbaru tentang perkembangan budaya Korea.

Secara khusus bahwa si istri sering membuka Instagram lalu kemudian menuju akun-akun fanpage yang diperuntukkan untuk para fans seperti dia.

Akun-akun fanpage itu berisi postingan berita-info terbaru perkembangan terkini terkait artis-artis Korea, termasuk boyband dan girlband Korea yang selalu dinanti update terbarunya.

Serta akun-akun fanpage itu juga berisi informasi lain yang bersifat kekinian dalam budaya pop Korea atau yang kita kenal dengan istilah K-pop.

Rekan kami lainnya juga menambahkan bahwa selain mencari informasi terbaru tentang perkembangan boyband dan girlband Korea, istrinya juga sangat tergila-gila dengan drama Korea.

Setiap hari istrinya tidak pernah ketinggalan menonton episode drama Korea secara maraton yang biasa dilakukan istrinya di malam hari.

Dimana seharusnya pada waktu itu digunakan untuk beristirahat dan menjalin hubungan komunikasi secara emosional antara suami dan istri.

Para ibu muda penggemar Korea menunggu kabar terbaru idola K-pop (Foto: Damir Sagolj/Reuters) 
Para ibu muda penggemar Korea menunggu kabar terbaru idola K-pop (Foto: Damir Sagolj/Reuters) 

Rutinitas lain yang dilakukan oleh si istri adalah pada saat momen bangun tidur di pagi hari, ia langsung meraih handphone untuk mengecek timeline terbaru akun-akun fanpage berisi info tentang Korean Wave ini.

Kebiasaan mengecek info dan update terbaru seputar Korea ini bahkan dilakukan selama berjam-jam sampai ia merasa matanya lelah serta ketika si istri sudah merasa lapar atau dahaga.

Lantas si istri akan berjalan ke dapur hanya untuk mengambil bahan makanan semisal cemilan-cemilan. Kemudian ia melanjutkan lagi aktivitas scroll timeline handphone.

Guna melanjutkan menyimak update terbaru seputar Korea berikut segala informasi tentang artis Korea dan boyband yang diidolakan oleh si ibu muda itu.

Tak sebatas itu saja, bahkan ketika si istri mengerjakan pekerjaan rumah pun istrinya pun sambil mendengarkan musik atau lagu-lagu Korea lalu beberapa kali mencoba menyanyikan liriknya.

Kebetulan mereka memiliki anak kecil yang usianya masih berumur dibawah 3 tahun yang sebenarnya membutuhkan porsi kasih kaming dan perhatian yang sangat besar dari orang tuanya, secara khusus dari ibunya.

Tapi sungguh dikamingkan, rekan kami sangat menyesali perlakukan istrinya karena lebih mencurahkan perhatiannya kepada handphone dibanding kepada anaknya. Demi update-an info artis dan boyband Korea itu.

Jika dalam sebuah perbandingan mungkin bisa dibagi porsi perhatian ke anak dan handphone antara 45% banding 55%. Dimana perhatian ke handphone jauh lebih besar.

Di malam hari, saat anak sudah tertidur maka si istri merasa beruntung karena memiliki kesempatan untuk kembali melanjutkan episode drama Korea yang belum dituntaskan hingga ceritanya tamat.

Bahkan tak jarang kalau istrinya itu akan menonton drama Korea di handphone hingga larut malam akibatnya seringkali istrinya tersebut  menjadi telat bangun dan melalaikan kewajibannya untuk melaksanakan salat subuh.

Di pagi hari ia akan bangun dalam kondisi begitu beratnya untuk membuka mata dan membangkitkan tubuh untuk kembali beraktifitas sebagai efek dari begadang.

Sehingga ketika hal ini yang terjadi maka Korean Wave yang digandrungi oleh para ibu rumah tangga, para emak-emak, para istri sudah berada pada level yang menghawatirkan dan tak boleh terus dibiarkan.

Hal itu tidak boleh dianggap sepele karena jika para ibu rumah tangga terus-menerus melakukan kebiasaan buruk itu setiap harinya maka mereka akan benar-benar menjadi ketagihan dan kecanduan K-pop.

Pada akhirnya status dan eksistensi diri sebagai seorang istri akan dipertanyakan, bahkan dapat dipertaruhkan.

Sebenarnya, sebagai seorang suami yang baik, mereka tidak akan melarang istrinya untuk mengandrungi Korean Wave ini.

Rekan kami termasuk tipe suami yang moderat yang tidak suka mengekang istrinya dengan rutinitas dan pekerjaan rumah tangga yang sebaiknya dilakukan oleh para istri sebagai cara melayani suami dengan baik.

Karena para suami-suami moderat berprinsip bahwa yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga sebenarnya adalah tugas para suami.

Sepulang bekerja para suami moderat rela untuk membereskan rumah yang berantakan ulah anaknya yang masih kecil.

Serta ikut mengerjakan segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan seorang ibu rumah tangga pada umumnya dalam pemahaman masyarakat awam.

Para suami moderat begitu menyayangi istrinya dan juga anak-anaknya. Tetapi hal itu sering tidak disadari oleh istri yang suaminya rela untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Malah semakin menjadikan si istri larut dalam pola dan kebiasaan buruk karena telah menghabiskan waktunya untuk segala hal yang berhubungan dengan Korean Wave ini.

Untuk beberapa saat di masa-masa awal, para suami masih bisa memaklumi dan menganggapnya sebagai bentuk apresiasi terhadap istri yang sudah melayani suami dan anak-anak dirumah.

Tapi lama-kelamaan para suami pasti akan merasa jengkel kepada istrinya yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk memegang handphone dan senyum-senyum sendiri melihat para idola K-pop.

Suatu kondisi yang mengkhawatirkan disaat porsi perhatian istri kepada Korean Wave memang sudah pada level yang tidak bisa dibiarkan lagi.

Percekcokan dalam rumah tangga akibat istri terserah Korean Wave Syndrome (via hapskorea.com)
Percekcokan dalam rumah tangga akibat istri terserah Korean Wave Syndrome (via hapskorea.com)

Pada suatu momen ketika suami mengingatkan istrinya untuk merubah pola dan kebiasaan negatif itu, ternyata malah suami yang balik dimarahi si istri.

Tidak hanya sekedar melampiaskan emosi kepada suami, bahkan seringkali menyerempet kepada anaknya yang masih kecil.

Sering pula teman kami mendapati istrinya kesal dan muak kepada anaknya yang masih kecil itu disaat anaknya rewel dan mengusik perhatian istrinya saat menonton drama Korea. Disaat yang bersamaan anaknya ingin diputarkan lagu atau animasi.

Kami menilai bahwa Korean Wave yang menjangkiti para ibu rumah tangga dapat dikelompokkan kedalam tingkatan level berdasarkan dampak yang ditimbulkan.

Pertama, level penikmat.

Pada level pemula ini, efek Korean Wave masih sebatas hal yang biasa saja. Sama seperti keberadaan budaya asing lainnya.

Level ini memang bisa terjadi pada semua orang. Penulis pun menyadari bahwa kami ikut menyukai Korean Wave ini.

Akan tetapi kami hanya sebatas pada posisi sebagai masyarakat umum yang teredukasi diplomasi budaya di lakukan negara di kawasan Asia yang satu ini.

Apa itu K-pop? Apa saja yang termasuk produk budaya Korea? Misalnya saja kami tertarik untuk mencicipi menu makanan Korea. Atau sekedar siap sedia ketika ada yang mengajak untuk makan di restoran Korea.

Kedua, level penggemar.

Pada level ini, seseorang sangat memiliki ketertarikan dalam porsi perhatian yang besar terhadap Korean Wave yang berkembang.

Seseorang yang sudah terjangkiti dan berada di level penggemar ini tidak rela jika ketinggalan informasi seputra K-pop.

Akibatnya ia akan ikut menghafalkan lirik dari lagu-lagu Korea, membeli aksesoris yang berkaitan dengan budaya Korea, atau bahkan suka melontarkan beberapa kosakata Bahasa Korea dalam sebuah percakapan.

Porsi perhatiannya untuk segala hal yang berhubungan dengan realita hidup di dunia nyata masih sangat besar. Misalnya beberapa fokus utama masih ke beberapa hal seperti masalah pekerjaan, karier dan kendala yang dihadapi saat menjalani kehidupan ini.

Ketiga, level fanatik.

Level penjangkitan yang selanjutnya adalah level fanatik. Pada level ini, seseorang bisa dikatakan sudah berada pada level yang mengkhawatirkan.

Keadaan yang terjadi pada istri rekan kami tadi jelas menunjukkan bahwa ia sudah berada di level ini karena sudah begitu tergila-gila dengan budaya Korea setiap harinya.

Setiap hari menyanyikan lagu-lagu Korea, selalu memegang handphone hanya untuk mencari informasi terkini tentang budaya Korea, menghabiskan waktu untuk nonton drama Korea, rela menghambur-hamburkan uangnya agar dapat sesering mungkin membeli makanan Korea, bahkan tak sedikit yang rela belajar Bahasa Korea baik secara privat maupun secara otodidak.

Seseorang pada level fanatik ini juga mencita-citakan suatu saat dapat tinggal di Korea dan merasakan langsung suasana kehidupan yang romantis sebagaimana yang digambarkan dalam drama Korea.

Sejauh mana level sindrom Korean Wave menjangkitimu? (via upstart.net.au)
Sejauh mana level sindrom Korean Wave menjangkitimu? (via upstart.net.au)

Nah, sekarang coba kamu ukur sendiri sudah berada pada level yang manakah Korean Wave ini mempengaruhi dirimu, istri, orang tua atau anggota keluargamu yang lain. 

Ketertarikan yang begitu luar biasa dan diluar batas terhadap Korean Wafe ini sebenarnya memiliki efek negatif pada pola dan karakter seseorang.

Mengapa di Indonesia Budaya Korea ini menjadi begitu digandrungi dan terkesan ditolerir? Padahal notabenenya merupakan salah satu budaya asing. 

Selama ini kita begitu getol dengan pengaruh budaya asing yang berasal dari budaya barat dengan alasan karena tidak sesuai dengan adat ketimuran yang berlaku di negara kita tercinta, Indonesia.

Sedangkan ketika Korean Wave ini mewabah di seluruh pelosok negeri, orang-orang malah memiliki ketertarikan yang luar biasa.

Apakah mungkin dikarenakan sama-sama bagian dari Budaya Timur, dimana Indonesia dan Korea sama-sama negara di benua Asia.

Seseorang yang menyukai budaya Korea atau Korean Wave ini menjadi sah-sah saja ketika masih berada pada level yang wajar. Tetapi ketika sudah terlalu berlebihan maka bisa saja jatuh kepada perbuatan yang "kurang ajar".

Tekanlah pengaruh Korena Wave yang dapat menjangkiti diri sendiri. Dan awasilah efek pengaruhnya pada lingkup masyarakat secara luas.

Ketika sebagian besar masyarakat atau pada umumnya memiliki porsi ketertarikan yang sangat besar kepada budaya asing ini maka hal tersebut dapat mengancam identitas generasi negeri.

Korean Wave ini bisa berpengaruh pada semua level atau lini kehidupan. Pengaruh Korean Wave ini dapat berhubungan dengan semua bidang; kebudayaan, sosial, bahasa, teknologi, digitalisasi, warisan kuliner, pendidikan, kesehatan, dan bahkan dari sisi ekonomi berupa impor, bisnis pariwisata dan travel antar negara. Serta dari segi ekonomi dalam skala kecil menyebabkan banyaknya masyarakat yang membuka restoran-restoran Korea (Korean food).

Fenomena sindrom yang telah menyebar secara masif di tengah-tengah masyarakat merupakan sebuah sindrom yang harus diwaspadai oleh semua pihak.

Karena efek negatif dari sindrom yang satu ini dapat terlihat dari perubahan pola perilaku seorang individu. Lebih tepatnya bahwa sindrom ini mencederai kesehatan mental seseorang.

Langkah-langkah penanganan yang diambil harus dengan cara pemberian "treatment" yang tepat. Selain perhatian diberikan kepada para emak-emak dan ibu rumah tangga.

Perhatian yang lebih besar juga harus diberikan kepada para generasi muda agar dapat terhindar dari efek negatif kefanatikan terhadap Korean Wave yang terus berkembang setiap harinya.

Kita sama sekali tidak menyalahkan diplomasi budaya Korea yang berkembang pesat di negeri ini. Hanya saja sikap cerdas dari segenap warga negara dalam menyikapi isu ini. 

Boleh menyukai tapi tetap dalam kadar kewajaran. Jika tidak terkontrol, maka bisa mempengaruhi kesehatan mental. Korean Wave yang awal mulanya merupakan hal yang positif berubah menjadi sebuah pengaruh yang dicap negatif hanya karena cara kita menyikapi yang terlalu berlembihan.

Sebuah tantangan tersendiri, dimana menyembuhkan penyakit fisik bisa dengan cara pemberian obat-obatan semata. Sedangkan pemulihkan kesehatan mental perlu dengan sentuhan ajaib yang bersifat humanis.

Mari sama-sama kita cermati lagi efek negatif yang ditimbulkan sindrom ini. Agar tak menjadi bom atom di kemudian hari.

== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun